Berita  

Desakan Makin Menjadi, Kenapa Belum juga Minta Maaf sih?

Pemerintah Indonesia Minta Maaf Covid
Petugas mengenakan APD, membawa peti mati saat pemakaman korban Covid-19 di Semenyih, Malaysia, Desember 2020. Foto: AP

Ngelmu.co – Desakan dari berbagai pihak sudah semakin menjadi, tetapi kenapa pemerintah belum juga minta maaf sih?

Dicky Budiman, epidemiolog asal Indonesia–di Griffith University Australia–mengingatkan.

Kematian adalah indikator paling kentara, apakah negara berhasil atau tidak menangani pandemi.

Maka saat kasus kematian akibat pandemi meningkat, upaya seperti 3T [testing, tracing, dan treatment] dan 5M [memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi], dapat dianggap gagal.

“Kematian adalah indikator tingkat keparahan suatu pandemi,” kata Dicky, Jumat (2/7) lalu, mengutip Tirto.

“Kematian yang ada itu, menunjukkan kegagalan dalam deteksi dini di awal,” sambungnya.

“Jadi, kematian itu merepresentasikan banyaknya kegagalan 3T, 5M, dan kegagalan pembatasan,” imbuhnya lagi.

Baca Juga:

Sulfikar Amir, sosiolog bencana asal Indonesia–di Nanyang Technological University Singapura–juga bicara.

Ia menilai, pemerintah sudah seyogianya meminta maaf kepada rakyat, mengingat tingkat keparahan pandemi Covid-19 saat ini.

“Sangat patut, dan bahkan wajib pemerintah minta maaf ke seluruh rakyat Indonesia,” tegas Sulfikar.

“Keparahan pandemi disebabkan oleh buruknya penanganan, yang sejak awal tidak konsisten,” lanjutnya.

“Dan bahkan cenderung menyepelekan dampak dari pandemi,” kritiknya lagi.

Sulfikar menegaskan, pemerintah Indonesia, khususnya Presiden Joko Widodo (Jokowi), sudah sepantasnya meminta maaf.

Terhadap mereka yang kehilangan keluarga akibat Covid-19. Terlebih, mereka yang meninggal, karena tak mendapat pelayanan medis.

Jika tetap tidak meminta maaf, kata Sulfikar, sama saja seperti pemerintah tak lagi punya empati terhadap rakyat.

Carut-marut Situasi