Ngelmu.co – Warganet mengecam pemilihan kata pada judul yang beberapa media gunakan saat memberitakan kepengurusan baru Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025. Salah satunya, ‘Din Syamsuddin dan Geng 212 Terdepak dari Kepengurusan MUI’.
“Judul dan isi beritamu ce en en, seakan pengen tetap bermusuhan ya elemen bangsa ini, sungguh semua ada pertanggungjawabannya,” cuit @putrana_.
“Ney admin pengen ditab*k bolak balik keknya, bikin judul pake bahasa jalanan, hadeuuuh…ancuur ancuur, media mbo’ ya mendidik bahasanya dong,” kata @condet_78.
“Apaan nih media kalen menyimpulkan gang-gengan. Samp*h!,” kecam @D_bramn.
“Bahasanya geng, kayak preman aja, juanc*k cn*,” ujar @muslimpribumi, geram.
“Min, beritamu provokatif, model media kayak gini bikin bangsa ini tambah hancur,” tutur @must_now69.
“Janc*k judulmu min. Apa redakturmu setengah manusia,” kata @mudjib_trisatya.
“Mimin, apa gak bisa buat judul yang menyejukkan?,” tanya @SafitraEfri.
“Geng 212 maksud lo min @CNNIndonesia, apa itu maksud lo min?,” saut @ONCOMBANDUNG2.
Selain CNN, media lain juga menggunakan judul serupa, seperti:
- Haji News: MUI ‘Depak’ Din Syamsuddin dan Geng 212
- Islam Kaffah: Ini Susunan Pengurus MUI 2020-2025, Din Syamsuddin dan Geng 212 ‘Hilang’
- Seword: Presiden Jokowi Beri Sinyal, “Geng” 212 Terdepak Dari MUI!
- Suara Islam: Resmi! Din Syamsuddin dan Geng 212 Dicoret dari Kepengurusan MUI 2020-2025
Sebenarnya, isi dari berita yang CNN rilis, hanya memberitakan kepengurusan baru MUI, periode 2020-2025.
Namun, sebagian warganet keberatan dengan penggunaan kata ‘geng’ pada judul.
Baca Juga: Miftachul Akhyar Terpilih Jadi Ketua Umum MUI 2020-2025
Nama Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh yang kerap bergabung dengan aksi 212 seperti Bachtiar Nasir, Yusuf Martak, dan Tengku Zulkarnain, tak lagi ada dalam kepengurusan MUI.
Sebelumnya, Din, pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI periode 2015-2020.
Saat itu, ia berjajar dengan Ma’ruf Amin yang menjabat ketua umum, dan Anwar Abbas, sebagai sekretaris jenderal.
Din, juga pernah menjabat Wakil Ketua MUI pada periode 2005-2010, dan Ketua Umum MUI pada 2014-2015.
Selain Din, begitu pun dengan Bachtiar Nasir yang menjabat Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI periode 2015-2020.
Bachtiar adalah ulama yang kerap mengkritik pemerintah, dan semakin dikenal oleh publik secara luas saat kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), 2016 lalu.
Saat itu, ia, tampil sebagai Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI).
Pihak yang menjadi salah satu penggerak Aksi 411 dan Aksi 212.
Selanjutnya adalah Tengku Zulkarnain, pendakwah yang juga lantang mengkritik kebijakan pemerintah.
Tengku Zul, sebelumnya menjabat sebagai wakil sekjen pada 2015-2020.
Terakhir adalah Yusuf Muhammad Martak yang menjabat Bendahara MUI 2015-2020, tetapi tak lagi ada dalam kepengurusan MUI 2020-2025.