Elia Manik Dicopot dari Dirut Pertamina karena Dinilai Membangkang Pemerintah?

membangkang pemerintah
Elia Massa Manik

Ngelmu.co – Pengamat Ekonomi Energi, Fahmy Radhi, menyebut dicopotnya direktur utama Elia Massa Manik dari kursinya sebagai Direktur Utama Pertamina oleh Kementerian BUMN dalam RUPSLB Pertamina, Jumat 20 Januari 2018 kemarin disebabkan karena dia membangkang pemerintah.

Fahmy yang juga merupakan mantan anggota Tim Mafia Migas, mengatakan bahwa pembangkangan yang paling mencolok yang dilakukan Elia salah satunya adalah ketika Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, pada Januari lalu meminta untuk tidak ada kenaikan harga BBM sesuai dengan instruksi Presiden, namun justru Elia sering berargumen untuk menentang kebijakan tersebut.

Sikap Elia yang membangkang pemerintah dengan mengambil kebijakan saat itu menaikkan harga Pertalite dari Rp7.800 per liter menjadi Rp8.000 per liter. Kenaikan harga Rp200 per liter ini menyebabkan disparitas antara Premium dengan Pertalite menjadi besar, yakni Rp1.450 per liter dimana harga Premium Rp6.550.

“Januari, Jonan mengumumkan tidak ada kenaikan harga BBM maupun Energy lainnya, pada saat itu Dirut PLN sami’na wa ato’na atau patuh, tapi si Elia sempat argue mempertahankan dengan alasan Pertamina akan menanggung potensial loss cukup besar karena harga minyak dunia sedang tinggi,” ujar Fahmy dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu, 21 April 2018, seperti yang dikutip dari Viva.

Baca juga: Dirut Pertamina Diberhentikan Rini Soemarno

Fahmy memaparkan bahwa saat itu kebijakan pemerintah ditujukan untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah potensi harga minyak global yang terus naik pada 2018. Fahmy juga menyatakan bahwa manuver Elia yang terindikasi membangkang pemerintah adalah dengan mengurangi Premium di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) di luar daerah BBM penugasan memicu kegaduhan di tengah masyarakat.

“Tapi lepas dari tahun politik dan menekan elektabilitas Jokowi, tapi tujuannya untuk menguatkan daya beli dan inflasi. Kalau kemudian Elia menentang, maka menentang kebijakan pemerintah yang sesuai instruksi Presiden,” lanjut Fahmy.

Selain itu, Fahmy juga mengungkapkan bahwa sebagai pemimpin dari salah satu perusahaan BUMN strategis yang tidak hanya mencari profit, Elia sering mengeluhkan tekanan harga BBM yang tidak boleh naik di tengah harga minyak dunia yang terus menggeliat naik.

Tabiat Elia yang sering mengeluh itu jadi pertanda dia tidak mampu untuk memimpin BUMN strategis tersebut. “Jadi indikasi dia mengeluh-mengeluh ini gimana dirut mengeluh mulu. Itu pesimis sekali, kayak 2030 Indonesia akan bangkrut,” ungkap Fahmy.

***

Sebelumnya diberitakan Elia Massa Manik dicopot dari kursinya sebagai Direktur Utama PT Pertamina dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang digelar di Gedung Kementerian BUMN, Jumat 20 Maret 2018. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil atas dasar masukan dan pertimbangan Dewan Komisaris Pertamina.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, setidaknya ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan dan masukan Dewan Komisaris kepada Kementerian BUMN untuk mencopot Elia dari kursinya. Di antaranya, patahnya pipa Pertamina di Balikpapan, kelangkaan bahan bakar minyak jenis Premium, proyek kilang-kilang dalam Refinery Development Master Plan (RDMP) yang tak kunjung rampung, serta percepatan implementasi holding BUMN Migas.