Intimidasi Oknum Intel Warnai Munas Pramuka ke-10

 

Isu tak sedap mengiringi terpilihnya Budi Waseso sebagai Ketua Kwarnas dalam Musyawarah Nasional (Munas) X Pramuka, di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (28/09/2018). Tersiar kabar banyak intel yang menekan para Ketua Kwarda.

Mereka dipanggil satu per satu dan ditekan untuk mendukung Budi Waseso sebagai Calon Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Pemanggilan dan penekanan itu dilakukan oleh oknum-oknum yang dicurigai sebagai intel pada instansi tertentu.

Beberapa Kwarda mengaku sangat tertekan karena sejak Gerakan Pramuka didirikan tahun 1961 belum pernah ada gaya intervensi dalam pemilihan seperti ini.

“Ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah Pramuka, tidak ada calon Ketua Kwarnas yang menggunakan oknum intel untuk memanggil, menekan, memaksa Kwarda untuk mendukung calon tertentu,” ujar Pengurus Kwarda yang tidak mau disebutkan namanya di Kendari, Jumat, (28/09/2018) seperti dilaporkan Obsession.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso membantah terpilihnya dia sebagai Ketua Kwarnas karena intervensi dari pemerintah melalui peran intelijen.

“Saya malah nggak tahu itu dari mana. Jadi gini tadi itu pemilihan berjalan fair ya. Kalau mau membuktikan ada intervensi atau tidak tadi itu berjalan terbuka. Semua bisa menyampaikan pendapat semua. Jadi nggak itu intervensi,” ujar Budi di Kendari, Jumat (28/9/2018).

Terkait rangkap jabatan yang dilakukannya, Buwas sapaan akrab Budi Waseso juga mengaku tidak masalah.

“Justru nanti menjadi kekuatan untuk menjalankan bulog. Pramuka jadi agen-agen untuk mendistribusikan Bulog. Dan jadi agen-agen ketahanan pangan,” ujarnya.

Suasana munas terkesan tidak kondusif, bahkan sebelum acara dimulai. Hal ini diakui Ketua Panitia Munas X Pramuka, P.A Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes, saat ditemui sejumlah jurnalis di media center, Jumat (28/09/2018).

Menurut Kodrat, disebabkan kecemasan karena adanya tekanan terhadap Ketua-Ketua Kwarda, oleh oknum intel, untuk mendukung salah satu calon Ketua Kwarnas Pramuka periode 2018-2023.

“Ada tekanan-tekan terus terang saja dari oknum. Ada intel yang menekan Ketua-Ketua Kwarda, untuk mendukung calon tertentu, mudah-mudahan tidak terjadi, tapi itulah yang terjadi secara psikologis Ketua-Ketua Kwarda ini merasa tertekan,” ungkap Kodrat seperti dilansir Okezone.

Sejak hari pertama Munas digelar, berbagai spanduk gelap dipasang untuk menyudutkan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault. Adhyaksa Daut terus dikaitkan dengan alumni 212 dan pendukung tim sukses Prabowo-Sandiaga Uno. Spanduk ini tiba-tiba muncul di beberapa lokasi di Kota Kendari yang hingga hari ini tidak diketahui siapa pemasangnya.

Dalam Munas ini ada tiga calon yang maju. Buwas mendapatkan 19 suara, Adhyaksa Dault 14 suara, dan Jana T. Anggadiredja mendapatkan 2 suara. Total ada 35 suara. Pemilihan berlangsung voting.