Ngelmu.co – Rupiah terus melemah. Saat ini telah menembus lebih dari Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat. Lalu, bagaimana tanggapan Presiden Joko Widodo terkait melemahnya rupiah ini?
Dilansir dari Republika, Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut memantau perkembangan pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah ke angka Rp 14.043 per dolar AS. Â Jokowi pun memberikan tanggapannya soal melemahnya rupiah ini. Jokowi menyatakan bahwa persoalan nilai tukar mata uang sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia, negara-negara yang lain pun mengalami hal serupa.
Menurut Jokowi, melemahnya rupiah dan mata uang negara-negara lain tersebut dikarenakan perang dagang negara-negara besar serta kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang kemungkinan akan menaikkan tiga hingga empat kali dalam beberapa waktu ke depan. Oleh karena itu, Jokowi menyebutkan bahwa dirinya pun terus melakukan komunikasi dengan Bank Indonesia.
“Semua negara ini mengalami hal yang sama. Kita terus (komunikasi dengan Bank Indonesia), bahkan sebelum saya berangkat ke sini (Riau) pun komunikasi,” kata Jokowi saat meresmikan peremajaan kelapa sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5).
Baca juga:Â Mungkinkah Rupiah Kembali Melemah ke Rp 14.200 Per Dollar AS?
Di lain sisi, Jokowi menambahkan bahwa melemahnya rupiah pun sebenarnya memberikan keuntungan bagi Indonesia. Adapun salah satu keuntungan dari melemahnya rupiah adalah industri kelapa sawit yang menyumbang devisa cukup besar dengan ekspor yang dilakukan. Makin banyak eskpor dengan nilai mata uang rupiah sekarang maka makin banyak penghasilan yang didapatkan.
Diketahui sebelumnya bahwa berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.036 per dolar AS pada Selasa (8/5), sedikit melemah dibandingkan Senin (7/5) di level Rp 13.956 per dolar AS.
Sedangkan, pada data Bloomberg USDIDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Selasa dibuka di level Rp 14.004 per dolar AS dan ditutup di level Rp 14.052 per dolar AS.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan bahwa rupiah depresiasi sebesar 0,40 persen (mtd) pada Senin (7/5). Depresiasi yang dialami rupiah masih lebih baik daripada depresiasi mata uang rupee India, zaar Afrika Selatan, rube Rusia,dan lira Turki yang lebih tajam. Tekanan dari eksternal, khususnya AS, masih dominan memengaruhi pelemahan di banyak mata uang negara maju dan berkembang.
“Secara perlahan harus dijelaskan bahwa angka depresiasi rupiah masih wajar dan sama dengan perkembangan mata uang regional, dan tidak pada level nominal yang kebetulan sudah menembus batas psikologis Rp 14 ribu per dolar AS,” kata Dody, Selasa (8/5).
Dody memaparkan bahwa pihak BI telah melakukan langkah stabilisasi, baik di pasar valas maupun SBN (surat berharga negara). Langkah tersebut ditujukan untuk meminimalisasi depresiasi yang terlalu cepat dan berlebihan.