Tanggapan Panglima TNI Tentang Amerika Buka Dokumen G30S/PKI

Pesan Amerika

Ngelmu.co – Dokumen-dokumen telegram rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia tahun 1965 terungkap pekan ini. Dalam 39 dokumen tersebut terungkap kisruh politik dan keamanan usai peristiwa G30S/PKI pecah di Indonesia.

Kedubes AS di Jakarta dalam berbagai telegram yang diungkapkan oleh National Security Archive (NSA) di The George Washington University itu melaporkan pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh tentara Indonesia. Menurut NSA dalam pernyataan pembukanya, diplomat AS dalam hal ini mengetahui soal pembantaian anggota PKI, bahkan mendukung tentara Indonesia memberantas gerakan sayap kiri di negara ini.

Terkait dengan perihal 39 dokumen rahasia Amerika Serikat yang dibuka ke publik soal Gerakan 30 September 1965 (G30S), Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku bahwa dirinya belum bisa komentar. Menurut pengakuan Gatot, dirinya belum bisa berkomentar dikarenakan dia belum membaca dokumen tersebut. Maka itu, ia tidak mau berspekulasi macam-macam.

“Ya saya belum baca, mau komentar gimana. Yang jelek-jelek belom tahu. Saya baca dulu,” kata Gatot di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (17/10/2017).

Lebih jauh, Gatot menyerahkan sepenuhnya kepada Badan Intelijen Negara (BIN), terkait dengan apakah berhak negara lain mengeluarkan dokumen penting tersebut.

“Di negara lain itu ada aturan setelah disimpan sekian tahun itu biasa aja. Aturan negara beda-beda. Tapi saya belum tahu, tanya sama BIN,” tandasnya.

Sebelumnya, ditemui di tempat yang sama dengan Panglima TNI, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu juga mengaku belum melihat dokumen kawat diplomatik Amerika Serikat soal tragedi berdarah tahun 1965. Namun Ryamizard Ryacudu akan menanyakan masalah ini langsung ke Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis.

“Saya belum tahu. Nanti saya temui menhannya. Saya akan bertemu dengan Menhan Amerika tanggal 25,” kata Ryamizard saat ditemui di DPR, Rabu (18/10).

Ryamizard mengaku belum melihat isi dokumen tersebut sehingga belum bisa berkomentar.

“Saya belum baca, masa saya mau berkomentar. Saya baca dulu. Tergantung kita mau keruh atau tidak. Kalau kita tidak mau, tidak mau lah. Tidak usah. Kadang kita sendiri buat-buat,” kata Ryamizard.