KISAH HERIKA TAKI, ANAK GURU NGAJI KAMPUNG YANG BERHASIL JADI DOKTOR KING ABDULAZIZ UNIVERSITY

Berapa upah seorang guru ngaji di kampung? Pastinya tidak besar. Namun, sekecil apa pun bayaran yang didapat, hal itu tidak menghalangi orangtua Herika Muhammad Taki (36) untuk membesarkan dan memberikan pendidikan yang terbaik untuk putranya.

Dari jerih payah mengajar, orangtua Herika mampu mengantarkan putra mereka bersekolah di SMKN 26 (STMN Pembangunan), Jakarta, yang dikenal sebagai sekolah teknik percontohan di era Orde Baru. Setelah lulus, Herika berhasil masuk Universitas Indonesia (UI) jurusan Geografi, kemudian melanjutkan lagi mengambil Magister UI.

Tak ingin menyiakan kesempatan untuk menimba ilmu lebih tinggi, Herika pun mengambil tawaran mengikuti Program Doktor di Universitas King Abdulaziz Jedah. Dia memilih mengundurkan diri sebagai karyawan sebuah perusahaan ternama di Indonesia dan berangkat ke Arab Saudi pada tahun 2015.

Tahun-Tahun yang Tidak Mudah

Kurang lebih empat tahun setelahnya, sosok beralis tebal ini mendalami bahasan bidang “Perencanaan Wilayah dan Kota,” tepatnya Perencanaan Model TOD untuk melengkapi perencanaan transportasi kereta api di Jabodetabek. Bukanlah tugas yang mudah mengingat, selain kendala bahasa di awal-awal masa belajar, Herika harus membuat sejumlah penelitian, mengumpulkan data, mengkaji penelitian sebelumnya sampai pada akhirnya menyelesaikan disertasi doktoralnya.

Kondisinya semakin tidak mudah karena, di saat yang sama, Herika juga dipercaya dalam beragam kegiatan kemahasiswaan. Bukan hanya itu, ia bahkan menduduki sejumlah jabatan strategis, seperti: Ketua PPMI Jedah, Ketua FORSIASA Mahasiswa Pasca Sarjana Indonesia Timur Tengah, dan Sekretaris Komite Sekolah Indonesia Jedah.

Tak heran, dengan padatnya agenda belajar dan aktivitas kemahasiswaan, Herika sering mengorbankan waktu pribadinya. Dia sering tidur larut malam untuk belajar dan belajar. Ia lakoni dengan harapan semua pengorbanan orangtuanya, kelak, tidak akan sia-sia.

Lulus dengan Predikat Pujian Tertinggi

Setelah melewati hari-hari yang menguras pikiran dan tenaga, Herika menghadapi sidang uji disertasi PhD-nya. Tepatnya pada Ahad, 13 Januari 2019. Sidang uji ini bersifat tertutup, dihadiri oleh dewan penguji yang terdiri dari para profesor. Sebelum sidang, jantung Herika seperti mau copot, tapi terus berdoa agar semua dilancarkan.

Begitu sidang dimulai, Herika pun mampu mempertahankan disertasinya. Dia berhasil menjawab pertanyaan demi pertanyaan tajam para penguji. Usai sidang, hatinya mengucap syukur yang tak terhingga. Dewan penguji sepakat menyerahkan gelar Doktor di depan namanya. Pencapaian ini terasa demikian membanggakan karena Herika menjadi Doktor Pertama dari bidang Urban and Regional Planning di Arab Saudi.

Keberhasilan Herika disambut meriah oleh rekan mahasiswa lainnya. “Hari ini merupakan hari bersejarah. Kandidat PhD Indonesia membuktikan kemampuan akademisnya dengan hasil yang sangat membanggakan! Saya dan rekan rekan berharap agar peristiwa ini dapat menjadi penyemangat bagi teman-teman mahasiswa lainnya, yang sedang studi di Arab Saudi khususnya di Jeddah,” ucap Satria Antoni Syamsuddin, teman Herika yang juga merupakan kandidat PhD asal Riau.

Pencapaian Herika pun mendapat apresiasi dari Dekan URP, Dr Emad Qurnfullah. “Saya mengenal baik Herika Muhamad Taki melalui kesungguhannya dalam melakukan penelitian serta sikap yang baik kepada semua. Saya berharap semoga Herika bisa bergabung bersama kami untuk menjadi peneliti melalui program Post-doctoral yang kami tawarkan karena kami membutuhkan pemikiran dan penelitiannya untuk pengembangan urban transportation di Arab Saudi khususnya di Jedah.”

Memilih Pulang dan Berbakti untuk Indonesia

Namun, meski mendapat tawaran untuk bekerja di Arab Saudi, Herika memutuskan untuk pulang. Kembali ke Indonesia. Dia ingin menyumbangkan ilmunya untuk Tanah Air tercinta.

Keinginan ini semakin kuat dengan ucapan Dekan URP yang menambahkan bahwa disertasi Herika akan sangat bermanfaat tidak hanya bagi akademisi, namun juga bagi dunia praktisi. Seluruh anggota juri pun menyetujui agar disertasi Herika ditujukan bagi stakeholder atau pemangku kebijakan di Indonesia.

Kini, sosok pemuda yang juga penghafal Quran ini pun tengah bersiap-siap pulang ke Indonesia. Masih terbayang di ingatannya bagaimana dulu orangtuanya bekerja susah payah, mengajar dari satu majelis taklim ke majelis taklim lainnya. Walau kini dua orangtuanya telah tiada, Herika tak akan pernah melupakan jasa ayah dan ibunya, yang mampu membuatnya jadi seperti sekarang.

Welcome home, Herika Muhammad Taki![]