Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, Wafat

Ridwan Saidi Wafat

Ngelmu.co – Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, wafat pada Ahad (25/12/2022) pagi, pukul 08.35 WIB.

Ridwan yang mengembuskan napas terakhirnya di RSPI Bintaro, memiliki 5 orang anak.

Berikut profilnya:

Ridwan Saidi yang lahir di Jakarta pada 2 Juli 1942 adalah anak keempat dari empat bersaudara; satu-satunya anak laki-laki dari pasangan Abdurrahim dan Muhaya.

Ia menikah pada 1977, dengan wanita kelahiran Minang, Sumatra Barat, Yahma Wisnani.

Mereka dikaruniai 5 orang anak, yakni Syarifah Jihan Marina, Syarif Razvi, Rifat Najmi, Ferhat Afkar, dan Shahin Maulana.

Ridwan merupakan lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, pada 1976.

Selama menjadi mahasiswa, Ridwan aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan juga menjadi Ketua Umum PBHMI (1974-1976).

Sebelum itu, ia juga pernah kuliah di Universitas Padjadjaran, Fakultas Publisistik, pada 1962. Namun, tidak sampai menamatkannya.

Ridwan pernah menjadi anggota DPR dari PPP pada 1977.

Selepas menjabat anggota DPR pada 1987, ia tidak lagi aktif dalam dunia perpolitikan nasional.

Ridwan memfokuskan diri untuk mengamati masalah-masalah kebudayaan Betawi.

Ia memilih terjun kembali di dunia politik pada 1995-2003.

Dengan mendirikan Partai Masyumi Baru (PMB), sekaligus menjadikan dirinya sebagai Ketua Umum Partai Masyumi Baru; pada saat itu.

Ridwan Saidi juga telah banyak menulis buku, di antaranya:
  • Golkar Pasca-Pemilu (1992);
  • Anak Betawi Diburu Intel Yahudi (1996);
  • Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya (1997);
  • Sekitar Tuntutan Rakyat Kembali ke UUD 1945 (2006);
  • Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah (2009);
  • Aku HMI: Narasi Ridwan Saidi (2015);
  • Golok Wa Item: Sejarah Power System Sunda Kalapa (2015);
  • Khazanah Tatar Sunda: Tinjauan Historis (2016);
  • Si Manalagi: Narasi Epos Betawi (2016);
  • Facta Documenta Jakarta (2016);
  • Sejarah Tangerang Selatan (2016);
  • Kampungku Kemayoran (2017);
  • Palmera: Fakta kekerabatan Purba Indonesia (2017);
  • Langkah Bersejarah Dahlan Abdullah (2018); dan
  • Rekonstruksi Sejarah Indonesia (2018).

Sebelumnya, Ridwan dikabarkan kritis saat dirawat di rumah sakit, akibat pecahnya pembuluh darah.

Belum jelas bagian mana yang mengalami kondisi tersebut. Namun, secara umum, pembuluh darah bisa pecah pada bagian wajah, kaki, dan mana pun.

Pembuluh Darah Pecah

Jika pembuluh darah pecah di otak, dapat menjadi kondisi yang berakibat fatal.

Bukan hanya merusak otak, kondisi ini juga dapat membahayakan nyawa.

Namun, apa saja penyebab pecahnya pembuluh darah otak, bisa kita waspadai dan hindari.

Pembuluh darah berfungsi untuk memastikan asupan oksigen dan nutrisi ke seluruh organ, serta jaringan tubuh telah terpenuhi.

Sebab, perannya yang begitu penting, sangat berbahaya bila pembuluh darah tidak berfungsi atau bahkan pecah.

Penyebab

Pecahnya pembuluh darah bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, salah satunya otak.

Jika pembuluh darah pecah terjadi di otak, kondisi ini dapat memicu perdarahan otak [brain hemorrhage].

Perdarahan ini bisa berakibat fatal, karena mengakibatkan pembengkakan otak dan matinya sel-sel otak.

Faktor, Risiko, dan Penyebab

Ada beberapa kondisi yang dapat memicu pecahnya pembuluh darah di otak, yaitu:

Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi [hipertensi] yang dialami selama bertahun-tahun, dapat menyebabkan dinding pembuluh darah di otak menjadi rapuh.

Jika tidak segera diobati, hipertensi bisa menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan otak.

Gaya Hidup

Gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan penggunaan obat-obatan terlarang [seperti heroin dan kokain] dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak.

Bahkan, senyawa berbahaya yang terkandung di dalam rokok, minuman beralkohol, dan narkoba, juga bisa memicu pecahnya pembuluh darah di otak.

Cedera Kepala

Cedera kepala adalah salah satu penyebab paling umum terjadinya perdarahan otak pada orang-orang yang berusia di bawah 50 tahun.

Lalu, cedera di kepala dapat terjadi akibat terjatuh atau kecelakaan lalu lintas.

Aneurisma

Aneurisma adalah kondisi ketika terjadi pembesaran pembuluh darah, akibat melemahnya dinding pembuluh darah.

