Beri Nilai 9 di 100 Hari Jokowi, Rocky Gerung: Untuk Kebohongan

100 Hari Jokowi

Ngelmu.co – Memasuki 100 hari kerja, pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin, tak bisa menghindari kritik dari berbagai pihak. Salah satu yang menyampaikannya secara gamblang adalah pengamat sosial politik, Rocky Gerung.

Penilaian itu disampaikan langsung olehnya, seperti terekam dalam video berdurasi 10 menit, yang diunggah akun YouTube Resonansi TV, 27 Januari lalu.

Kata Rocky soal 100 Hari Jokowi

Ketika ditanya oleh eks wartawan senior, Hersubeno Arief, soal kinerja Jokowi-Ma’ruf di 100 hari pertama, dengan tegas Rocky memberikan nilai sembilan.

Namun, lebih lanjut ia menjelaskan alasannya memberikan nilai tersebut, yakni angka sembilan ia tujukan untuk ‘kebohongan’.

Sebab, sebagai kepala negara, Rocky menilai Jokowi, belum memiliki prestasi, janji pun belum ada yang direalisasikan.

“Saya kasih nilai sembilan, sembilan untuk kebohongan, kalau bisa 9,5 juga gapapa,” kata Rocky di menit ke 2:13.

Argumen itu lahir, karena sebagai pemimpin negara, menurut Rocky, Jokowi belum melakukan tugasnya sesuai konstitusi.

Di mana, jika sesuai konstitusi, Jokowi ditugaskan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memelihara orang miskin.

“Ukurannya dua aja ‘kan? Karena itu perintah konstitusi, presiden ditugaskan oleh konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memelihara orang miskin. Sudah mengalami kemajuan,” jelas Rocky.

“Maju, mencerdaskan juga iya, karena anak didik kita makin cerdas menghafal nama-nama ikan. Memelihara orang miskin, ya orang miskin bertambah. Jadi, dua hal itu yang merupakan tugas wajib dari presiden, tidak beliau lakukan,” sambungnya.

Baca Juga: Bicara soal Ibu Kota Baru, Jokowi: Enggak Ada Banjir dan Macet

Sementara terkait visi misi Jokowi, yakni agar Republik Indonesia mandiri, Rocky mengatakan, negara ini masih jauh dari kata itu.

Seperti yang diketahui, sejauh ini, RI masih menjadi negara impor, dari produk bawang putih hingga antibiotik saja, masih impor dari luar negeri.

“Kita sama sekali enggak mandiri, karena kalau kita mandiri, kita gak impor macam-macam, gitu,” tutur Rocky.

“Jadi, tetap kita tergantung pada luar negeri, dan itu yang dikeluhkan oleh publik, ‘kan? Bahkan tergantung kepada ide, kepada diplomasi luar negeri. Jadi, ini bangsa yang memang tidak mandiri,” imbuhnya.

Rocky juga mengkritisi soal gotong royong dalam membangun dan mengajak masyarakat.

“Sampai sekarang konflik horizontal, bahkan konflik identitas, konflik cebong dan kampret masih berlangsung, di mana gotong royongnya?” tanya Rocky.

“Ada gotong royong, untuk yang gotong royong cuma elite kabinet saja ‘kan? Kabinetnya yang gotong royong, gotong royong berbohong itu,” lanjutnya.

Selain Rocky, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, juga hadir memberikan penilaiannya.

“Saya kalau periode pertama akumulasi, itu adalah lima (nilainya), tapi periode kedua sekarang tiga,” jawab Said.