Berita  

Gus A’am: 3 Tugas dari Gus Sholah, Amanah yang Perlu Diperjuangkan

Tugas dari Gus Sholah

Ngelmu.co – Mengingat tiga tugas dari mendiang KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), yang disampaikan Rabu (24/10/2018) lalu, Agus Solachul Aam Wahib (Gus Aam), memandangnya sebagai amanah yang perlu untuk diperjuangkan.

3 Tugas dari Gus Sholah

Ketiga tugas itu dititip oleh Gus Sholah, setelah Komite Khitthah-26 Nahdlatul Ulama (KK-26 NU), terbentuk di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

“Ada tiga tugas penting beliau, yang disampaikan dalam setiap pertemuan KK-26 NU. Pertama, bebaskan NU dari money politics,” kenang cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Wahab Chasbullah itu, seperti dilansir duta.co, Senin (3/2).

“Kedua, bebaskan NU dari cengkeraman partai politik tertentu. Ketiga, jadikan NU kekuatan civil society, masyarakat madani. Tidak ke mana-mana, tetapi ada di mana-mana,” imbuhnya.

Semangat yang Luar Biasa

Semangat Gus Sholah, memasyarakatkan serta mengagendakan halaqah KK-26 NU, agar digelar setiap setengah bulan sekali, menurut Gus A’am, patut ditiru.

“Luar biasa. Semangatnya mengalahkan kita yang muda-muda. Beliau datang sendiri, mengundang langsung KH Tholchah Hasan (Malang) untuk hadir di halaqah KK-26 NU,” kata Gus A’am.

“Alhamdulillah, berkat kerja keras beliau, kita memiliki wejangan-wejangan penting dari Almaghfurlah KH Tholchah,” sambungnya.

Tugas dari Gus Sholah yang Prihatin dengan Politik Uang

Keprihatinan Gus Sholah, terhadap politik uang di tubuh NU, patut diperhatikan.

Sebab diakui atau tidak, politik uang disebut telah merambah ke elite NU. Bukan sekadar forum muktamar, konferensi wilayah, cabang atau anak cabang.

Uang-uang itu dinilai telah berhasil merusak idealisme pengurus.

“Ini berkali-kali beliau sampaikan. Sampai-sampai ketika saya usul dibuatkan spanduk hentikan politik uang di Muktamar ke-34 NU, di Lampung, beliau sangat setuju,” kenang Gus A’am.

“Dalam pandangan beliau, politik uang inilah yang menghancurkan idealisme NU, sehingga jamiah ini terhempas dari tujuan awal didirikannya,” lanjutnya.

Gus Sholah: NU Bukan Organisasi Parpol

Dominasi—kooptasi—Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kepada NU, kata Gus A’am, juga sering disebut oleh Gus Sholah.

Menurut almarhum, sangat banyak kader NU yang berada di partai lain, dan itu sah-sah saja.

NU, lanjut Gus A’am, menurut Gus Sholah tak boleh menjadi bagian dari partai politik tertentu, karena NU bukan organisasi sayap (underbow) PKB.

“Ketika saya datang ke acara maulid di PKS, lalu menjelaskan ke publik, bahwa PKS ini menjadi korban stigma isu radikal dan wahabi, Gus Sholah membenarkan,” ujarnya.

“Saya bahkan ditelepon beliau, sepertinya menugaskan kepada saya, agar menjelaskan ke publik soal isu radikal dan wahabi secara benar. Jangan sampai umat Islam, menjadi korban politisasi isu-isu agama,” sambung Gus A’am.

Baca Juga: Gus Sholah: Aktivis, Arsitek, Politisi, Hingga Ulama

Gus Sholah, lanjutnya, bahkan sempat memberikan peringatan keras soal politisasi jamiah NU.

Tepatnya pada halaqah keenam, KK-26 NU, di Gedung Pertemuan Batik Pekajangan, Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019) lalu.

Kala itu almarhum menegaskan, jika ada catatan-catatan bertajuk, ‘Bangsa Mati di Tangan Politikus’, maka hal yang sama juga dirasakan NU.

“Menurut saya, NU mati di tangan politisi,” tegas Gus Sholah yang disambut tepuk tangan ratusan peserta halaqah.

Itu sebabnya, kini, setelah Gus Sholah tiada, Gus A’am merasa tugas-tugas penting itu perlu untuk diperjuangkan.

“Bagaimana kita melanjutkan perjuangan beliau. Mendoakan beliau, semoga seluruh kekhilafannya diampuni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amal baiknya diterima. Kita diberi kekuatan meneruskan perjuangannya. Keluarga yang ditinggal diberi ketabahan. Aamiin,” pungkas Gus A’am.

Baca Juga: Diminta Pimpin Doa untuk Gus Sholah, HNW: Bukti Keluarga Ini Terbuka pada Siapapun

Gus Sholah mengembuskan napas terakhir, Ahad (2/2) malam, di usia 77 tahun, setelah sempat dirawat selama dua pekan, di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.