Jika sudah parah, pembuluh darah dapat pecah dan menyebabkan banyak darah masuk ke otak, sehingga menimbulkan stroke.

Penyebab aneurisma belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor genetik dan kelainan pembentukan pembuluh darah otak.

Angiopati Amiloid

Kondisi ini disebabkan adanya kelainan dinding pembuluh darah, akibat penumpukan protein beta amiloid.

Angiopati amiloid kerap dialami oleh lansia dan penderita Demensia atau Alzheimer.

Kelainan Pembuluh Darah

Kelainan bisa berupa lemahnya pembuluh darah di sekitar otak, atau pembuluh darah terlalu besar.

Lalu, kelainan ini juga bisa diderita sejak lahir, meski jarang terjadi.

Gangguan Hati

Pada penyakit hati berat, gangguan pada produksi faktor pembekuan darah bisa terjadi.

Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan internal di berbagai bagian tubuh, termasuk otak.

Kelainan Darah

Kelainan darah atau kelainan pembekuan darah–seperti hemofilia dan anemia sel sabit–bisa berdampak pada terjadinya penurunan kadar trombosit darah.

Selain beberapa penyebab di atas, ada pula faktor risiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuluh darah pecah di otak, yakni adanya tumor otak dan efek samping obat pengencer darah.

Gejala

Jika seseorang mengalami pecah pembuluh darah di otak, ada beberapa gejala yang biasanya muncul, di antaranya:

  • Sakit kepala hebat yang datang secara mendadak;
  • Kesemutan atau kelumpuhan di wajah, lengan, atau kaki secara mendadak;
  • Gangguan penglihatan, baik pada salah satu mata ataupun keduanya;
  • Sulit menelan;
  • Sulit mengendalikan koordinasi tubuh dan hilang keseimbangan;
  • Muntah-muntah;
  • Hilang kesadaran, lesu, mengantuk, dan tidak sadar akan keadaan di sekitarnya;
  • Kesulitan menulis, bicara, membaca, atau memahami sesuatu; serta
  • Sering kebingungan atau mengigau.

Penanganan Medis

Bila stroke terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, penderita harus dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit; untuk mendapat penanganan medis yang memadai.

Pasien dengan pembuluh darah pecah, perlu segera mendapat penanganan dalam bentuk obat-obatan untuk menstabilkan tekanan darah.

Termasuk bantuan pernapasan, bila kadar oksigen dalam darah berkurang, atau pasien mengalami koma.

Jika perlu, pasien bisa diberi napas buatan dengan ventilator, untuk memastikan otak dan organ tubuhnya cukup oksigen.

Pemberian cairan dan obat-obatan bisa melalui infus.

Obat-obatan pereda nyeri, kortikosteroid, antikejang, dan obat untuk mengurangi pembengkakan otak juga dapat diberikan sesuai tingkat keparahan kondisi yang dialami.

Di rumah sakit, pasien perlu menjalani observasi secara ketat.

Tanda-tanda vital, seperti irama jantung, kadar oksigen darah, tekanan darah dan laju pernapasan, hingga pemantauan tekanan rongga kepala, juga perlu pemantauan ketat.

Baca Juga:

Setelah kondisi pasien stabil, akan ditentukan langkah selanjutnya untuk mengobati perdarahan yang terjadi.

Misalnya, apakah pasien membutuhkan operasi atau tidak.

Banyak pasien yang bisa bertahan hidup, setelah mengalami perdarahan otak; akibat pembuluh darah pecah.

Namun, peluang tersebut akan menurun, jika perdarahan awal terlalu parah, atau tidak segera mendapat pertolongan medis; sejak awal gejala muncul.

Sebagian pasien yang selamat dari pembuluh darah pecah di otak, berkemungkinan tetap mengalami masalah.

Seperti sensoris, kejang, sakit kepala, susah tidur, atau masalah ingatan.

Oleh karena itu, bagi mereka yang selamat dari kondisi ini, tetap membutuhkan terapi tambahan lain.

Mulai dari fisioterapi, hingga terapi bicara.

Perbaiki Pola Hidup

Pembuluh darah pecah adalah kondisi yang umumnya bisa dicegah.

Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan menghentikan kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah.

Seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol; secara berlebihan.

Selain itu, menerapkan pola hidup sehat juga penting dilakukan, yakni dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, dan olahraga rutin; setidaknya 30 menit sehari.

Bagi Anda yang menderita penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, mengobati keduanya akan memperkecil risiko terjadinya pembuluh darah pecah di otak.

Bagi penderita diabetes, menjaga kadar gula darah normal juga bisa mengurangi risiko terjadinya kondisi ini.

Pembuluh darah pecah di otak adalah kondisi medis ‘gawat darurat’ yang perlu mendapat penanganan rumah sakit; segera.

Makin cepat dokter menangani, makin tinggi kemungkinan pemulihan.

Bila kondisi ini terlambat ditangani, maka risiko terjadinya komplikasi yang fatal pun akan makin tinggi.