Berita  

WHO Puji Cara Singapura Hadapi COVID-19

Cara Singapura Hadapi COVID-19

Ngelmu.co – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memuji Singapura, sebagai salah satu negara yang dinilai mampu menghadapi virus Corona (COVID-19), dengan baik. Pasalnya, dari 160 pasien yang mereka tangani, hingga Selasa (10/3), belum ada satu pun yang dinyatakan meninggal dunia.

Dilansir Kompas, Kementerian Kesehatan Singapura—Ministry of Health (MOH)—membagikan cara menghadapi COVID-19, sebagaimana yang diterapkan di negara mereka:

Awalnya, sebagai negara yang banyak dikunjungi wisatawan, pemerintah setempat melakukan persiapan dini, demi menekan angka penyebaran virus, dengan cara:

  • Menambah fasilitas medis, meningkatkan kualitas, serta memperbanyak dokter dan perawat ahli.
  • Melakukan penelitian lebih dalam untuk mempelajari virus, guna menghasilkan perawatan yang lebih baik hingga opsi pencegahan.
  • Menyempurnakan manajemen krisis setiap tahun, dengan pengalaman mengatasi wabah-wabah sebelumnya, seperti SARS dan H1N1.

MOH menyebut, perlawanan virus Corona merupakan upaya nasional, yang dikoordinasi oleh Satgas Multi-Kementerian atau Multi-Ministry Taskforce (MTF).

Satgas yang dibentuk pada 22 Januari 2020 lalu itu, dipimpin oleh Menteri Kesehatan bersama Menteri Perkembangan Nasional. Di mana tugasnya antara lain:

  • Menggerakkan semua bidang pemerintahan untuk bersama mencegah penyebaran virus.
  • Berkoordinasi dengan masyarakat untuk mencegah penyebaran virus.
  • Bekerja bersama komunitas internasional untuk menangani penyebaran virus dengan nama resmi SARS-CoV-2.

MOH juga memberi panduan dalam mencegah virus menular, dengan menelusuri secara cepat orang-orang yang pernah berkontak dengan pasien.

Karantina pun diterapkan khusus bagi warga yang baru datang dari Provinsi Hubei, Cina.

Baik itu pendatang, pun warga negara Singapura sendiri, dan berlaku bagi yang baru tiba dari Hubei atau yang punya riwayat perjalanan ke sana.

Mereka dikarantina di sebuah tempat yang disediakan pemerintah, dan tak diperbolehkan melakukan kontak dengan orang lain. Jika melanggar, akan mendapatkan hukuman.

Baca Juga: Presiden, Menteri, Hingga Anggota Parlemen Singapura Potong Gaji Demi Bonus Tim Medis COVID-19

Sejak 18 Februari lalu, Public Health Preparedness Clinics (PHPCs), juga semakin aktif merawat pasien dengan gejala pernapasan seperti demam, batuk, radang tenggorokan, dan pilek.

PHPCs juga memberi subsidi khusus untuk warga Singapura serta penduduk permanen, yang mengalami infeksi saluran pernapasan [berlaku di poliklinik].

Pada 23 Januari 2020, penerbangan dari kota Wuhan mulai ditangguhkan.

Beberapa penerbangan dari Cina ke Singapura, juga ditunda atau bahkan dibatalkan.

Begitupun sebaliknya untuk penerbangan dari Singapura ke Hubei, juga ditangguhkan, sedangkan rute ke Cina, ditangguhkan untuk beberapa penerbangan yang tidak mendesak.

Beberapa negara lain juga ada yang ditangguhkan, seperti penerbangan ke Iran, Italia Utara, Jepang, dan Korea.

Di bandara, para petugas melakukan pemantauan suhu tubuh ke semua penumpang yang tiba di negaranya.

Petugas medis juga berjaga, untuk mengantisipasi adanya penumpang yang diduga terjangkit virus Corona.

Jika ditemukan, pihak terkait akan langsung melakukan tes, biasanya memakan waktu 3-6 jam.

Selama pemeriksaan, orang tersebut diminta untuk meminimalkan kontak dengan orang lain.

Nantinya, jika hasil negatif, mereka baru dipersilakan melanjutkan perjalanan, tetapi jika hasilnya positif, maka akan langsung dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.

Semua warga Singapura dan penduduk tetap yang baru kembali dari Cina—di luar provinsi Hubei—juga diharuskan menetap di rumah selama 14 hari.

Menghindari kontak dengan masyarakat sekitar, serta memantau kesehatan dirinya sendiri.

Jika mengalami demam atau gejala-gejala pernapasan lainnya, mereka harus segera memeriksakan kesehatan.

Bila setelah diperiksa, tetapi tak kunjung sembuh dalam lima hari, mereka harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan serangkaian tes.

Sementara bagi penyelenggara acara-acara besar, diimbau untuk menunda atau membatalkan acara, jika memungkinkan atau tak mendesak.

Kalaupun pihak penyelenggara tetap menjalankan acara, mereka harus melakukan upaya-upaya pencegahan, seperti membawa pemantau suhu tubuh, melarang pengunjung yang batuk, pilek, dan tidak enak badan untuk ikut serta.

Pihak penyelenggara acara juga harus memastikan aliran udara di lokasi lancar, dan menyediakan tempat cuci tangan.

Titik-titik keramaian, juga harus dibersihkan secara berkala. Panitia pun disarankan menyimpan daftar pengunjung yang datang.

MOH juga menyarankan kepada tempat kerja, untuk memantau suhu tubuh karyawannya secara rutin.

Jika memungkinkan, karyawan bisa diminta untuk bekerja dari rumah, atau dalam tim yang terpisah.

Langkah-langkah di atas yang diterapkan Singapura, terbukti sukses menekan angka penyebaran COVID-19 di sana.

Selain WHO, negara yang dipimpin Perdana Menteri, Lee Hsien Loong, juga mendapat pengakuan dari Universitas Harvard.

Mereka dinilai sebagai negara yang memiliki standar tinggi dalam mendeteksi kasus infeksi virus Corona.