Ngelmu.co – Sejak harganya naik–awal September lalu–bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, terus menyita perhatian publik.
Pertama, ketika harganya lebih mahal dari BBM yang dijual pesaing.
Kedua, saat masyarakat menyebut Pertalite, justru menjadi lebih boros setelah harganya naik.
Teranyar, karena viralnya unggahan seorang warganet di media sosial Twitter.
Pemilik akun @yo2****, mengunggah gambar yang menunjukkan hasil uji Pertalite adalah RON 86.
“Ini namanya perampokan, dan aparat melempem seperti kerupuk kena air,” tulis @yo2****, seperti Ngelmu kutip pada Sabtu (8/10/2022).
“Pertalite RON 90, actual hanya RON 86,” bunyi tulisan di gambar yang terunggah.
Sontak, unggahan @yo2****, pun menyita perhatian para pengguna Twitter.
Tanggapan Pertamina
Pertamina–melalui Corporate Secretary, yakni Patra Niaga Irto Ginting—pun memberikan tanggapan.
Ia mengatakan, alat pengujian RON yang akurat, harus mengacu kepada metode standar; seperti ASTM RON method.
“Di mana seluruh proses pengujian dapat divalidasi, dan alat yang digunakan selalu dikalibrasi,” tutur Patra, Sabtu (8/10/2022).
“Pada gambar tersebut, Pertamina tidak dapat memastikan alat yang digunakan dalam pengujian RON.”
“Jika alat yang digunakan tersebut adalah Oktan Analyzer Portable, alat tersebut juga harus terbukti sudah terkalibrasi menggunakan certified reference material secara berkala.”
Baca Juga:
Patra juga menjelaskan, bahwa selama ini, PPPTMGB [Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi] atau Lemigas, telah menguji 6 sampel Pertalite di SPBU wilayah Jakarta.
Ia memastikan, yang dihasilkan memastikan Pertalite adalah RON 90.
“Seluruh sampel menunjukkan hasil atau spek Pertalite, masih sesuai dengan ketentuan Dirjen Migas No. 0486.K/10/DJM.S/2017 [tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) BBM Jenis Bensin RON 90 yang Dipasarkan di Dalam Negeri],” pungkas Patra.
Alat Pengukur Oktan
Kanal YouTube Bensin Kita juga menjelaskan tentang alat pengecekan resmi oktan BBM.
Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Tri Yuswidjajanto, bicara di sana.
Ia menyebut, alat ukur oktan BBM yang resmi berstandar internasional dan digunakan oleh Pertamina adalah Coordinating Fuel Research (CFR).
Alat tersebut merupakan alat standar internasional yang cara kerjanya menduplikasi pembakaran di dalam mesin.
“Sehingga bisa membuktikan ketahanan bahan bakar ngelitik. Hasil ujinya bisa dijadikan acuan,” ujar Tri dalam video tersebut.
Guna mengetahui konsep angka oktan bilangan yang menunjukkan ketahanan terhadap terjadinya ngelitik.
Kalau diibaratkan seperti manusia, maka oktan yang tinggi adalah orang sabar.
“Sedangkan oktan rendah adalah orang temperamental,” kata Tri.
“Dengan demikian, reaksinya berbeda. Kalau oktan tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan kendaraan, mesin bisa mengalami knocking atau ngelitik.”
“Bahkan bisa kehilangan performa, cepat rusak lagi,” sambung Tri.
Mengapa Hasilnya Berbeda?
Tri menekankan, tidak sebarang orang bisa menggunakan CFR.
“Nah, untuk menguji bahan bakar dengan CFR, tidak sebarang orang yang boleh melakukannya. Hanya operator yang memiliki sertifikat.”
Di video Tri juga tampak pengujian BBM RON 98 atau Pertamax Turbo; menggunakan CFR.
Lalu, dibandingkan dengan alat yang dua hari ini viral di media sosial.
Hasilnya dari CFR Pertamax Turbo mengandung oktan 98,29; sementara menggunakan alat yang viral di pasaran, oktannya hanya 87.
“Kenapa hasilnya berbeda? Mesin CFR adalah alat uji oktan secara internasional, dengan cara kerja menduplikasi pembakaran di dalam mesin.”
“Sehingga membuktikan ketahanan bahan bakar terhadap ngelitik. Hasil ujinya bisa dijadikan alat acuan,” kata Tri.
Sedangkan pengukur oktan yang beredar di pasaran, bekerja dengan prinsip fisika kimia bahan bakar.
“Sehingga hasilnya tidak bisa dijadikan acuan,” pungkas Tri.