Berita  

Ilmuwan AS Sebut Corona Ada di Cina Sejak Oktober 2019: Menyebar Sebelum Pasien Pertama Terdeteksi

Coronavirus Covid China October November 2019
Anggota tim WHO yang menyelidiki asal-usul COVID-19, mengenakan APD, terlihat selama kunjungan mereka ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan, Wuhan, Hubei, Cina, 2 Februari 2021. (Agence France Presse/Hector Retamal)

Ngelmu.co – Setelah melakukan studi terbaru, ilmuwan Amerika Serikat (AS), menyebut bahwa virus Corona benar berasal dari Cina, dan mulai ada sejak pertengahan Oktober atau awal November, tahun 2019.

“Terindikasi pula bahwa virus ini sudah menyebar ke berbagai belahan dunia, beberapa pekan sebelum pasien pertama terdeteksi.”

Penelusuran ini merupakan bagian dari investigasi tim WHO yang saat ini berada di Wuhan, Hubei, Cina.

Mereka adalah ilmuwan dari Institute for Genomics and Evolutionary Medicine, Temple University, Philadelphia.

Pihaknya telah menganalisis sampel dari ribuan pasien penderita COVID-19, dan memanfaatkan permodelan.

Tujuannya, melacak mutasi kanker serta menerapkannya untuk mengetahui evolusi virus Corona.

Pelacakan berlangsung sampai progenitor–genom yang berada di balik infeksi virus Corona.

“Semua bukti genetik memperjelas, bahwa virus Corona ini benar dari Cina,” kata salah satu peneliti, Sergei Pond, mengutip IB Times–dari detik.com, Kamis (4/2).

“Pola penyebarannya ke seluruh dunia juga konsisten. Virus asal Cina ini menjadi awal wabah di negara lain,” imbuhnya.

Begitu pun dengan beberapa riset di California dan Arizona.

Hasilnya, kemungkinan COVID-19 muncul pertama kali di Hubei, antara pertengahan Oktober atau awal November, tahun 2019.

Sementara soal sumber virus, masih dalam penyelidikan intensif.

Kembali dipercaya bahwa, pembawa pertamanya adalah kelelawar.

Lalu menginfeksi binatang perantara, sebelum akhirnya menular ke manusia.

Namun, spesies perantara yang dimaksud juga belum diketahui secara jelas.

Baca Juga: Kesalahan Cina di Awal Pandemi Terungkap dari Bocornya Dokumen

Terlepas dari itu, pandemi COVID-19 memang membuat hubungan AS dan Cina, memanas.

Kementerian Luar Negeri AS, menyebut adanya bukti periset di Wuhan Institute of Virology, menderita sakit sebelum terdeteksi kasus virus Corona di Wuhan.

Mendengar itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, pun menjawab.

“Saya ingin menekankan, jika AS sungguh menghormati fakta, mereka harus membuka laboratorium biologi di Fort Detrick,” tuturnya.

“Memberi lebih banyak transparansi pada isu seperti 200 laboratorium biologi di luar negeri,” imbuh Hua.

“Mengundang WHO melacak asal virus Corona di AS, dan menanggapi kecemasan komunitas internasional dengan aksi nyata,” tegasnya.