Opini  

Kisah Masa Kecil Syekh Ali Jaber dan Jejak Kariernya di Indonesia

Kisah Masa Kecil Syekh Ali Jaber dan Jejak Kariernya di Indonesia

Ngelmu.co – Dalam satu dekade terakhir, nama Syekh Ali Jaber kerap menghiasi dunia dakwah Indonesia. Penyampaian dakwahnya pun jelas dan menyejukkan hati. Terlebih, ia merupakan seorang penghapal Al-Qur’an. Berkat ketulusannya berdakwah di tanah air, Syekh Ali Jaber menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Bahkan, namanya pun masuk jajaran penceramah agama papan atas Indonesia.

Lahir di Madinah

Pemilik nama lengkap Ali Saleh Muhammad Ali Jaber ini lahir di Madinah, Arab Saudi pada 3 Februari 1976 atau bertepatan dengan tanggal 3 Shafar 1396 H. Syekh Ali Jaber menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Kota Nabi. Ia menempuh pendidikan formal dan nonformal, masuk Madrasa Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah lalu kemudian melanjutkan mulazamah (melazimi) pelajaran Al-Qur’an di Masjid Nabawi, Madinah.

Ia memiliki 9 saudara yang semua laki-laki. Terlahir dari keluarga yang sangat agamis, membuat dirinya sangat menekuni agama sejak kecil. Ayahnya sangat disiplin untuk mengajarkan ia dan saudara-saudaranya, terutama perihal shalat dan membaca Al-Qur’an. Bahkan, orangtuanya tak segan memukulnya ketika hendak melaksanakan shalat fardhu.

Menjadi Imam di Usia yang Masih Belia

Tak heran jika kemudian Syekah Ali jatuh cinta dengan ilmu pengetahuan tentang Islam dan Al-Qur’an. Di usia yang masih belia saja, ia sudah mampu mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Bahkan, ketika usianya menginjak 13 tahun pun, ia sudah mendapatkan amanah untuk menjadi imam di salah satu Masjid di Kota Madinah. Selama belajar agama, Syekh Ali rutin mengajar dan berdakwah. Ia juga aktif sebagai guru hafalan Al-Qur’an di Masjid Nabawi.

Kemudian, ia mulai berdakwah dari satu masjid ke masjid lainnya. Lantas, bagaimanakah ceritanya Syekh Ali bisa sampai ke Indonesia dan menjadi WNI?

Awal Mula Memulai Karier Dakwah di Indonesia

Syekh Ali Jaber diketahui mulai melebarkan sayap dakwahnya di Indonesia pada tahun 2008 silam. Dan resmi menjadi WNI pada akhir 2012. Ia sempat menjadi juri pada ajang Hafiz Indonesia dan menjadi Da’i dalam berbagai kajian di beberapa stasiun televisi nasional.

Di tahun yang sama pula, ia menikah dengan seorang gadis asal Lombok bernama Umi Nadia, yang sudah lama tinggal di Madinah. Dari buah pernikahannya ia dikaruniai seorang anak yang diberi nama Hasan.

Ketika di Lombok, ia menjadi guru hafalan Al-Qur’an, imam shalat, dan khatib di Masjid Agung Al-Muttawin Cakranegara, Lombok, Indonesia. Karier dakwahnya berlanjut saat Syekh Ali diminta menjadi imam shalat tarawih di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta.

Memperoleh Penghargaan

Dari ketulusannya berdakwah, ia mendapatkan pengghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni untuk menjadi Warga Negara Indonesia. Sejak itulah, ia mulai rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di TvOne dan menjadi juri Hafizah Indonesia di RCTI.

Untuk menyiarkan Islam agar lebih efektif sehingga dapat melahirkan pengapal Al-Qur’an di Indonesia, ia mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber, yang berkantor di Jatinegara, Jakarta Timur.

Baca Juga: Hidayat Nur Wahid: Jangan Kaburkan Pelaku Kasus Syekh Ali Jaber dengan ‘Gangguan Jiwa’

Karier Syekh Ali Jaber terus mengalir. Dia mulai tampil di berbagai program telivisi. Bahkan, ia juga menjadi aktor dalam film Surga Menanti, pada tahun 2016. Film berkisah tentang Dafa (Syakir Daulay) remaja yang bercita-cita menjadi seorang Hafizh Qur’an.

Popularitas Syekh Jaber tak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Meski dirinya sudah tenar lewat media, namun ia tetap berendah hati. Ia masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah.