Berita  

Pendeta Gilbert Lumoindang Datangi MUI

Pendeta Gilbert Lumoindang MUI

Ngelmu.co – Pendeta Gilbert Lumoindang mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan memberikan klarifikasi soal khotbahnya mengenai zakat 2,5 persen umat Islam.

Dalam video yang viral di media sosial, ia menyebut umat Islam, berzakat 2,5 persen, dan dikenakan kewajiban salat.

Di khotbah tersebut Gilbert juga menirukan adegan salat.

Khawatir menjadi gaduh karena khotbahnya, ia pun memberikan klarifikasi, karena khotbah yang beredar luas itu menurutnya adalah penggalan.

“Ia menyatakan, tidak ada niatan untuk menghina ajaran Islam, apalagi untuk menciptakan perpecahan.”

“Pendeta Gilbert datang ke MUI untuk meminta maaf kepada umat Islam dan umat beragama, atas tindakannya yang kurang berkenan.”

Demikian pernyataan kata Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis dalam keterangannya, Selasa (16/4).

Baca juga:

Berikut pernyataan lengkap MUI:

Siang hari ini, 16 April 2024, kami, pimpinan Majelis Ulama Indonesia, menerima kehadiran Pendeta Gilbert Lumoindong dalam rangka klarifikasi atas kegaduhan dari isi khotbahnya yang viral.

Pendeta Gilbert, yang hadir atas inisiatifnya sendiri, karena menyadari MUI adalah rumah besar umat Islam, bercerita soal kronologi dan isi lengkap khotbahnya.

Ia menyatakan, tidak ada niatan untuk menghina ajaran Islam, apalagi untuk menciptakan perpecahan.

Pendeta Gilbert datang ke MUI untuk meminta maaf kepada umat Islam dan umat beragama, atas tindakannya yang kurang berkenan dan menyinggung perasaan umat Islam dan umat beragama.

Setelah mendengar penjelasan, kami, pengurus MUI, mengambil kesimpulan bahwa kegaduhan juga makin meruncing akibat adanya khotbah yang dipenggal-penggal, di-edit-edit.

Sehingga makna penyampaian, dapat berpotensi terjadinya kesalahpahaman di masyarakat.

Kami sebagai umat beragama, tentu menerima permohonan maafnya.

Kami semua memaafkan, seraya kami meminta agar kejadian ini menjadi pelajaran baginya, dan bagi kita semua.

Bahwa saat khotbah atau ceramah, tidak perlu membandingkan keyakinan dan ritual agama lain, apalagi merendahkan, demi menghindari terjadinya kesalahpahaman.

Ke depan, mari kita rajut keutuhan, persaudaraan, dan persatuan antarumat beragama, serta saling menghormati keyakinan masing-masing kita, demi menjaga kerukunan.

Ttd
Ketua MUI KH Cholil Nafis