Berita  

Kontroversi Peta Islam Digital yang Diluncurkan Pemerintah Austria

Peta Islam Austria

Ngelmu.co – Peta Islam digital yang diluncurkan oleh pemerintah Austria, menjadi kontroversi.

Selain berbau rasis, berbagai pihak juga menilai ini sebagai kebijakan yang tidak bertanggung jawab.

Dewan Pusat Muslim Jerman adalah salah satu pihak yang lantang menentang.

Pihaknya, mengkritisi peluncuran situs tersebut yang sarat akan pekikan perang, seperti Islam politik dan tindakan semacamnya.

“Rasis, anti-Muslim, dan ekstremis agama, akan diperkuat, di saat yang bersamaan, secara umum, jutaan Muslim dicurigai.”

Demikian kecam Dewan Pusat Muslim Jerman Aiman Mazyek, mengutip Anadolu Agency, Kamis (3/6).

Baginya, ini merupakan langkah yang tidak bertanggung jawab, mengingat Eropa aktif menyuarakan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan di masyarakat.

Baca Juga: 3 Pemuda Muslim Selamatkan Polisi dan Warga Wina (Austria) dari Serangan

Kecaman ini berangkat dari pernyataan Menteri Integrasi Austria Susanne Raab, Selasa (1/6) lalu.

Ia, lantang mendukung peta Islam, meski kritik tak henti berdatangan.

Raab tetap beranggapan, tujuan peta Islam adalah untuk melawan sekaligus mencegah berkembangnya Islam politik.

“Ini sama sekali bukan mencurigai Muslim secara keseluruhan,” tuturnya saat menjalani wawancara dengan surat kabar harian Jerman, WELT.

“Ini tentang perjuangan bersama melawan Islam politik, sebagai tempat berkembang biaknya ekstremisme,” sambung Raab, mengutip Daily Sabah.

Sebagai informasi, Peta Islam ini mencatat nama juga lokasi lebih dari 620 masjid.

Begitu juga asosiasi, pejabat, dan kemungkinan koneksi mereka di luar negeri.

Jelas, hal ini membuat banyak Muslim merasa seperti di-stigmatisasi. Mereka juga mengkhawatikan keamanannya di Austria.

Terlebih setelah serangan teror mematikan di Wina, pada November 2020 lalu.

Vandalisme Masjid Pasca Peluncuran Peta Islam

Benar saja, belum lama muncul Peta Islam kontroversial itu, anggota komunitas Islam Austria, mengalami hal buruk.

Ia mengatakan, papan tanda rasis telah terpasang di banyak lokasi dekat masjid, di Wina.

Papan-papan itu menunjukkan gambar seorang pria dengan janggut dan kopiah bertuliskan.

Dengan tulisan, “Perhatian: Politik Islam sudah dekat. Lihat Peta Islam untuk info lebih lanjut.”

Otoritas Agama Islam di Austria (IGGIO), pada pernyataannya, Rabu (2/6) kemarin, papan tersebut mengekspos banyak masjid untuk diserang.

“Peta Islam yang membagikan informasi rinci tentang Muslim dan institusi Islam, harus dibatalkan,” tegas IGGIO.

“Sebelum menyebabkan lebih banyak bahaya dan provokasi,” sambung pernyataan tersebut.

Di sisi lain, media-media Austria, melaporkan kemungkinan papan nama anti-Islam, didirikan oleh kelompok rasis identitas.

Bukan Hanya Muslim yang Menolak

Kembali ke penolakan banyak pihak terhadap Peta Islam hasil kebijakan pemerintah Austria.

Bukan hanya Muslim, non-Muslim juga menyuarakan hal senada.

Pasalnya, mereka menilai peta tersebut sebagai bentuk diskriminasi terhadap Muslim, sekaligus berpotensi menjadi alat untuk mencurigai mereka.

Ilmuwan Politik Austria, Prof Heinz Gaertner dari Universitas Wina, mengatakan bahwa peta ini diskriminatif.

Ia mengingatkan, bukan tidak mungkin akan ada kekacauan serta pelanggaran hukum terhadap Muslim, akibat kebijakan ini.

“Hanya masalah waktu, sebelum akhirnya akan ada serangan kekerasan terhadap kelompok Islam,” kritiknya.

“Pelabelan publik terhadap kelompok tertentu seperti itu, selalu menjadi awal dan dasar penghinaan, bahkan penganiayaan,” imbaunya tegas.

Namun, Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU) Jerman yang dipimpin Kanselir Angela Merkel justru mendukung inisiatif pemerintah Austria ini.

“Kami tidak membutuhkan kemarahan buatan tentang Peta Islam Austria.”

“Kami memerlukan debat serius tentang bagaimana menangani ekstremisme Islam di Jerman.”

Demikian kata Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Baden-Wurttemberg Selatan Thomas Strobl.

Pemuda Muslim Austria Mengecam

Pemerintah Austria seperti menutup mata dari kecaman atas peluncuran Peta Islam ini.

Mengutip Al-Jazeera, Senin (31/5) lalu, kelompok Pemuda Muslim Austria, mengecam kebijakan pemerintah satu ini.

“Penerbitan semua nama, fungsi, dan alamat institusi Muslim [institusi-institusi yang telah dibaca sebagai Muslim] merupakan tindakan melewati batas yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tegas kelompok tersebut.

Pernyataan Menteri Integrasi Austria

Mendengar kabar ini, Ngelmu coba menyoroti sosok Menteri Integrasi Austria Susanne Raab.

Salah satunya melalui pernyataan-pernyataan yang bersangkutan di media sosial pribadinya. Instagram, misalnya.

Melalui Insta Story, @susaraab, mengatakan, “Peta Islam adalah tentang perjuangan bersama melawan Islam politik sebagai tempat berkembang biaknya ekstremisme.”

“Jika Anda menemukan asosiasi Islam, tetapi menyembunyikan identitas dan apa yang dilakukan, itu menunjukkan masalahnya.”

“Bahwa orang lebih suka berkhotbah di ‘ruang belakang pribadi’ dan ‘halaman belakang masjid’.”

Pada dua unggahannya, yakni Kamis (27/5) dan Ahad (30/5) lalu, Raab juga menyatakan:

Dengan peta Islam, kami ingin membantu menarik perbedaan antara Islam sebagai agama dan ideologi Islam politik yang berbahaya.

Peta Islam memberikan gambaran. Tentang asosiasi Muslim di Austria.

Namun, juga mengungkapkan hubungan dengan Islam politik dan struktur serta jaringannya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Susanne Raab (@susaraab)

Kita harus mengambil tindakan aktif melawan ideologi ekstremis.

Dengan paket anti-teror, kami memberi pihak berwenang alat yang tepat untuk tugas penting ini!

Dengan paket anti-teror yang baru, kami ingin di satu sisi lebih mengkaji pembiayaan masjid dari luar negeri.

Di sisi lain, kami ingin menciptakan transparansi tentang siapa yang berkhotbah di masjid, sehingga kami dapat mengambil tindakan terhadap para penceramah kebencian.

Ketiga, kami ingin menciptakan peluang untuk membuat masjid-masjid radikal lebih cepat ditutup.

Sehingga di mana pun tempat berkembang biak ekstremisme dan teror muncul, kami memiliki tindakan cepat untuk mengambil tindakan terhadapnya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Susanne Raab (@susaraab)