Dirgahayu Republik Indonesia: Cinta dan Doa dari Para Ulama

Dirgahayu Republik Indonesia
Foto: YouTube/Airpaz Indonesia

Berikut pesan Habib Geys, selengkapnya:

Apakah kita pernah melihat bangunan yang menjulang, yang didesain oleh arsitek mana pun di zaman ini, bisa bertahan sampai 4.000 tahun?

Tentu saja tidak ada.

Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala, membiarkan piramida itu tetap tegak, supaya memperingatkan, bagi umat Islam khusunya.

Bahwasanya, kita harus melihat makna-makna yang ada di balik semua itu.

Kita bisa mulai dari keluarga kita.

Sebab, kalau kita membicarakan tentang negara Indonesia ini, kita jangan membicarakan letak geografisnya, luas tanahnya saja.

Akan tetapi juga sumber daya manusianya. Maka dari itu, kita sering menyenandungkan:

“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya…”

Apa yang pertama kali harus kita bangun? Jiwa dari masyarakat kita.

Kalau kita menjadi suami, istri, anak, tetangga, guru, bahkan pejabat pemerintahan yang baik…

Maka insya Allah, negara ini akan tetap stabil keadaannya.

Akan tetapi bagaimana kalau kita tidak bisa membawa amanah itu?

Ibarat batu bata yang rusak, satu atau bahkan jika jumlahnya sangat banyak, maka Indonesia, bisa runtuh.

Kita hidup di negara majemuk yang memiliki banyak sekali pemikiran, perbedaan pendapat, dan lain sebagainya.

Kita harus mengedepankan etika, karena perbedaan itu memang sudah merupakan sunnatullah ataupun apa yang sudah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di dalam Qur’an surat Hud, ayat 118 dan 119, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas mengatakan:

Jikalau Tuhanmu menginginkan, maka Ia mampu menjadikan manusia ke dalam satu golongan saja, satu pemikiran saja, satu agama saja.

Tetapi sudah ditetapkan oleh Tuhanmu, memang menusia masih akan bercerai-berai, kecuali siapa saja yang dirahmati oleh Tuhanmu, dan untuk rahmat itulah kamu diciptakan.

Asas persatuan ini sebenarnya adalah asas yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sebab, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Hendaknya kalian itu tetap kolektif, tetap bersama-sama, karena serigala itu hanya akan memakan kambing yang terpisah dari golongannya.

Ini pernyataan yang sangat kuat, bahwasanya kita di dalam berkehidupan satu agama, ataupun beraneka macam agama, suku, ras, dan bangsa…

Kita harus bisa menyikapinya dengan toleransi yang pada koridornya. Tidak melampaui batas, tidak juga melalaikan dari batas tersebut.

Untuk kedamaian dan ketenteraman negeri, keadilan dan kasih sayang, Al-Fatihah.

Halaman selanjutnya >>>

“Ya Rabb, berkahilah bangsa ini…”