Menjawab “Kisruh” Seputar Shaf Sholat Jamaah di GBK

Ngelmu.co – Baru kali ini Republik Indonesia mencatat rakyat hadir kampanye, sampai rela menginap dari malam tanpa dibayar, bahkan mengeluarkan ongkos sendiri-sendiri. Puncaknya, sekitar jam 7 pagi, diperkirakan jumlah massa pendukung 02 yang hadir sudah lebih dari satu juta orang. Sebab, bukan hanya memutihkan Gelora Bung Karno (GBK), tapi Senayan dan sekitarnya.

Lebih hebatnya lagi, sejak dimulai sampai ditutup, acara ini dipenuhi dengan nilai-nilai positif dan religius yang betul-betul membuat semua yang hadir dan menyaksikan, merasakan sejuk dan tenang, mulai dari Tahajud, Subuh berjamaah, Istighotsah dan lantunan pembacaan maulid Nabi SAW.

Tentunya, fenomena luar biasa ini membuat sebagian pihak gerah dan mendorong mereka untuk mencari-cari celah. Salah satunya, masalah bercampurnya shaf sholat di SEBAGIAN titik yang ramai diperbincangkan.

Perlu dicatat, bahwa panitia pada dasarnya sudah mengatur shaf laki-laki dan perempuan sesuai dengan posisi yang diajarkan syariat. Tentunya, laki-laki di depan, dan perempuan di belakang, serta tidak bercampur.

Namun, di luar itu, jumlah jamaah yang membeludak membuat percampuran di beberapa titik tidak terhindarkan. Artinya, shaf yang bercampur betul-betul di luar kendali panitia, lantaran jumlah jamaah yang sudah tak terbendung.

Meski demikian, insiden bercampurnya shaf ini tidak menjadikan sholat mereka BATAL atau TIDAK SAH. Solatnya tetap SAH, hanya saja dalam Mazhab Syafi’i, hal itu dihukumi Makruh (tidak dosa, tetapi kalau shaf-nya sesuai posisi yang diajarkan, akan mendapatkan pahala). Hal ini bisa dilihat dalam berbagai referensi otoritatif Mazhab Syafi’i, seperti Hasyiah Qolyubi 1/239, Hasyiah at-Turmusi 3/62 dan Hasyiah I’aanah at-Tholibiin 2/25.

Sebetulnya, saya malas menanggapi masalah ini. Namun, saya perhatikan isu ini semakin liar, jika tidak diluruskan. Sehingga membuat banyak orang bingung.

Jauh lebih penting dari hal tersebut, ada pelajaran besar yang bisa dipetik dari Kampanye Akbar 02, di (GBK) pagi tadi (Ahad, 7 April). Kampanye yang dulunya kerap identik dengan konser musik, penyanyi yang pamer aurat, jogat-joget, hura-hura, dan lain sebagainya, kini telah berubah haluan menjadi Tahajud, sholat jamaah, dzikir, istighotsah, dan pembacaan Maulid serta Solawat Nabi SAW, untuk mengetuk pintu rahmat demi keselamatan Bangsa.

Jika ada kekurangan seperti masalah shaf dan lain-lain, itu karena tak lebih dari masalah teknis di lapangan yang cukup sulit. Sebab jamaah yang membeludak. Anehnya, kenapa karena perkara yang MAKRUH, meraka begitu ribut? Sedangkan, saat ada yang GOYANG NGEBOR SAMPAI JUNGKIR BALIK di kampanye lainnya, mereka happy-happy saja?

Cinta dan benci memang bisa membuat orang jadi buta. Kasihan meraka yang selalu mencari-cari kesalahan, hanya melihat setitik keburukan di antara segudang kebaikan. Ibarat lalat, hanya akan hinggap di kotoran, meskipun ada bentangan taman bunga di sekitarnya.

Oleh: Muhammad Hanif Alathas, Lc.