Virus Nipah di India, 75 Persen yang Tertular, Meninggal

Virus Nipah India
Foto: Reuters

Ngelmu.co – Sebanyak 75 persen yang tertular virus Nipah di India, meninggal. Para ilmuwan pun tengah mengidentifikasi kemungkinan awal penyebaran wabah ini.

Mereka turut menganalisis sampel cairan dari kelelawar buah.

Virus mematikan ini juga telah menewaskan dua orang, dan sedikitnya, ada tiga tambahan kasus baru yang dinyatakan positif.

Ini merupakan kali keempat virus Nipah menyebar di India, khususnya di Kerala.

Pertama kali virus Nipah, tercatat di India adalah pada 2018 lalu, dan hingga kini belum ada vaksin yang tersedia.

Penularan virus Nipah bisa terjadi melalui kontak erat dengan cairan tubuh kelelawar, babi, atau manusia yang terinfeksi.

Penularan juga bisa melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, dan angka kematiannya mencapai 75 persen.

“Kami sedang melakukan testing massal, dan pada saat yang sama, para ahli mengumpulkan sampel cairan dari kawasan hutan yang mungkin menjadi pusat penyebaran.”

Demikian pernyataan Menteri Kesehatan India Veena George, mengutip Reuters, Jumat (15/9/2023).

Baca juga:

Sampel urine kelelawar, kotoran hewan, dan buah yang dimakan, dikumpulkan dari Maruthonkara.

Maruthonkara merupakan desa tempat korban tewas pertama tinggal.

Lokasinya terletak di samping hutan seluas 121 hektare, dan dikenal dengan rumah bagi beberapa spesies kelelawar.

Selama 48 jam, hampir 800 orang sudah dites virus Nipah di distrik Kozhikode.

Tiga kasus baru ada pada dua orang dewasa, dan seorang anak.

Setelah terbukti positif, mereka menjalani perawatan di rumah sakit untuk diobservasi lebih lanjut.

Berbagai kantor publik, gedung pemerintah, pusat pendidikan, dan lembaga keagamaan, ditutup. Kebijakan ini berlaku di sembilan desa atau distrik.

Angkutan umum juga berhenti beroperasi sementara di daerah-daerah yang berisiko terkena dampak.

Negara bagian Karnataka dan Tamil Nadu yang tidak jauh dari lokasi–diduga awal penyebaran–juga mewajibkan tes bagi warganya.

Siapa pun yang menunjukkan gejala influenza, akan diisolasi.

Wabah Nipah pertama di Kerala, telah menewaskan 21 dari 23 orang yang terinfeksi.

Adapun wabah berikutnya pada 2019 dan 2021 juga menewaskan dua orang.

Mengenal Virus Nipah

Virus Nipah merupakan patogen yang masih menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan.

Pertama kali ditemukan pada 1998 di Malaysia dan Singapura, dan sejak itu virus Nipah, menjadi wabah yang serius di Asia Tenggara.

Asal-usul

Virus Nipah, pertama kali diidentifikasi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia. Wabah menyerang babi dan manusia pada 1998.

Virus ini termasuk Paramyxoviridae, dan memiliki genom RNA tunggal.

Dugaannya, sumber alami virus ini berasal dari kelelawar buah yang menjadi reservoir alaminya.

Kelelawar buah sering kali menyebarkan virus ke hewan perantara seperti babi, dan kemudian dapat menginfeksi manusia.

Penularan Virus Nipah

Virus Nipah dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, terutama babi.

Selain itu, manusia juga bisa terinfeksi virus ini melalui konsumsi produk hewan yang terkontaminasi virus Nipah.

Seperti daging babi, atau air susu babi yang terinfeksi.

Penularan antarmanusia juga mungkin terjadi, melalui kontak dekat dengan cairan tubuh yang terinfeksi; seperti air liur atau darah.

Gejala dan Ancaman Kesehatan

Infeksi virus Nipah pada manusia dapat menyebabkan berbagai gejala.

Termasuk demam, batuk, sakit kepala, mual, muntah, dan masalah pernapasan yang serius.

Beberapa kasus dapat berkembang menjadi encephalitis atau peradangan otak yang berpotensi mematikan.

Tingkat fatalitas virus Nipah juga sangat tinggi, yakni mencapai lebih dari 70 persen.

Adapun ancaman utama yang ditimbulkan adalah kemampuannya untuk menyebabkan wabah yang cepat dan serius.

Sebagian besar wabah yang diketahui terjadi di Asia Tenggara, memiliki dampak sosial dan juga ekonomi yang signifikan.

Terutama dalam industri pertanian dan peternakan.

Upaya pencegahan dan pengendalian yang ketat sangat perlu dilakukan untuk mengatasi penyebaran virus ini.

Upaya Pengendalian

Pencegahan adalah kunci dalam mengatasi virus Nipah. Upayanya meliputi:

  • Karantina hewan yang terinfeksi,
  • Pengawasan ketat terhadap hewan perantara seperti babi, dan
  • Edukasi masyarakat tentang cara menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Selain itu, pengembangan vaksin dan pengobatan antiviral yang efektif juga merupakan fokus penelitian untuk mengatasi virus Nipah.

Virus Nipah di India

India telah mengalami penularan virus Nipah sejak tahun 2001, dan menjadi penyebab kematian serius.

Beberapa kasus yang signifikan terjadi di negara bagian Kerala. Pada 2018, terjadi wabah cukup besar di distrik Kozhikode, Kerala.

Mengakibatkan sejumlah kematian, dan kasus lain juga dilaporkan di negara bagian lain seperti Benggala Barat dan Himachal Pradesh.

Penularan di India

Penularan virus Nipah di India, terutama terkait dengan kontak manusia dengan hewan perantara; kelelawar buah.

Kelelawar buah adalah reservoir alami dari virus ini, dan dapat menginfeksi hewan perantara seperti babi.

Manusia bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan perantara yang terinfeksi, atau melalui konsumsi produk hewan yang terkontaminasi virus Nipah.

Baca juga:

Virus Nipah memang merupakan ancaman serius bagi kesehatan manusia dan industri pertanian di Asia Tenggara.

Maka dengan pemahaman yang lebih baik tentang asal-usul, penularan, gejala, serta upaya pencegahannya, diharapkan dapat mengurangi risiko wabah ini di masa depan.

Pencegahan dan pengendalian yang efektif adalah kunci dalam menghadapi berbagai ancaman, termasuk virus Nipah ini.