Berita  

Sempat Takut Kehilangan, Politikus PKS Ikhlaskan Kepergian Sang Anak

Ngelmu.co – Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Wirianingsih, merupakan ibu dari sebelas anak, yang terus ia temani untuk tumbuh, berkembang, dan dekat dengan Alquran, menjadi penghafal Alquran.

Meski ia dan sang suami, Mutammimul Ula, sama-sama memiliki kesibukan, mereka tetap tak melepas tanggung jawab sebagai orang tua.

Semua berawal dari kenyataan, jika putri kecilnya, anak ke-11 mereka, ditakdirkan mengidap tumor otak.

Dalam video berdurasi 10 menit 25 detik, yang diunggah kanal YouTube Cinta Quran TV, Jumat (15/11) lalu, wanita kelahiran Jakarta, 11 September 1962, membagikan kisahnya.

Ningsih mengaku, meski sudah memiliki 11 orang anak, ia memang sempat merasa takut kehilangan putri kecilnya.

“Manusia baru tahu kalau dikasih pengalaman,” ujar wanita yang biasa dipanggil Bunda, mengawali cerita.

“Saat itu, saya sempat berpikir, saya merasa sayang banget sama anak ke-11 ini, dan ada rasa takut kehilangan,” sambungnya.

Sampai akhirnya, di usia Hasna—anaknya yang ke-11—yang baru menginjak dua tahun, ia terindikasi mengidap tumor otak.

“Saya hampir pingsan pas tahu itu, tapi kemudian saya sadar, saya harus hadapi ini,” kata Ningsih.

“Ini cara Allah sayang kepada kami, supaya, naudzubillah min dzalik, gak boleh sombong,” imbuhnya.

Meski tak menampik ujian itu sangat berat, Ningsih berusaha untuk tegar.

“Tetapi saya lihat sejarah di dalam Alquran, ujian-ujian yang diperoleh para Nabi itu berat sekali, tapi tak menghentikan dakwah mereka,” tuturnya.

“Saya juga coba demikian, mengontrol kegiatan dakwah, meski dari rumah sakit,” lanjut Ningsih.

Hingga menjelang kepergian Hasna, Ningsih yang awalnya merasa berat untuk kehilangan sang anak, mengaku ikhlas.

“Menjelang detik-detik meninggalnya, sebenarnya kondisi sudah tinggal kulit dan tulang, anak saya bilang, ‘Ibu, Hasna sayang sama Ibu’,” ujar Ningsih, menahan tangis.

“Di situ saya gak tahan, saya nangis. Gak lama kemudian, Allah panggil (Hasna) di tangan saya sendiri,” imbuhnya.

Sebelumnya, Hasna memang sempat mengalami koma selama empat hari.

“Begitu saya peluk, ‘Hasna, Ibu ikhlas, Ibu ridho, kita ketemu di surga’, dia mengeluarkan air mata, dan di umur 4 tahun itu, dia dipanggil sama Allah,” kata Ningsih.

“Dari situ saya belajar, betul-betul anak itu titipan Allah, kapan kita dikasih, dan diambil (lagi), kita harus jaga betul-betul titipan-Nya,” sambungnya.

Ningsih mengaku, selama setahun Hasna sakit, selama itu pula dirinya kesulitan tidur.

“Kalau gak ditemani, saya susah tidur. Anak-anak saya gantian menemani,” ungkapnya.

“Tapi dari situ saya semakin yakin, bahwa hidup ini adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allahu Akbar,” tutupnya mengakhiri cerita.

Kini, di sisa hidupnya, Ningsih berkata, hanya ingin memastikan anak-anaknya berada dalam keadaan beriman, dan terus beramal sholeh.

Baca Juga: Hafidz Muda Basyir Putra Wirianingsih, Tuntaskan Hafalan Jam’u Shahihain dalam 7 Hari

Ia juga pernah menyampaikan, sebelumnya, tentang tekadnya mengajarkan lima hal, langsung kepada anak-anak.

“Bismillah, kepada Allah, saya bertekad mengajarkan sendiri lima hal sama anak-anak, bebas baca, tulis, berhitung, menggambar, dan membaca Alquran,” kata Ningsih.

“Empat poin ada liburnya, tapi kalau belajar Alquran tidak ada libur. Kemudian Allah uji lewat anak nomor 11 itu, sakit selama setahun,” lanjutnya.

Ia berharap, kisah yang dibagikan ini, bisa menularkan kebaikan untuk sesama.

Begitupun soal pikiran yang coba terus ia tanamkan, yakni tentang apa saja yang berasal dari Allah, sudah pasti baik.

“Insya Allah semuanya baik, mendidik kita supaya gak boleh sombong,” pungkasnya.