Ini Alasan AS dan Israel Tarik diri dari UNESCO

Irina Bokova, kepala UNESCO, menyebut penarikan AS sebagai "kerugian multilateralisme", dengan mengatakan bahwa dia yakin bahwa "UNESCO tidak pernah begitu penting bagi AS, atau AS tidak penting untuk UNESCO".

Ngelmu.co – AS telah mengumumkan akan menarik diri dari Organisasi Ilmiah dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), dan menuduh para aktivis dalam tubuh UNESCO telah bersikap bias “anti-Israel”.

Heather Nauert, juru bicara departemen luar negeri AS, mengatakan pada Kamis bahwa AS akan membentuk sebuah “misi pengamat” untuk menggantikan perwakilannya di agensi yang berbasis di Paris itu.

Dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan penarikannya, Israel menyebut keputusan pemerintah AS itu sebagai langkay yang “berani dan bermoral”, dan menuduh UNESCO menjadi “teater yang absurd”.

“Perdana menteri menginstruksikan kementerian luar negeri untuk mempersiapkan penarikan Israel dari organisasi tersebut mengikuti langkah Amerika Serikat,” kantor Benjamin Netayanu mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Irina Bokova, kepala UNESCO, menyebut penarikan AS sebagai “kerugian multilateralisme”, dengan mengatakan bahwa dia yakin bahwa “UNESCO tidak pernah begitu penting bagi AS, atau AS tidak penting untuk UNESCO”.

Pada saat “konflik terus merobek-robek tatanan masyarakat di seluruh dunia, sangat disesalkan justru Amerika Serikat menarik diri dari badan PBB yang mempromosikan pendidikan untuk perdamaian dan melindungi budaya yang diserang,” katanya.

Alasan AS dan Israel keluar dari UNESCO

1. UNESCO telah mengkritik Israel atas penggalian liar di situs lingkungan masjid Al Aqsa Yerusalem.

“Cepat atau lambat mereka akan melihat isu Palestina menjadi topik pembahasan di setiap badan PBB. Akankah AS menanggapi hal itu dengan menarik diri dari WHO atau World Intellectual Property Organization? Mereka hanya akan menyakiti diri mereka sendiri,” kataIrina Bokova, kepala UNESCO.

2. AS marah pada tahun 2011 ketika anggota UNESCO memberikan keanggotaan penuh kepada tubuh Palestina, meskipun mendapat tentangan dari sekutunya.

Tahun itu AS berhenti membayar iurannya ke organisasi beranggotakan 195 negara tersebut namun tidak secara resmi mundur.

3. AS menentang langkah apapun oleh badan-badan PBB untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara.

AS bersikeras bahwa ini harus menunggu kesepakatan damai Timur Tengah yang dinegosiasikan.

4. Israel telah lama berselisih dengan UNESCO.

Perselisihan terutama mengenai keputusannya untuk mengakui orang-orang Palestina sebagai anggota pada tahun 2011.

Pada bulan Juli, badan PBB tersebut menyatakan Kota Tua Hebron di Tepi Barat yang diduduki sebuah situs Warisan Dunia yang terancam punah.

Netanyahu mengumumkan pemotongan dana sebesar $ 1 juta kepada PBB, dengan mengatakan bahwa pemungutan suara UNESCO mengabaikan hubungan Yahudi dengan situs tersebut.

Sebelumnya, sebuah resolusi UNESCO tentang Yerusalem di bulan Mei sangat mengkritik pendudukan Israel di bagian timur kota.

 

Badan Budaya

UNESCO terkenal karena tugasnya untuk melestarikan warisan, termasuk memelihara daftar situs Warisan Dunia, dan program untuk mempromosikan pendidikan di negara-negara berkembang.

“UNESCO mempromosikan cita-cita dan nilai-nilai kita melalui budaya, pendidikan dan sains,” Francois Delattre, duta besar PBB di New York, menambahkan bahwa “kita membutuhkan Amerika yang tetap berkomitmen untuk urusan dunia.”

Kementerian luar negeri Rusia mengatakan pihaknya menyesalkan keputusan tersebut, menambahkan bahwa langkah tersebut akan mengganggu sejumlah proyek penting yang direncanakan oleh UNESCO.

“Kami berbagi keprihatinan oleh banyak negara bahwa kegiatan UNESCO akhir-akhir ini terlalu dipolitisir,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Antonio Guterres, sekretaris jenderal PBB, mengatakan melalui juru bicara bahwa dia “menyesalkan perkembangan ini secara mendalam”.

Perkembangan hari Kamis menunjukkan “total dan bias total” pemerintah AS terhadap Israel, kata Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, sebuah partai politik yang terdiri dari sebagian besar intelektual sekuler.

Barghouti menambahkan bahwa “seolah-olah Israel mendikte kebijakan AS tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga di organisasi internasional.

“Ini akan memiliki efek yang sangat berbahaya pada gagasan AS yang kini enduduki posisi sebagai mediator antara Palestina dan Israel. Perilaku ini kontraproduktif dan memalukan,” katanya kepada Al Jazeera lewat telepon.