Opini  

Jangan Paksa Anies Baswedan Menjadi Presiden!!

Oleh: Zico Alviandri

Rupanya terpilihnya Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak menjamin ibu kota terhindar banjir. Kemarin (Senin, 11 Desember 2017) Jakarta kebanjiran lagi di beberapa titik. Bundaran HI tergenang setinggi 40cm. Underpass Dukuh Atas tak bisa dilalui kendaraan.

Padahal sudah 56 hari beliau dilantik. Angka 56 itu sudah cukup besar waktunya. Karena sejatinya 56 hari itu adalah 1.344 jam, atau 80.640 menit. Coba hitung detiknya, pasti lebih banyak lagi. Sudah cukup lama toh? Kenapa masih banjir juga?

Kini, mari kita buka rekaman digital yang disimpan oleh server-server media nasional. Tengok ke belakang pada 5 tahun lalu. Di sebuah jejak perjalanan seseorang yang sukses menjabat sebagai Presiden RI sekarang.

Tanggal 22 Desember 2012 lalu, Jakarta – yang sudah dipimpin Jokowi sebagai gubernur selama 2 bulan – dikepung oleh banjir. Kebon Sirih arah Sarinah terendam setinggi 50cm. Apartemen Senayan 60cm. Depan ITC Fatmawati 40cm.

Kala itu Jokowi tak bisa disalahkan karena baru menjabat 2 bulan. Berbeda dengan Anies Baswedan yang telah 56 hari masih gagal menangani banjir. Angka 2 dibandingkan dengan angka 56 tentu jauh lebih besar 56, bukan? Apalagi kalau dibandingkan dengan angka 80.640 menit. (Udah kayak berudu belum gwe?)

Masih ingat dengan fenomena Jokowi masuk gorong-gorong? Nah, 4 hari kemudian atau tepatnya tanggal 26 Desember, beliau memenuhi laman media maya dan cetak dengan aksinya. Berbaju kopri biru, ia turun ke gorong-gorong di sekitar Bundaran HI untuk mengecek langsung kemampuan drainase di sana menyalurkan air. Aksi ini begitu fenomenal dan menjadi buah bibir hingga sekarang.

Lalu apa hasil dari terjun ke gorong-gorong itu? Rupanya Jakarta masih banjir juga. Cukup panjang bila datanya dipaparkan di sini. Setidaknya, Jokowi sudah tanggung jawab dengan pekerjaannya dengan cara turun ke selokan. Dan sudah diliput media massa juga. Tak perlu disalahkan!!!

Jokowi juga sudah merencanakan adanya deep tunnel untuk menangkal banjir. Tapi tak jadi dikerjakan. Setidaknya Jokowi sudah mengusulkan. Kalau tidak dikerjakan dan masih banjir juga, jangan salahkan dia!!!

Hingga akhirnya, setelah dinyinyiri haters soal banjir, Jokowi pun bicara jujur kepada media. Ada satu kunci untuk menangani banjir dan macet Jakarta. Apa itu? Jadi presiden!!!

“Seharusnya lebih mudah (mengatasi kemacetan) karena kebijakan transportasi itu harusnya tidak hanya Jakarta, tapi juga Jabodetabek. Itu seperti halnya dengan masalah banjir. Banjir tidak hanya masalah Jakarta karena 90 persen air yang menggenangi Jakarta itu justru berasal dari atas (Bogor). Semua pengelolaan 13 sungai besar yang ada di Jakarta juga semuanya kewenangan pemerintah pusat,” papar Jokowi kepada wartawan di Balaikota Jakarta, Senin 24 Maret 2014.

Ya ucapannya saat itu memang mirip dengan yang pernah ia katakan kepada wartawan tiga tahun sebelumnya. Saat tulisan ini dibuat, rmol[dot]co masih memuat laman yang berjudul, “Walikota Solo: Kelihatannya Nggak Sulit-sulit Amat Atasi Macet dan Banjir Jakarta”. Itu adalah kata-kata beliau kepada jurnalis ketika masih menjabat sebagai Walikota Solo, tahun 2011.

Nah, jadi tidak seperti yang dibayangkan banyak orang, sebenarnya mengatasi macet dan banjir Jakarta itu mudah. Yaitu menjadi presiden. Bahkan tahun 2013, Jokowi sudah menyadari itu. Makanya Okezone menulis berita, “Jakarta Banjir, Jokowi Salahkan Pemerintah Pusat”

Kini, kita kembali ke persoalan Anies Baswedan yang sudah puluhan ribu menit menjadi Gubernur Jakarta tapi masih tak mampu membendung banjir. Setelah bencana kemarin, rupanya banyak yang menyinyiri beliau di media massa.

Jujur saja saya khawatir dengan nyinyiran itu. Bayangkan, bagaimana bila Anies Baswedan kemudian meng-googling cara mengatasi banjir dan macet, lalu menemukan pernyataan pak Jokowi tahun 2014 lalu. Dan akhirnya ia pun sadar, untuk menjawab nyinyiran hatersnya, ia harus mengikuti jejak Jokowi menjadi presiden?

Saya tidak setuju. Sangat tidak setuju Anies menjadi presiden. Kecuali bila ia telah menuntaskan jabatannya selama 5 tahun. Karena itu saya berharap masyarakat tidak membuatnya frustasi dan menemukan cara yang telah ditemukan Jokowi sebelumnya. Pliiis….