Fitnah Syubhat, Fitnah Syahwat

Fitnah Syubhat Syahwat

Ngelmu.co – Bicara soal fitnah, bicara soal syubhat dan syahwat. Selalu ada konsekuensi dari keputusan yang diambil seseorang dalam hidup ini.

Adapun konsekuensi menjadi seorang muslim adalah senantiasa bertakwa pada Allah Subhanahu wa Ta’ala; melaksanakan semua perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Konsekuensi lainnya adalah sabar atas segala fitnah atau ujian yang menimpa.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS. Al-‘Ankabut: 1-3).

Berkaitan dengan ayat itu, ada dua fitnah yang pasti akan kita hadapi selama hidup di dunia ini.

Sebagaimana disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang fitnah syubhat dan syahwat.

Fitnah syubhat berkaitan dengan keraguan terhadap kebenaran Islam.

Adapun fitnah syahwat berupa besarnya nafsu seseorang ketika melihat hal-hal yang membangkitkan nafsunya.

Hal tersebut tidak selalu berkaitan dengan gambar atau tayangan yang menampilkan aurat.

Namun, juga hasrat dan ambisi terhadap harta, perhiasan, dan jabatan.

Dari kedua fitnah di atas, fitnah syubhat lah yang paling berdampak besar bagi keislaman seseorang.

Orang yang sudah ‘terjangkit’ fitnah ini, akan ragu tentang kebenaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Al-Qur’an, bahkan Islam itu sendiri.

Pikirannya akan kacau, dan hatinya selalu diliputi kebingungan.

Jika tidak segera mempertebal imannya, kemungkinan besar ia akan keluar dari agama Islam (murtad). Na’udzubillah.

Fenomena murtadnya seorang muslim bisa jadi dilatarbelakangi oleh fitnah syubhat ini.

Di samping syubhat, syahwat juga harus diwaspadai.

Orang yang terkena fitnah ini, akan mudah bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melihat hal-hal yang membuat nafsunya bergejolak.

Jika nafsu sudah bangkit dalam kemaksiatan, maka akal sehat akan bungkam. Bahkan, hati pun tertutup.

Nafsu akan mengontrol semua gerakan fisiknya, dari mata yang menatap, tangan yang memegang, dan kaki yang melangkah.

Tidak jarang kita membaca berita-berita kriminal seperti pemerkosaan, pencurian, bahkan kasus korupsi.

Semua itu terjadi karena satu sebab, yaitu tidak kuatnya iman si pelaku dalam menghadapi fitnah syahwat.

Baca juga:

Sebagai umat Islam, kita harus mewaspadai kedua fitnah tersebut agar tidak ‘menjangkiti’ hati kita.

Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala; kapan pun dan di mana pun.

Zikir dalam arti mengingat dan merasakan keberadaan-Nya, bukan hanya menyebut nama-Nya atau sekadar membaca kitab-Nya (Al-Qur’an), tanpa diiringi pemahaman dan penghayatan.

Mengikuti pengajian keislaman juga bisa dilakukan, sebagai tindakan preventif, agar tidak terkena fitnah syahwat.

Di samping akan menyadarkan hati yang lalai, pengajian juga efektif untuk me-refresh hati dan pikiran.

Sekaligus mempererat persaudaraan sesama muslim, sehingga motivasi beribadah tumbuh kembali.

Melalui zikir dan pengajian, iman kita akan makin kuat, sehingga kita akan terbebas dari fitnah syubhat dan syahwat.

Dengan demikian, kita bisa menjadi muslim seutuhnya, tanpa keraguan sedikit pun.

Kita juga menjadi tidak mudah terpengaruh oleh gencarnya kemaksiatan yang terjadi di sekitar.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS. Al-Baqarah: 208).

Oleh: Nawawi Efendi