Bandingkan Era SBY dan Jokowi, Sudjiwo Tedjo: Saya Sekarang Tidak Berani Ngritik

 

Pekerja seni Sudjiwo Tedjo menyebut perbedaan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi Presiden Indonesia. Menurut Mbah Tedjo, begitu sapaan akrabnya, ia lebih berani melontarkan kritik pada zaman SBY dibandingkan zaman Jokowi saat ini.

Mbah Tedjo menyampaikan hal tersebut dalam acara Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa (6/11) dengan tema ‘Tampang Boyolali’ vs ‘Sontoloyo’.

“Dulu pas zaman Pak SBY saya berani nge-tweet, waktu pas SBY pidato di TV, mari saudara-saudara kita indahkan perintah Pak SBY untuk menghemat energi, jadi ketika Pak SBY pidato matikan TV. Aku berani. Saya sekarang tidak berani ngritik Jokowi karena ini Raja, itu lho di Twitter itu langsung nyerbu,” katanya.

Mbah Tedjo mempertanyakan pihak-pihak yang sekarang menjadi lebih sensitif. Ia mengingatkan kedua kubu pasangan Capres-Cawapres, untuk sama-sama bersikap adil. Terutama, kubu petahana yang perlu lebih berlapang dada mengungkapkan kelemahan-kelemahan kandidatnya.

“Dulu kita nggak sensitif begini, kenapa (sekarang) jadi sensitif? Apa karena daya beli masyarakat? Kalau saya ingin kubu Jokowi dan Prabowo itu adil. Kalau Jokowi memiliki kekurangan, ya sebaiknya diungkapkan oleh kubunya sendiri,” tuturnya.

Mbah Tedjo pun menyindir eksistensi para cebong, sebutan bagi pendukung Jokowi, terkait eksistensi mereka di media sosial. Ia pun memberikan nasihat kepada Jokowi dan para pendukungnya untuk tidak berusaha menang dengan melemahkan lawan.

“Kok sekarang saya nggak berani? Apa karena saya makin tua? Apa karena cebong-cebong ini lho, akeh mak gruduk (banyak). Sekarang gini, ada lomba maraton yang menjelang finish mau masuk final terjatuh lalu ditolong. Artinya kalau Pak Jokowi mau meraih kemenangan terhormat, jangan lemahkan Prabowo. Sebaliknya, kalau Prabowo lemah, bisa dikuatkan,” tambahnya.

Mengenai pidato Prabowo Subianto yang menyebut ‘tampang Boyolali’, Mbah Tedjo berpendapat hal tersebut tidak masalah tergantung pada tujuannya.

“Saya kira semua itu nggak papa, tergantung tujuan,” ujar Mbah Tedjo.