Berita  

Gelombang Pertama Tak Kunjung Usai, Indonesia Dinilai Gagal Tangani Corona

COVID Corona Indonesia
A coffin and a dummy dressed in a personal protective suit to look like a health worker are seen in public area to warn people about the dangers of the coronavirus disease (COVID-19) in Jakarta, Indonesia, August 18, 2020. Picture taken August 18, 2020 REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

Ngelmu.co – Gelombang pertama COVID-19 di Indonesia, yang tak kunjung usai, menyita perhatian dunia; hingga dianggap gagal mengendalikan penyebaran wabah virus Corona.

Hingga Jumat (21/8) sore, setidaknya kasus kematian akibat COVID-19 di Indonesia, mencapai 6.418 jiwa; menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara, hingga Kamis (20/8).

Dilansir Reuters, penyebaran COVID-19 di Indonesia, menjadi yang tercepat di Asia Timur.

Dengan 17 persen orang dinyatakan positif, dan meningkat hampir 25 persen; di luar Ibu Kota Jakarta.

Dengan persentase di atas 5 persen, pandemi di Tanah Air, dinilai tak terkendali. Demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Meskipun jumlah kasus terkonfirmasi positif di Indonesia—dari jumlah penduduk 270 juta jiwa—lebih sedikit dibanding jutaan kasus yang dilaporkan oleh Amerika Serikat, Brasil, India, dan Filipina.

Namun, angka sebenarnya kasus COVID-19 di Indonesia, dinilai kemungkinan masih tersembunyi.

Pasalnya, India dan Filipina, mampu melakukan tes empat kali lebih banyak per kapita, begitupun dengan AS, yang menguji 30 kali lipatnya.

Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Rp90,45 M untuk Influencer, ICW Sebut 4 Nama Artis

Berdasarkan statistik dari Our World in Data [sebuah proyek penelitian nirlaba berbasis di Universitas Oxford], Indonesia, ada di peringkat ke-83 dari 86 negara; yang disurvei keseluruhan tes per kapita.

“Kekhawatiran kami belum mencapai puncak. Puncaknya bisa datang sekitar Oktober, dan mungkin belum selesai tahun ini,” kata Ahli Epidemiologi dari UI, Iwan Ariawan.

“Saat ini, kami tidak bisa mengatakan bahwa itu terkendali,” sambungnya.

Lambatnya langkah pemerintah di awal pandemi, juga ikut menjadi sorotan.

Terlebih karena pemerintah, enggan mengungkap kebenaran kasus kepada masyarakat.

Hal yang diakui oleh lebih dari 20 pejabat pemerintah, manajer uji laboratorium, hingga pakar kesehatan, kepada Reuters.

Seorang juru bicara WHO, bahkan mengatakan, Indonesia baru mulai mengikuti rekomendasi pelacakan kontak, di pertengahan Juli 2020 lalu.