Berita  

Menelanjangi Panji Gumilang hingga Al Zaytun

Menelanjangi Panji Gumilang

Ngelmu.co – Menelanjangi Panji Gumilang hingga Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun yang pada Kamis (22/06/2023) kemarin, kembali didatangi massa pedemo.

Sebagai informasi, massa meminta supaya Al Zaytun, dibubarkan. Mereka juga menuntut agar Panji, ditangkap atas penyimpangannya terhadap agama Islam.

Namun, sebenarnya, apa yang terjadi di Al Zaytun, dan siapa Panji Gumilang?

Unjuk rasa sempat ricuh, karena massa yang jumlahnya mencapai 10.000 orang, saling dorong dengan petugas kepolisian.

Ini bukan pertama kalinya Al Zaytun, dituding menyebarkan ajaran sesat; sekaligus bagian dari Negara Islam Indonesia (NII).

Bekas pengurus teritorial NII di Indramayu, Ken Setiawan, membongkar kejanggalan Al Zaytun sejak 2004.

Ia kemudian mempertanyakan, mengapa Al Zaytun, masih berdiri.

“Baru sekarang MUI sama Kementerian Agama, bingung. Kayak orang kagetan…”

“Itu sama Ken, dari dulu sudah diceritakan, tapi tidak ada atensi juga untuk penindakan.”

“Akhirnya ‘kan opini yang terbangun, ‘Ini siapa yang pelihara?’,” tutur Ken kepada BBC News Indonesia, Kamis (22/6/2023).

Pengamat terorisme yang pernah bergabung dengan NII, Al Chaidar juga menduga eksistensi Al Zaytun hingga saat ini, karena ‘ditunggangi oknum-oknum intelijen’.

“Sudah terbongkar pun mereka tidak merasa terancam, karena mereka merasa sangat powerful, karena yang mereka kuasai shadow state [negara bayangan].”

“Mereka enggak hidup dari APBN, dan dana yang mereka kumpulkan dari umat, tidak harus dilaporkan kepada Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan,” ujar Chaidar.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Bidang Hukum dan HAM Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ichsan Abdullah, turut bicara.

Ia menyatakan, Al Zaytun terindikasi atau terafiliasi gerakan NII, berdasarkan hasil penelitian pada 2022.

Adapun Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, mengatakan fenomena yang terjadi di Al Zaytun, ‘masih dipelajari’.

“Kita dalami yang tidak sesuainya apa. Saya belum tahu apa ketidaksesuaiannya.”

“Kalau tidak sesuai dengan hukum, itu urusan dengan saya. Kalau menyangkut penyelenggaraan institusi, itu Kemenag,” kata Mahfud, mengutip Kompas.

Massa Dilarang Mendekat

Forum Solidaritas Dharma Ayu, mengatakan, aksi unjuk rasa adalah jawaban atas tantangan yang disampaikan.

“Panji Gumilang mengatakan, bahwa orang-orang Indramayu ini orang yang miskin, [orang] enggak punya.”

“Oleh karena itu, kami dari Solidaritas Dharma Ayu, menggugat,” tegas koordinator aksi, Syaiful Anwar.

Perwakilan pedemo sempat bernegosiasi dengan Kapolres Indramayu AKBP Fahri Siregar, agar dapat mendekat ke Al Zaytun.

Namun, polisi tidak mengizinkan mereka masuk ke kawasan, karena khawatir bentrok dengan massa ‘civitas academica’ Al Zaytun yang juga sudah membentuk barisan di gerbang; sejak pagi.

Beberapa orang sempat diamankan oleh aparat, karena mencoba menerobos barisan, tapi kemudian dilepaskan, lantaran tidak ditemukan unsur pidana.

Polres Indramayu–dibantu Polda Jabar–mengerahkan 1.200 petugas kepolisian untuk mengamankan jalannya aksi unjuk rasa.

“MUI pusat yang akan melakukan investigasi. Jadi, saya minta percaya kepada lembaga-lembaga yang bekerja ini…”

“Dan mereka sepakat, akan mengikuti perkembangan dari lembaga-lembaga yang kompeten,” kata AKBP Fahri.

Gegara Ajaran Menyimpang

Al Zaytun jadi sorotan sejak April 2023 lalu, setelah beredarnya sebuah video di dunia maya.

Video itu meperlihatkan bagaimana jemaah perempuan berada di saf terdepan, atau di belakang imam; saat salat Idulfitri.

Panji berdalih, bahwa praktik tersebut merupakan mazhab Sukarno; presiden pertama Republik Indonesia.

Sejak saat itu, warganet terus membahas berbagai kontroversi Al Zaytun. Meliputi azan yang berbeda, hingga salam Yahudi.

Ken Setiawan yang menjadi pengurus teritorial NII Komandemen Wilayah 9 (NII KW-9), menyatakan jika berbagai hal itu sudah terjadi sejak dahulu.

