Berita  

Berbagai Kekejaman yang Diterima ABK WNI di Kapal Cina

ABK WNI Diperbudak Kapal Cina

Ngelmu.co – Setelah 14 ABK WNI yang bekerja di kapal penangkapan ikan Cina, Long Xing 629, berhasil pulang dengan selamat, berbagai kekejaman yang selama ini diterima pun terungkap. Mulai dari fasilitas seadanya, jam kerja tak manusiawi, hingga jasad mereka yang meninggal dunia, dilarung ke laut lepas.

Setelah kebengisan terbongkar, akhirnya satu jenazah ABK WNI, dapat dipulangkan ke kampung halamannya.

Sebagaimana diinformasikan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, saat menyampaikan duka cita mendalam, dalam konferensi pers virtual, Ahad (10/5) kemarin.

Lebih lanjut disampaikan, jenazah EP, dipulangkan bersama 14 ABK WNI lain, dari Korea Selatan, Jumat (8/5) lalu.

“Jenazah telah diterbangkan dari Jakarta pukul 12.42 WIB, menuju Kualanamu. Hari ini (Ahad), 10 Mei, direncanakan jenazah akan dibawa ke rumah duka,” kata Retno.

Diketahui, EP, meninggal dunia di Busan, Korsel, setelah sebelumnya mengeluhkan sesak napas dan batuk berdarah.

Ia dinyatakan menderita pneumonia, dan sempat dirawat di rumah sakit Busan, sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir.

Sementara tiga ABK WNI lainnya yang juga meninggal dunia, jenazahnya sudah lebih dulu dilarung di Samudera Pasifik.

Tumpukan Masalah, Mulai dari Gaji hingga Jam Kerja Tak Manusiawi

Retno, dalam konferensi pers virtual, mengaku telah bertemu langsung dengan para ABK , Ahad (10/5) siang, karena ingin mengantongi informasi langsung soal apa yang di-alami.

“Beberapa informasi yang diperoleh antara lain, pertama, ada permasalahan gaji,” tuturnya, seperti dilansir Kumparan, Senin (11/5).

“Sebagian dari mereka, belum menerima gaji sama sekali, sebagian lainnya terima gaji, tapi tidak sesuai dengan angka dalam kontrak yang mereka tanda tangani,” sambung Retno.

Meski tak disebutkan secara rinci, berapa gaji yang diterima para ABK, jika disimak dari tayangan media Korsel, beberapa waktu lalu, mereka mengaku hanya menerima sekitar Rp1,8 juta, untuk 13 bulan.

Kembali ke Retno, hal kedua yang disampaikan para ABK kepadanya adalah soal jam kerja yang tak manusiawi.

“Rata-rata mereka mengalami kerja lebih dari 18 jam per hari,” ujarnya.

Makanan dan Minuman Tak Layak

Kuasa hukum ABK WNI, DNT Lawyers, menduga seluruh kliennya mendapat eksploitasi selama bekerja, bahkan menjadi korban perdagangan orang.

Para korban diwajibkan bekerja selama 18 jam sehari.

Namun, jika tangkapan sedang melimpah, mereka terus bekerja hingga 48 jam, tanpa istirahat.

“ABK Indonesia hanya diberikan air sulingan dari air laut yang masih sangat asin,” kata DNT Lawyers.

“Sedangkan ABK Tiongkok minum air mineral dalam kemasan botol,” imbuhnya.

Padahal, beberapa penelitian mengatakan jika terlalu banyak minum air asin, dapat menyebabkan hipertensi hingga menyebabkan gangguan jantung.

Selain minum air tak layak, para ABK WNI, juga diberi makan umpan ikan, hingga menyebabkan mereka gatal-gatal dan keracunan.

“ABK Indonesia diberi sayur dan daging ayam yang sudah ada di freezer sejak 13 bulan,” ungkap DNT Lawyers.

“Sedangkan ABK Tiongkok, selalu memakan dari bahan yang masih segar, yang di-supply kapal lain dalam satu grup,” lanjut keterangannya.

Dugaan Kebohongan

Diduga, pihak Long Xing 629, tetap melarung jasad ABK WNI, sekalipun tak mendapat persetujuan dari ABK lainnya.

Artinya, jika ini benar, maka tindakan tersebut termasuk ke dalam pelanggaran hukum, sekaligus kapal Cina, telah menyampaikan kebohongan.

Selaku kuasa hukum 14 ABK WNI, DNT Lawyers, membenarkan adanya tiga korban yang meninggal dunia dan dilarung ke Samudera Pasifik.

Pelarungan yang tak disetujui oleh para ABK lainnya itu, tetap dilakukan.

“Para ABK Indonesia, telah meminta agar jenazah rekan mereka disimpan di tempat pendingin, agar dapat dibawa pulang ke Indonesia,” jelas DNT Lawyer.

“Namun, kapten kapal menolak, dan justru melarung jenazah tersebut ke tengah laut,” bebernya lebih lanjut.

Tanggapan Pemerintah Indonesia

Pemerintah mengutuk perlakuan tak manusiawi yang diterima para ABK WNI di kapal Cina.

Pemerintah, juga mengaku berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini secara paralel, baik di Indonesia pun Cina.

Hal ini disampaikan dengan tegas oleh Retno, “Kita mengutuk perlakuan tidak manusiawi yang dialami para ABK selama bekerja di kapal RRT (Republik Rakyat Tiongkok).”

Cina Mengaku Akan Selidiki Perusahaan Kapal

Retno mengatakan, Direktur Jenderal Asia Kementerian Luar Negeri Cina, saat bertemu Duta Besar RI di Beijing, Djauhari Oratmangun, mengaku akan menyelidiki masalah ini.

“Pada 9 Mei 2020, Dubes di Beijing, telah melakukan pertemuan kembali dengan Dirjen Asia Kemlu RRT,” kata Retno.

Dalam pertemuan itu, Cina menyampaikan, akan memberikan perhatian khusus atas kejadian yang menimpa para ABK WNI.

“Pemerintah Cina, menyampaikan bahwa mereka memberikan perhatian khusus atas kejadian ABK, dan sedang melakukan investigasi terhadap perusahaan perikanan yang mempekerjakan ABK Indonesia,” pungkas Retno.

Sebelumnya, kekejaman kapal Cina terhadap para ABK WNI, diungkap oleh media Korsel, MBCNews, Selasa (5/5) lalu.

Pihaknya mengunggah video berdurasi 4:57 menit di kanal YouTube, yang memperlihatkan bagaimana jasad ABK asal Indonesia, dilarung ke laut.

Berita ini menjadi semakin diperbincangkan, setelah seorang YouTuber asal Korsel, Jang Hansol, membantu menerjemahkan berita bertajuk ‘Eksklusif, 18 jam Sehari Kerja. Jika Jatuh Sakit dan Meninggal, Lempar ke Laut’, lewat kanal YouTube-nya, Korea Reomit, Rabu (6/5).

“Video yang akan kita lihat habis ini adalah kenyataan pelanggaran HAM orang Indonesia, yang bekerja di kapal Cina,” kata Hansol, menerjemahkan apa yang disampaikan penyiar.

Selengkapnya, baca di: Media Korsel Beberkan Kekejaman Kapal Cina Lempar Jasad ABK Indonesia ke Laut