Opini  

Anies, Saham Bir dan Kamis yang Kritis

 

Kamis itu, kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara sangat sibuk. Tokoh-tokoh penting hilir mudik berdatangan. Dari petinggi PKS, Gerindra dan lainnya.

Hari itu tanggal 22 September 2016. Satu hari jelang batas akhir pendaftaran Cagub dan Cawagub DKI Jakarta untuk Pilkada 2017.
Sekitar pukul 14.00 Wib, pertemuan digelar. Hadir Prabowo Subianto, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dan sejumlah pengurus DPD Gerindra dan PKS DKI.

Usai itu, nama calon pimpinan DKI tak juga keluar. Tadinya akan diumumkan pada pukul 23.00 Wib. Namun, akhirnya mundur setelah silih berganti tokoh keluar masuk rumah Prabowo.

Hingga hari berganti Jumat pagi. Pukul 01.20 Wib, Anies Baswedan datang ke Kertanegara dengan berbaju batik. Keesokan siangnya, nama Cagub-Cawagub yang diusung Gerindra-PKS pun akhirnya terkuak. Anies Baswedan duet dengan Sandiaga Salahuddin Uno.

Entah mengapa, setiap mendengar sepak terjang Anies Baswedan, termasuk keinginannya melepas saham bir milik Pemprov DKI, selalu saja saya teringat dengan kisah di atas. Sementara, bisa jadi banyak di antara kita yang sudah lupa. Padahal, peristiwa Kamis itu bagai bola salju. Terus menggelinding dan membesar hingga kini. Berskala nasional, tak cuma DKI.

Ahok berhasil ditumbangkan meski didukung banyak partai, dana berlimpah dan media besar. Lalu dipenjara selama dua tahun karena menista agama. Kedekatan Ahok dengan Jokowi jadi ancaman serius. Kemenangan Anies-Sandi dikahwatirkan bisa menular pada Pilpres 2019. Konstelasi politik nasional terguncang.

Di sisi lain, Anies-Sandi terus membuat gebrakan. Janji-janji kampanye ditunaikan. Dari rumah DP Rp 0, penutupan reklamasi hingga Alexis. Anies terus menggebrak meski ditinggal Sandi yang maju jadi cawapres. Terakhir, akan melepas saham bir milik Pemprov DKI di PT Delta.

Mari kita berimajinasi sejenak. Akankah Reklamasi dihentikan, Alexis ditutup dan saham bir akan dilepas jika tak ada kata sepakat pada Kamis itu soal nama yang akan diusung melawan Ahok-Djarot (PDIP, Golkar, NasDem, Hanura) dan Agus-Sylvi (Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN)?

Alhamdulillah, kesepakatan terjadi. Anies-Sandi maju, menggantikan duet Sandi-Mardani Ali Sera. PKS mengalah dengan tidak menjadikan kader terbaiknya sebagai kandidat cawagub.

“Proses yang insya Allah sangat lama teliti tujuannya tiada lain menghadirkan demokrasi yang berkualitas,” ujar Mohamad Sohibul Iman.

Itulah mengapa saya kerap teringat kisah mengalahnya PKS hingga kini, saat Anies ingin melepas saham bir. Karena Kamis itu adalah masa-masa kritis yang mampu mengubah panggung politik nasional saat ini.

 

Erwyn Kurniawan