Myanmar Tangkap Dua Jurnalis Peliput Krisis Kemanusiaan Rohingya

Ngelmu.co – Pemerintah Myanmar menangkap dua jurnalis kantor berita Inggris Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo. Dua reporter yang ditangkap tersebut merupakan pihak di balik pemberitaan kekerasan yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya.

“Saya ditangkap,” tulis Lone dalam pesan singkat kepada Kepala Biro Reuters Myanmar Antoni Slodkowski, seperti yang dilansir dari Reuters, Kamis (14/12).

Sedangkan Kementerian Informasi Myanmar dalam akun Facebook resminya, mengonfirmasi kabar penangkapan tersebut. Selain jurnalis Reuters, dua orang polisi juga ditangkap karena dianggap membocorkan rahasia negara kepada pihak asing.

Keempat orang yang dibuikan pihak pemerintah Myanmar tersebut akan didakwa dengan pasal 23 UU Myanmar warisan kolonial Inggris mengenai penyebaran informasi rahasia negara. Jika terbukti bersalah keempat orang itu menerima hukuman penjara maksimal 14 tahun.

“Reporter tersebut menerima informasi secara ilegal yang akan mereka sebar ke media asing. Mereka saat ini sudah berada di tahanan kantor polisi Yangon,” sebut pernyataan resmi Kementerian Informasi.

Sebelumnya diketahui bahwa Lone dan Oo hilang sejak Selasa (12/12). Mereka menghilang sesaat setelah mereka diajak bertemu oleh seorang pejabat Kepolisian Myanmar untuk makan malam. Supir yang mengantar mereka, Myonthant Tun, mengatakan dua jurnalis itu terlihat terakhir kali pada pukul 8 malam, waktu setempat.

Tun mengatakan bahwa dirinya mengantar dua orang itu ke restoran di dekat markas Kepolisian Myanmar. Ia pun melihat dua orang polisi menuju restoran yang sama. Setelah menunggu lama, Lone dan Oo sama sekali tidak kembali ke mobilnya.

Penangkapan kedua jurnalis itu juga sudah dikonfirmasi Juru Bicara Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, Zaw Htay. Menurut dia, orang yang menyalahi aturan di negara itu harus ditangkap. Htay juga menyatakan bahwa yang ditangkap pemerintah Myanmar tidak hanya reporter, polisi yang terlibat kasus ini juga ditangkap.

Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen Adler, marah atas penangkapan dua jurnalisnya tersebut. Menurut Adler, tindakan penangkapan kedua jurnalisnya adalah bukti pemerintahMyanmar teah mengekang kebebasan berpendapat dan pers di Myanmar.

“Kami mengetahui penangkapan itu ada hubungannya dengan pekerjaan yang mereka lalukan. Kami marah atas serangan terhadap kebebasan pers,” kata Adler.

Sebagai informasi, Lone bergabung dengan Reuters pada Juli 2016. Dia telah menulis dan terlibat dalam peliputan beberapa masalah serius di Myanmar selain krisis kemanusian Rohingya, yaitu perampasan tanah oleh militer dan pembunuhan pengacara partai berkuasa Ko Ni Januari lalu.

Sementara Oo baru bergabung dengan Reuters. Oo bergabung dengan Reuters pada September lalu. Pria Buddha dari negara bagian Rakhine itu dikenal dengan laporannya pasca-serangan ke pos polisi 25 Agustus lalu dan pemisahan etnis mayoritas dan minoritas Muslim dalam kehidupan bermasyarakat di Rakhine.