Berita  

“Saya Ingin Memakaikan Mahkota di Surga untuk Kedua Orang Tua”

Mahkota Surga Orang Tua

Ngelmu.co – Muhammad Ghozali Akbar (Ahmad) adalah hafiz asal Kota Tegal, Jawa Tengah, yang kini sudah bukan bocah lagi.

Usia santri Pondok Pesantren Yatim Tahfidz Al-Qur’an de Muttaqin itu telah menginjak 11,5 tahun.

Namun, pernyataannya saat masih berumur 9,5 tahun, sudah begitu membekas di hati banyak umat.

Bagaimana tidak, saat memperkenalkan diri pada Selasa (21/4/2022) lalu, ia menekankan bahwa dirinya adalah seorang pencinta Al-Qur’an.

“Alhamdulillah, hafalan saya sudah 30 juz, dan 200 hadis,” tuturnya dalam sebuah video yang terunggah di kanal YouTube RCTI Entertainment.

Ada keinginan mulia di balik kesungguhan Ahmad, untuk menjadi seorang hafiz.

“Saya ingin membahagiakan ibu, dan memakaikan mahkota di surga untuk kedua orang tua,” ucapnya kala itu.

@ngelmuco Betapa bahagianya orang tua, ketika mendengar anaknya yang mengaku begitu cinta dengan #AlQuran , berkata: “Saya ingin memakaikan mahkota di surga, untuk kedua orang tua.” Dialah #Ahmad ♬ suara asli – Ngelmu

Sang ibu, Sri Ayu, juga bicara. Ia mengaku bersyukur memiliki empat anak, yang salah satunya adalah Ahmad.

“Ahmad anak ketiga dari empat bersaudara. Ahmad itu anaknya pendiam dan serius,” ujarnya.

“Tapi dewasa. Bahkan, bisa dibilang paling dewasa di antara empat anak saya,” sambung Sri.

Lebih lanjut, ia menceritakan, sang suami; ayah dari anak-anaknya, wafat kala Ahmad, masih berusia 5 tahun.

“Ayahnya meninggal cukup mendadak pada 2014, tidak sakit. Waktu itu, Ahmad, masih kelas 1 SD,” kata Sri.

Meski berat, tetapi ia mengaku keempat anaknya berhasil membuat dirinya tegar.

“Yang bikin saya tegar itu lihat anak-anak saya tegar,” aku Sri.

Baca Juga:

Sri juga menyampaikan bahwa Ahmad, sendiri yang memutuskan untuk masuk pesantren.

Kala itu, Ahmad berkata kepada ibunya. “Ibu, saya besok ikut Mas Rafa ke pondok, ya, Bu. Saya mondok saja.”

Sri pun menjawab, “Jangan, dik, kamu masih kecil, nanti ibu sama siapa?”

Namun, Ahmad berupaya meyakinkan ibunya. “Enggak, Bu. Nanti ibu repot mengurus adik Faza. Saya mondok saja sama, Mas.”

Ahmad bersikeras ingin masuk pondok pesantren bersama kakaknya, hingga Sri, memenuhi permintaan tersebut.

“Ustaznya itu cerita, ‘Ibu, saya bertahun-tahun… anak-anak yang masuk ke pondok ini, malam pertama pasti menangis. Mau tidur menangis, karena ingat biasa tidur sama ibunya. Baru Ahmad yang enggak menangis sama sekali. Ia berdoa buat ayah, ibu, kakak, dan adiknya’.”

Sri pun melanjutkan hidup dengan memulai usaha di bidang kue.

“Saya mulai usaha bikin-bikin kue, alhamdulillah, Allah yang mencukupkan,” syukurnya.

“Mungkin kalau dihitung-hitung, anak pertama di Gontor, anak kedua di pondok, Ahmad juga [di pondok], dan ada adiknya.”

“Kalau dari jualan saya, mungkin enggak cukup gitu, ya, secara hitung-hitungan manusia?”

“Tapi saya percaya, ada yang memberi saya, ada yang mencukupkan saya. Allah Subhanahu wa Ta’ala,” tutup Sri.

Ike Muttaqin yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Yatim Tahfidz Al-Qur’an de Muttaqin, juga bercerita.

Ia menjelaskan bahwa Ahmad, masuk ponpes tersebut pada 2016.

Di saat mendaftar, Ahmad sudah hafal 9 juz Al-Quran. “Tapi yang benar-benar lancar hanya 1 juz.”

“Alhamdulillah, Ahmad kami terima, kemudian kami coba perbaiki hafalannya, dan alhamdulillah, hafal Al-Qur’an 30 juz, dalam waktu 8,5 bulan.”