Berita  

Indonesia: Jual Minyak Mentah ke Singapura, Setelah Jadi BBM, Dibeli Lagi!

Indonesia BBM Singapura

Ngelmu.co – Sudah tahu ‘kan kalau soal BBM, Indonesia bergantung pada impor dari Singapura?

Negara yang sebenarnya nyaris tidak memiliki sumber daya alam; sama sekali.

Tiap tahun, impor BBM dari Singapura, sangat menguras devisa negara, lo!

Bahkan, impor BBM ini juga yang membuat Indonesia, rutin mengalami defisit perdagangan dengan Singapura.

Mirisnya lagi, sebagian BBM yang Indonesia impor dari Singapura, berasal dari hasil eksploitasi sumur-sumur minyak yang ada di Tanah Air.

Banyak KKKS [kontraktor kontrak kerja sama] atau para perusahaan pengeboran minyak di Indonesia, menjual minyaknya ke Singapura.

Mengapa demikian? Sebab, kilang di Indonesia, tidak mampu menampung seluruh produksi minyak mentah yang ada.

Faktanya, walaupun Singapura, luas, tetapi tidak lebih luas dari pada Ibu Kota DKI Jakarta.

Singapura memang jauh lebih maju dalam kepemilikan kilang minyak, meskipun sama sekali tidak memiliki ladang minyak.

Singapura menjadi salah satu produsen BBM terbesar dunia–selama puluhan tahun–karena punya beberapa kilang minyak besar.

Stok cadangan BBM mereka juga terbilang sangat besar.

Letak Singapura, strategis. Kemudahan berinvestasi serta perizinan juga menjadi alasan, perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak mereka di sana.

Mengutip data lembaga informasi energi milik pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA).

Kapasitas kilang minyak di Singapura, mencapai 1,4 juta barel per hari.

Setidaknya, ada 3 kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura, yakni:

  1. Shell Pulau Bukom Refinery dengan kapasitas 500.000 barel/hari;
  2. ExxonMobil Jurong Island Refinery dengan kapasitas 605.000 barel/hari; dan
  3. SRC Jurong Island Refinery berkapasitas 290.000 barel/hari.

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura mampu mengolah minyak bumi yang mereka impor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Lalu, mereka mengolahnya menjadi BBM, siap ekspor.

Populasi penduduk Singapura juga tercatat hanya 5,7 juta jiwa, sehingga konsumsi BBM domestik mereka relatif sangat kecil.

Jika membandingkan dengan Indonesia yang populasi penduduknya sekitar 260 juta jiwa, konsumsi BBM 1,4 juta barel/hari.

Sementara kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina? Hanya sekitar 1,1 juta barel/hari.

Bahkan, SKK Migas [Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi], mencatat angka produksi minyak mentah Indonesia–sepanjang semester I 2022–tidak sampai separuh dari kapasitas kilang minyak Singapura.

Hanya 616,6 ribu barel/hari, atau 88 persen dari target APBN, mengutip Antara.

Ini juga yang akhirnya menyebabkan impor minyak sangat membebani neraca perdagangan Indonesia.

Baca Juga:

Mengutip Kompas, hampir tiap tahun, Singapura, menjadi negara yang paling banyak mengekspor BBM ke Indonesia.

Mengalahkan Arab Saudi yang berstatus produsen minyak terbesar global.

Singapura juga tercatat sebagai negara pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia.

Di mana sebagian besar ekpsor minyak itu mereka kirim ke Indonesia, Malaysia, dan Cina.

Ironinya, bahan baku BBM–alias minyak mentah kilang–di Singapura, juga datang dari Indonesia; dalam jumlah yang cukup signifikan.

Singapura adalah importir minyak mentah asal Indonesia.

Contoh, pada Januari-September 2019, nilai ekspor minyak mentah Indonesia ke Singapura adalah 546,71 juta dolar AS.

Nilai ini mencapai 43,49 persen dari total ekspor minyak mentah Indonesia.

Bahkan, sepanjang 2000-2021, Indonesia belum pernah sekalipun mencatatkan surplus; alias selalu tekor saat berdagang dengan Singapura.

Contoh lagi, mengutip laman Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor Indonesia berturut-turut ke Singapura, adalah:

  • 2019 sebesar 12,916 miliar dolar AS;
  • 2020 sebesar 10,661 miliar dolar AS; dan
  • 2021 sebesar 11,634 miliar dolar AS.

Sebaliknya, impor Indonesia dari Singapura, adalah:

  • 2019 sebesar 17,589 miliar dolar AS;
  • 2020 sebesa2 12,341 miliar dolar AS; dan
  • 2021 adalah sebesar 15,415 miliar dolar AS.

Artinya, defisit Indonesia dalam tiga tahun terakhir berdagang dengan Singapura, adalah:

  • 2019 sebesar 4,673 miliar dolar AS;
  • 2020 sebesar 1,679 miliar dolar AS; dan
  • 2021 sebesar 3,817 miliar dolar AS.