Ia menyebut, Al Zaytun mengadopsi ajaran NII yang dipadukan dengan ‘ajaran Isa Bugis dan lembaga kerasulan’.

Sejak 1980-an, MUI menyatakan aliran Isa Bugis sebagai aliran sesat, karena terbukti melawan rukun iman dan rukun Islam.

“Kalau berdakwah, mereka pakai Al-Qur’an, pakai Injil. Jadi, perpaduan beberapa agama…”

“Untuk menutupi ideologi yang sesungguhnya, yaitu makar, mendirikan negara di dalam negara,” kata Ken.

Al Zaytun melakukan itu agar masyarakat melihat mereka sebagai kelompok yang menerima perbedaan, serta penuh dengan toleransi.

Sehingga orang-orang tidak melabeli mereka sebagai kelompok radikal.

Terdapat beberapa ajaran Al Zaytun yang berbeda dari ajaran Islam.

Pertama, kata Ken, “Syahadat diubah, bukan, ‘Tiada Tuhan selain Allah’, tapi diartikan, ‘Tidak ada negara kecuali negara Islam’, negara selain Islam, dianggap kafir.”

Kedua, soal salat. Ken menyebut jika di Al Zaytun, salat belum diwajibkan, karena negara ini dianggap masih jahiliah.

Ketiga adalah larangan memakai sarung, karena dianggap ketinggalan zaman.

Itulah sebabnya dalam video yang viral pada Idulfitri lalu, laki-laki di Al Zaytun mengenakan setelan jas saat salat.

Soal puasa, zakat, dan ibadah haji juga berbeda dengan ajaran Islam.

“Dari definisi aliran sesat yang ada di MUI, ini seharusnya sudah bisa dibuat fatwa, karena dulu MUI dan Kementerian Agama sudah melakukan penelitian.”

“Sudah dibukukan. Namun, hasilnya tidak dipublikasikan dan tidak dijadikan fatwa,” kata Ken.

Mengapa Al Zaytun, Masih Berdiri?

Sudah hampir 20 tahun, Ken mengaku membongkar ajaran sesat di Al Zaytun.

Itu mengapa ia bertanya-tanya, mengapa sampai saat ini tidak ada tindakan tegas terhadap Al Zaytun?

“Ini pintarnya Panji Gumilang, atau bodohnya pemerintah?” tanya Ken yang juga merupakan pendiri NII Crisis Center.

Ia kemudian mengkritisi langkah pemerintah yang masih mau mengkaji alias meneliti Al Zaytun.

Sebab, MUI dan Kementerian Agama, sudah melakukan penelitian sejak 2002 silam.

Ken mengeklaim, bahwa ia menerima bocoran hasil penelitian tersebut yang isinya menyimpulkan adanya hubungan antara NII dengan Al Zaytun.

Dari aspek kepemimpinan, pimpinan NII adalah pimpinan Al Zaytun, yakni Panji Gumilang.

Ditemukan juga aliran dana dari NII ke Al Zaytun, serta hubungan historis yang mengungkap bahwa Panji, pernah diangkat menjadi pimpinan atau presiden NII KW-9.

“Kalau menurut saya, enggak usah bikin penelitian lagi, yang lama itu juga masih berlaku. Orangnya masih sama, tempatnya masih sama,” ujar Ken.

Ia sempat menanyakan kepada MUI, mengapa hasil penelitian itu tidak dijadikan fatwa.

Ken mengaku, mendapatkan jawaban bahwa eksistensi Al Zaytun itu berkaitan dengan ‘masalah politik’, karena memiliki jumlah massa yang besar, dan itu dibutuhkan oleh tokoh-tokoh politik.

“Dulu suara Al Zaytun, sekitar 250.000 jemaah, yang logisnya saja, kalau kita kampanye bisa dapat fixed 250.000 suara, butuh berapa ratus miliar atau bahkan triliun.”

“Nah, ini cukup Panji Gumilang saja dipegang sama tokoh, selesai,” kata Ken.

Dugaan Dukungan Intelijen

Eksistensi Al Zaytun dan hubungannya dengan politik juga diamini oleh Al Chaidar.

Pengamat terorisme yang pernah bergabung dengan NII ini menyebut, aliran Isa Bugis yang dianut Al Zaytun, ‘cenderung mendukung status quo’.

“Jadi, kalau misalnya pemerintahannya sedang dekat ke kiri, ia akan bilang bahwa ia adalah pengikut setia dari aliran atau mahzab Sukarno, misalnya.”

“Kemudian ia menyatakan dirinya sebagai komunis murni,” kata Chaidar.

Menurutnya, eksistensi Al Zaytun–dengan segala kontroversinya–salah satunya adalah karena kedekatan Panji dengan ‘oknum-oknum intelijen’.

