Berita  

India Pesan 3 Juta Sensing Self, Alat Rapid Test COVID-19 Buatan Indonesia

Sensing Self

Ngelmu.co – Sejumlah negara telah memesan alat rapid test virus Corona (COVID-19) buatan Santo Purnama, yang tak lain merupakan warga negara Indonesia. Bahkan, pendiri perusahaan teknologi biosains di Singapura itu, telah mendapat izin edar di Eropa, Amerika Serikat, dan India, untuk alatnya.

Dikabarkan, otoritas India telah memesan 3 juta unit test kit Sensing Self, alat tes serologi yang di-desain untuk mengambil sampel darah, serta mengecek antibodi pengguna, terhadap SARS-CoV-2.

National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research, mengotorisasi penggunaan produk di India, yang kini memiliki total 4.314 kasus positif virus Corona.

Diketahui, alat Sensing Self, dapat mengeluarkan hasil dalam waktu 10 menit, dengan tingkat akurasi mencapai 92 persen.

Sementara soal harga, satu unit tes kit dibanderol Rp160.000, karena perusahaan tak lagi mengambil untung, sama sekali.

Harga jual sesuai dengan ongkos produksi, setelah COVID-19 resmi dinyatakan sebagai pandemi. Semua murni sebagai misi sosial perusahaan.

“Dulu, ketika COVID-19 ini belum pandemi, kami bisa jual 20 sampai 21 USD. Kebanyakan di Eropa. Kami cari untung. Sejak awal kami memang perusahaan yang profitable,” kata Santo.

“Tetapi ketika WHO menyatakan ini pandemi, kami jual dengan harga ongkos produksinya saja. Tidak ada untung. Sekitar Rp160.000. Ini juga berlaku ke semua negara. Tidak ada untung. Kami ingin membantu,” sambungnya, seperti dilansir Kumparan.

Sensing Self sendiri, memulai riset sejak akhir 2019, untuk meneliti SARS-CoV-2.

Saat itu, tim ilmuwannya yang juga bekerja sama dengan ilmuwan dari Hong Kong dan Cina, mendapat informasi soal penyakit pernapasan misterius di kota Wuhan.

Hal ini jauh sebelum COVID-19 mewabah lintas negara.

Mekanisme alat tes COVID-19 milik Sensing Self, pada dasarnya tak jauh berbeda dengan rapid test pada umumnya.

Namun, keunggulannya terletak pada enzim yang menjadi bahan baku produk.

“Teknologi yang kita miliki, bukan terletak pada kit atau kertasnya, tapi ada di enzimnya,” jelas Santo.

“Enzim itu kalau tidak diperhatikan, misalnya waktu ditaruh tidak dijaga suhunya atau segala macam, enzim itu bisa rusak,” lanjutnya.

Enzim merupakan biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis atau senyawa yang mempercepat proses reaksi dalam suatu proses kimia organik.

Dalam rapid test, enzim berperan dalam menentukan keakuratan hasil tes COVID-19.

Tingkat akurat alat rapid test, menurut Santo, bisa menjadi rendah karena enzim yang digunakan tak diperhatikan kualitasnya.

Sehingga berpotensi rusak, dalam proses pemakaian produk. Hal ini kerap ditemukan pada kebanyakan alat rapid test dari perusahaan lain.

Salah satunya yang diproduksi oleh perusahaan Cina, Shenzhen Bioeasy Biotechnology. Alat rapid test itu disebut memiliki tingkat akurasi rendah, yakni sekitar 30 persen.

Selengkapnya: Sejumlah Negara yang Menolak, Sebut Peralatan Medis Buatan Cina Tak Berfungsi