Mengapa Gerindra Begitu Yakin Prabowo Menangi Pilpres?

Sebanyak delapan partai politik (parpol) sudah menyatakan dukungan untuk Joko Widodo menjadi calon presiden (capres) pada 2019 mendatang. Partai-partai oposisi pun menyatakan siap bertarung menghadapi Jokowi dan partai pengusungnya tersebut.

Berbagai langkah akan dilakukan partai oposisi, seperti Gerindra dan PKS. Wakil Sekjen DPP Gerindra Andre Rosiade mengatakan, dalam pencalonan presiden, Gerindra memang membutuhkan partai lain untuk berkoalisi.

Sejauh ini PKS masih disebut sebagai partai yang akan berkoalisi pada Pilpres 2019 mendatang. “Kita tahu PKS komitmen dengan kita, tapi tidak menutup kemungkinan Gerindra akan membuka komunikasi dengan partai lain yang belum mencalonkan Jokowi,” kata Andre, Ahad (25/2).

Gerindra, lanjut Andre, akan terus membuka komunikasi dengan PAN dan Demokrat. Kedua partai itu belum menyatakan sosok yang akan didukung. Selain itu, partai-partai baru pun akan dijajaki Gerindra untuk melakukan koalisi dan mendukung Prabowo Subianto sebagai capres.

Selain itu, Andre mengatakan sangat yakin Prabowo akan memenangkan piplres 2019 mendatang. Ada beberapa hal yang membuat Gerindra yakin. Pertama, elektabilitas Jokowi tak pernah tembus di angka aman.

“Ini berbeda dengan SBY ketika setahun menjelang pilpres pada 2008 lalu sudah di atas angka 60 persen,” kata Andre.

Ini menunjukkan masyarakat sekarang, menurut Andre, juga semakin cerdas dalam menilai kinerja pemerintah. Sebab, banyak kinerja Jokowi yang tidak sesuai dengan janji-janjinya saat kampanye dulu.

Elektabilitas Jokowi masih di bawah angka aman 60 persen. Bahkan, dalam survei yang dirilis Media Survei Nasional (Median), elektabilitas Jokowi berada di bawah 40 persen. Sementara survei lain menempatkannya di kisaran 40-50 persen.

Secara tren, elektabilitas calon presiden pejawat ini mengalami penurunan konsisten karena berbagai hal. Sementara, elektabilitas capres-capres lain naik meski tidak tinggi dan tetap Jokowi bersama Prabowo selalu berada paling teratas.

Pada sisi lain, elektabilitas Prabowo masih dalam posisi aman untuk menjadi capres. Bahkan, dalam beberapa survei elektabilitas Prabowo naik.

Prabowo berada pada angka elektabilitas 20-30 persen. Pencalonan Prabowo sebagai capres juga akan berpengaruh terhadap keterpilihan Gerindra.

Survei Poltracking Indonesia menunjukkan, elektabilitas Prabowo pada November di kisaran 27 persen, menjadi 29,9 persen atau naik 2,9 persen pada Februari 2018. Prabowo Subianto diprediksi masih akan jadi calon terkuat pesaing Jokowi.

Dalam paparan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, hanya Prabowo yang menjadi pesaing utama Jokowi dengan tingkat popularitas mencapai 92,5 persen. Itu merupakan elektabilitas tertinggi kedua setelah Jokowi.

Sebagai pemimpin, Prabowo dinilai Gerindra memiliki visi yang kuat untuk memajukan bangsa Indonesia yang saat ini masih terpuruk dalam masalah kemiskinan, pengangguran, hingga kesenjangan sosial ekonomi.

Di tempat lain, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, PKS tengah menjajaki koalisi dengan partai lain. Menurut dia, hubungan yang paling harmonis saat ini adalah dengan Partai Gerindra sehingga tidak tertutup kemungkinan PKS akan berkoalisi dengan partai besutan Prabowo Subianto tersebut. Keputusan itu bergantung pada Majelis Syura PKS sebagai forum tertinggi partai.

Namun, Mardani mengatakan, keputusan PKS untuk sementara masih mencalonkan kader internalnya untuk menjadi capres dan cawapres. Sebab, bagi PKS, lanjut Mardani, ketokohan harus didukung oleh tim yang kuat dan yang berasal dari kader PKS sendiri.

Ia menyebut ada tiga kriteria yang harus dimiliki oleh capres maupun cawapres yang diusung. Di antaranya mempunyai integritas dengan tidak melanggar janji, memiliki kemampuan untuk menyejahterakan rakyat, dan memiliki perhatian dalam memperbaiki kualitas bangsa.

Dengan tiga kriteria tersebut, berdasarkan keputusan Majelis SyurA, Mardani mengatakan telah ada sembilan nama yang disiapkan untuk diusung sebagai capres atau cawapres.

Di antaranya Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid, mantan presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, dan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman.

Selain itu, ada juga nama Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri, mantan presiden PKS Tifatul Sembiring, Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf, termasuk Mardani Ali Sera yang merupakan ketua DPP PKS.

PDIP-Demokrat

Wakil Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah mengatakan tidak menutup kemungkinan PDIP akan menjajaki koalisi dengan Partai Demokrat. “Politik sangat dinamis. Demokrat juga partai yang ikut secara resmi dalam pilpres yang akan datang dan punya otoritas untuk mengusulkan capres karena memiliki presentase di DPR sebagai syarat capres dan cawapres.”

Ia menganggap komunikasi politik dan silahturahim dengan pimpinan parpol bukanlah sesuatu yang tabu dilaksanakan oleh PDIP. Oleh karena itu, menurut dia, penjajakan politik perlu dilakukan.

Selain itu, ia juga mengatakan, PDIP tidak menutup kemungkinan berkoalisi dengan partai di luar koalisi saat ini. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya satu pasangan calon masih sangat bisa terjadi.

“Kalau kemudian Pak Prabowo, Pak Sohibul Iman merasa bahwa sudahlah kita bersama-sama saja dalam satu blok agar pilpres aman tidak ada konflik, lalu terjadi power sharing di dalam mengelola negara ini, why not?” ujarnya.

source http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/02/26/p4qgqd440-mengapa-gerindra-begitu-yakin-prabowo-menangi-pilpres