Bahkan, Chaidar menyebut, “Al Zaytun dibuat memang untuk ‘memperkara dan menggemukkan jenderal-jenderal yang mengelola Al Zaytun, KW-9 itu.”

Chaidar mengatakan, Panji bukanlah pengikut NII asli, melainkan pengikut NII yang sudah melakukan ‘ikrar’ dan ‘menyebrang’ dari NII yang sebenarnya.

Ia menyebutnya, NII palsu. Panji melakukan itu, kata Chaidar, agar ‘bisa bekerja sama dengan pemerintah’, dan menyatakan ‘setia kepada Manipol Usdek pada masa Soekarno’.

Manipol Usdek adalah singkatan dari Manifestasi Politik Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.

Ini adalah doktrin politik yang digagas oleh Soekarno pada masa demokrasi terpimpin.

“Sampai sekarang, [oknum-oknum] intelijen masih berada di belakangnya,” kata Chaidar.

Sentimen ‘Negatif’ Warganet ‘Mengkritisi Pemerintah’

Peneliti media sosial dari Drone Emprit, Nova Mujahid, mengatakan, pembahasan warganet mengenai Al Zaytun, didominasi oleh sentimen negatif.

Berdasarkan pemantauan Drone Emprit terhadap percakapan di media sosial Twitter pada 14-21 Juni 2023, mayoritas warganet ‘mengecam’ keberadaan Al Zaytun yang ‘sesat’.

Mayoritas warganet juga mengkritisi pemerintah, karena Panji Gumilang, ‘belum tersentuh hukum’, meski telah lama dikaitkan dengan NII.

Dalam hal ini, Nova melihat warganet dari pandangan politik yang berbeda, organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), hingga MUI, ternyata satu suara terkait isu ini.

“Semua kritik yang terbaca di media sosial ini, ujungnya kepada pemerintah. Baik Kementerian Agama, maupun kepolisian.”

“Dari sini terlihat, bahwa harapan publik sederhana, mengharapkan pemerintah atau Polri, menindak tegas Al Zaytun.”

“Harapan yang lebih ekstremnya, berharap pemerintah membubarkan pesantren,” tutur Nova, menjelaskan hasil analisisnya.

Menurutnya, isu ini pertama kali mengemuka di media sosial TikTok, setelah ada pengguna yang mengunggah kutipan pernyataan Panji yangmeragukan kebenaran Al-Qur’an.

Namun, isu ini tidak langsung memicu diskursus di kanal media sosial lainnya.

Nova menduga, itu karena pengguna TikTok didominasi oleh Generasi Z yang kemungkinan besar, tidak mengetahui rekam jejak Al Zaytun dan pendirinya, Panji Gumilang.

Ketertarikan netizen terhadap isu ini kian meningkat, setelah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil), menyatakan, membentuk tim investigasi untuk mengecek Al Zaytun.

Baca juga:

Setelah itu, seorang pemengaruh di Twitter, yakni Ridwan Hanif juga turut mengekspos topik ini; setelah membuat utas yang membagikan pengalaman teman-temannya terkait NII.

Beragam spekulasi mengemuka secara liar di media sosial. Ada yang mengaitkan Al Zaytun dengan NII, menuding ‘didukung oleh intelijen’, serta beragam diskusi soal berbagai ajarannya yang menyimpang.

Keresahan itu turut disuarakan di media sosial oleh tokoh NU seperti KH Cholil Nafis.

Ia juga mendorong pemerintah untuk menginvestigasi dan menindak penyimpangan Al Zaytun.

Secara umum, Nova mengatakan jika perbincangan terkait isu ini, diramaikan oleh akun-akun organik yang mayoritas merupakan pemengaruh, tokoh-tokoh agama dan pejabat, hingga media massa.

Namun, jika ditelisik dari bagaimana asal muasal isu ini mengemuka, ia melihat ‘ada gejala-gejala yang menunjukkan bahwa ramainya isu ini, seperti direncanakan’, meskipun sulit untuk dibuktikan.

“Karena pertama yang diangkat adalah isu tentang pelecehan, penistaan agama yang menarik bagi kalangan mana pun.”

“Kedua, isu ini mulanya didorong di TikTok yang menyasar Gen Z, dan media cukup aktif terlibat dalam pembicaraan ini,” ujar Nova.

Siapa Panji Gumilang?

Sorotan terhadap Panji Gumilang, bermula saat ia dilaporkan oleh sesama pendiri Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), Imam Suprianto pada 2011.

Atas dasar membuat dokumen palsu terkait yayasan yang didirikan pada 1994 tersebut.

Yayasan inilah yang menaungi pendirian Al Zaytun di Indramayu pada 1996, dan kemudian diresmikan oleh BJ Habibie pada 27 Agustus 1999.

