Badan Geologi Prediksi Letusan Anak Krakatau Hanya Batuk Saja

anak krakatau
Petugas di pos pemantauan gunung api Banten. (Foto: Dok. Badan Geologi)

Ngelmu.co – Anak Gunung Krakatau meletus dan lontaran abunya mencapai ketinggian lebih dari 1.000 meter. Namun, disebutkan bahwa apa yang terjadi pada anak Krakatau di kawasan Selat Sunda, tak perlu dikhawatirkan. Sebabnya, letusan yang terjadi pada anak Krakatau hanya batuk saja.

Informasi yang menyebutkan bahwa anak Gunung Krakatau hanya batuk saja dibenarkan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Suhendar, Selasa (26/6).

“Betul sekali. Kalau melihat dari data saat ini, tidak menunjukkan letusan-letusan yang besar,” tegas Rudy, seperti yang dikutip dari Kumparan.

Baca juga: Terjadi Erupsi Gunung Anak Krakatau

Sejak 2012, menurut Rudy, level anak Gunung Krakatau sudah waspada.Sejak tahun 2012 tersebut, petugas pengamatan terus melakukan pemantauan hingga saat ini. Namun memang diakui bahwa frekuensi aktifitas anak Krakatau lebih tinggi sejak tanggal 18 Juni 2018.

“Hanya sejak tanggal 18 ini frekuensinya agak banyak,” papar Rudy.

Rudy mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan pemantauan di kawasan Anak Gunung Krakatau. Untuk sementara ini, Rudy meminta masyarakat dan wisatawan agar tak mendekat ke anak Krakatau. Disebutkan juga bahwa lokasi yang ditandai bahaya pada radius 1 km dari kawah gunung.

“Saya saat ini sedang mengecek langsung di Pos PGA Pasauran Banten, yang bahaya saat ini hanya di sekitar radius 1 Km dari kawah gunung saja, Pantai Anyer aman,” tuturnya.

Baca juga: Gunung Merapi Meletus, BNPB: Status Normal

Diberitakan sebelumnya, terjadi erupsi atau letusan pada anak Gunung Krakatau yang berada di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten dan Provinsi Lampung. Terjadinya letusan anak Gunung Krakatau tersebut diungkapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam laporan resmi yang dilansir Magma Indonesia, Senin 25 Juni 2018.

Seblumnya, anak Gunung Krakatau, menyemburkan awan pekatnya setinggi 100 meter pada hari Kamis, 21 Juni 2018 lalu. Saat itu, menurut Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau Lampung, Andi Suardi, itu hanya asap kawah (fumarol).

Baca juga: Gunung Agung Erupsi, ini Himbauan BNPB