Berita  

Para Siswi dan Alumni Non-Muslim Tegaskan Aturan Berjilbab Bukan Paksaan

Siswi non Muslim SMKN 2 Padang

Ngelmu.co – Para siswi maupun alumni dari SMKN 2 Padang, Sumatra Barat, menegaskan bahwa selama mereka bersekolah, aturan berjilbab bagi non-Muslim bukan merupakan paksaan.

Namun, mereka sendiri yang memilih untuk mengenakan jilbab ke sekolah. Beberapa di antaranya pun mengungkapkan alasannya.

Elisabeth Angelia Zega (Angel), mengaku telah berjilbab jika ke sekolah, sejak duduk di bangku SMP.

“Tidak ada unsur paksaan, dan saya juga sudah dari SMP memakai jilbab ini,” tegasnya, di SMKN 2 Padang, mengutip Detik, Senin (25/1) kemarin.

Dengan mengenakan jilbab, Angel, juga mengaku tidak keberatan pun merasa dirugikan.

Menurutnya, masalah keimanan tidak akan terganggu hanya karena menggunakan pakaian seperti siswi beragama Islam.

“Walau di sekolah pakaian saya seperti ini [berjilbab], iman saya tetap percaya Tuhan Yesus. Tak ada tekanan batin kalau pakaian pakai jilbab,” kata Angel.

Baca Juga: Mantan Walkot Padang soal Aturan Siswi Berjilbab: Kebijakan 15 Tahun Lalu, kok Baru Ribut?

Begitu pun dengan Yulita Harefa. Ia, juga merasa tidak masalah untuk berjilbab ke sekolah.

“Sudah sejak SMP saya memakai jilbab ke sekolah, saya tidak pernah minder,” akuannya.

Meskipun siswi yang kini duduk di Kelas XII SMKN 2 Padang itu, mengaku sempat merasa canggung di awal [saat SMP].

“Saya belajar memasang jilbab dari kakak, kebetulan kakak juga belajar di sekolah negeri, dan memakai jilbab,” jelas Yulita.

Baca Juga: Tak Pernah Dipaksa Berjilbab, Alumnus Non-Muslim: Guru Selalu Beri Ruang Memilih

Sementara Eka Maria Putri Waruwu, mengaku tidak ada pengaruh antara berjilbab ke sekolah, dengan keimanannya sebagai umat Kristen.

“Pakaian seperti ini [berjilbab] hanya atribut saja, kok. Identitas saya sebagai pelajar SMK 2. Tidak berkaitan dengan masalah iman,” tegasnya.

Eka, bahkan mengaku telah menggunakan jilbab, sejak duduk di kelas IV SD, meskipun ia boleh ke sekolah tanpa memakai jilbab [karena tidak ada kewajiban apalagi paksaan bagi siswi non-Muslim untuk hal ini].

Baca Juga: Mengingat Peristiwa Larangan Siswi Pakai Jilbab di Bali pada 2014

Selain para siswi, Delima Febria Hutabarat yang merupakan alumni dari SMKN 2 Padang, juga menyuarakan hal serupa.

Ia menegaskan, bahwa selama bersekolah, guru-guru tidak pernah memaksanya mengenakan jilbab. Sebagai non-Muslim, ia mengaku selalu mendapat ruang untuk memilih.

“Tidak pernah ada pemaksaan, apalagi intimidasi,” tuturnya, Ahad (24/1) lalu.

“Guru-guru selalu memberi kami ruang untuk memilih,” sambung Delima.

Meski bukan Muslimah, ia juga tidak pernah merasa keberatan dengan aturan sekolah yang satu ini.

“Menurut Delima, tidak masalah memakai jilbab, selagi tidak merusak keimanan,” tegasnya.

“Kecuali kita memakai jilbab, dan keyakinan kita jadi rusak, baru salah,” kata Delima.

Selama menjadi murid SMKN 2 Padang, tahun ajaran 2008-2011, ia juga mengaku tidak pernah melihat ada siswi non-Muslim yang protes atau keberatan dengan kebijakan tersebut.

Begitu pun dengan para teman dan guru yang tidak seagama, mereka saling menghormati.

“Sekolah tidak memaksakan harus memakai jilbab, dan guru-guru kami itu sangat menghormati perbedaan agama dan keyakinan,” kata Delima.

“Makanya heran, kenapa sekarang heboh-heboh mengenai aturan pakaian,” ujarnya bertanya.

“Guru-guru memberi kebebasan [kepada siswi non-Muslim]. Sehingga tidak ada kami dulu yang merasa didiskriminasi,” tegasnya lagi.

Lebih lanjut, Delima menceritakan, tentang beberapa orang temannya yang hanya memakai jilbab saat di lingkungan sekolah. Begitu jam belajar selesai, mereka pun membuka jilbab.

Itu sebabnya, ia menilai, tidak perlu memperlebar persoalan aturan memakai jilbab di sekolah tersebut. Sebab, sejak dulu, kebijakan itu tidak pernah menjadi persoalan.

Menurut Delima, pihak sekolah juga telah mengeluarkan penyataan, bahwa mereka memang tidak pernah memaksa siswi non-Muslim untuk berjilbab.

Di mana alasan para siswi non-Muslim memakai jilbab adalah atas kesediaan masing-masing.