Menurut pemberitaan BBC News Indonesia pada 28 Juni 2011, Imam melaporkan Panji, karena namanya dicoret dari daftar pengurus YPI, padahal ia tidak mengundurkan diri.

Laporan Imam itu juga yang memicu tudingan bahwa Panji, terkait dengan NII.

Dalam salinan putusan kasasi Mahkamah Agung (MA)–terkait perkara ini–tertera dakwaan yang menjelaskan bahwa Imam mengenal Panji–yang dahulunya bernama Abu Toto–di Universitas Muhammadiyah Jakarta, dalam rangka pembinaan kader NII.

Isu terkait NII KW 9, kemudian mengemuka, yang disebut berbasis di Al Zaytun Indramayu.

Bahkan, dituding sebagai gerakan yang dilindungi oleh oknum aparat intelijen.

Dalam pemberitaan Harian Kompas edisi 9 Mei 2011, aktivis NII, Sukanto mengatakan bahwa Panji, menjadi Imam NII KW 9 yang mencakup wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Banten pada 1996.

NII KW 9 memiliki struktur serupa negara yang dilengkapi dengan majelis permusyawaratan rakyat, presiden, dan menteri.

Namun, Panji tidak pernah benar-benar didakwa atas keterkaitannya dengan NII, meski pada 2011, polisi sempat menyatakan akan mengembangkan kasus Panji ke arah makar.

Ia hanya pernah dipenjara selama 10 bulan pada 2015, karena kasus dokumen palsu yang dilaporkan oleh Imam.

Pada 2012, Menteri Agama Suryadharma Ali, justru turut meredam isu keterkaitan Al Zaytun dengan NII.

Ia mengaku ‘jatuh cinta’ dengan Al Zaytun, “Saya punya prasangka buruk dengannya [Panji Gumilang]. Prasangka itu berawal dari pertanyaan wartawan, bahwa Al Zaytun ada gerakan NII.”

“Saya pun datang kemari dan berkenalan dengan Panji. Kesan yang diceritakan di luar, sangat berbeda ketika saya datang ke sini.”

Baca juga:

“Jauh apa yang diceritakan di luar, dan sangat berbeda apa yang diceritakan di luar. Bahwa pesantren ini terdapat aliran keras,” kata Suryadharma Ali, mengutip situs Kemenag.

Ia bahkan menjadikan Al Zaytun sebagai tempat pertemuan ulama se-Indonesia pada 1 September 2012.

“Pesantren ini mengedepankan perdamaian dan toleransi, jauh dari pesan keras.”

“Kesan Islam garis keras jauh, penyajian musik-musiknya pun beragam, bernuansa Islami dan ke-Indonesiaan,” bela Suryadharma.

Keterkaitan Panji dengan NII juga terungkap lewat kasus lainnya.

Pada 2011, dua anak buahnya–Salamin dan Mujono Agus Salim–ditangkap oleh polisi terkait kasus makar, karena ingin mendirikan NII.

Pada 2013, putusan kasasi MA, memvonis keduanya dengan hukuman tiga tahun penjara, lantaran terbukti bersalah.

Keduanya bersalah dalam tindak pidana ‘permufakatan jahat untuk melakukan makar dengan maksud menggulingkan pemerintahan’.

Di dalam salinan putusan itu tertera dakwaan berdasarkan bukti dokumen, bahwa Salamin, dibaiat oleh Panji untuk masuk NII pada tahun 1990.

Salamin pernah ditunjuk menjadi Kepala Bagian Keuangan Provinsi Jawa Tengah NII pada 2005.

Ia bertugas menghimpun dana untuk disetorkan ke Al Zaytun, juga membuka dakwa perjuangan Islam dengan nama ‘Madinah Indonesia’.

Bagaimana dengan Mujono? Ia disebut masuk ke Al Zaytun pada 2006.

Setahun kemudian, ia ditunjuk oleh Panji untuk menjadi Ketua Keresidenan yang bertugas merekrut santri, serta mengajak mereka menyumbang untuk Al Zaytun.

Pada salinan itu juga disebutkan bahwa kesamaan antara Al Zaytun dengan NII adalah ‘pimpinannya sama, yaitu Panji Gumilang’.

Al Chaidar mengaku mengenal Panji, secara personal; karena pernah menjadi Bupati NII di Bekasi pada 1991-1996.

“[Panji] sebagai imam yang paling besarnya, yang paling tertinggi, KT namanya, komandemen tertinggi, setingkat presiden,” kata Chaidar.

MUI juga mengeklaim, bahwa penelitian mereka sebelumnya pun menunjukkan bahwa Al Zaytun, berkaitan dengan NII.

Namun, sampai saat ini, setelah isu ini kembali mencuat, tetap belum ada pernyataan konklusif dari pemerintah yang mengonfirmasi segala tudingan tersebut.