Opini  

Maaf Prabowo Bagai Oase di Gurun Pasir

 

Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Begitu kata orang bijak. Tak terkecuali soal kebohongan Ratna Sarumpaet yang mengaku dianiaya, tapi ternyata sedang operasi plastik.

Hikmah terbesar adalah keteladanan yang ditunjukkan capres nomor 02 Prabowo Subianto. Dia dengan cepat meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Tak tanggung-tanggung, sebuah konferensi pers digelar di kediamannya, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan.

Prabowo merasa patut meminta maaf karena sehari sebelumnya, dia menyatakan telah terjadi penganiayaan terhadap Ratna, salah satu juru kampanyenya. Prabowo berani mengabarkan informasi tersebut kepada publik karena berdasarkan pengakuan langsung Ratna.

Sikap positive thinking yang dimiliki Prabowo sepertinya membuat dia begitu sangat percaya dengan apa yang diucapkan Ratna. Di sisi lain, karakter Prabowo sebagai mantan prajurit yang selalu siap membela mereka yang ditindas, membuatnya bergerak cepat menjenguk Ratna.

Permintaan maaf Prabowo patut diteladani. Mantan Danjen Kopassus itu sebenarnya menjadi korban dari kebohongan yang diproduksi Ratna. Prabowo tak selayaknya meminta maaf.

Di pihak lain, Prabowo juga terkesan tak menggubris informasi yang beredar di media sosial terkait kejanggalan-kejanggalan yang menyertai kasus ini. Misal, soal reaksi cepat aparat kepolisian.

Ada yang aneh dari data-data yang cepat sekali diungkap oleh kepolisian.Padahal di ruang publik, polisi mengatakan Ratna seharusnya membuat laporan jika dia merasa dianiaya. Artinya, Ratna sebagai korban yang bersangkutan belum melapor.

Tapi sepertinya Polisi lupa itu. Tiba-tiba dalam waktu singkat sudah ada data-data yang komprehensif dan diobral di depan umum.

Dalam satu hari, polisi membeberkan transaksi bank Ratna, data CDR telepon, CCTV di rumah sakit, laporan kepada presiden tanpa memeriksa korban.

Padahal untuk bisa akses data transaksi Bank harus ada tersangka untuk kasus yang relevan dengan rekening bank.

Padahal pula, untuk mengetahui CDR harus ada sprindik. Sementara, kasus Ratna belum masuk penyidikan.

Dan untuk mengumbar rekaman CCTV, rekam medis dan lainnya, harus ada surat geledah dan sejenisnya.

Begitu informasi kejanggalan yang viral di media sosial. Namun, Prabowo bergeming. Dia tetap meminta maaf. Reaksi cepat polisi sepertinya dilihat dalam kacamata positif. Mungkin dengan harapan agar kasus-kasus lain juga sedemikian cepat. Seperti penganiayaan Hermansyah, teror kepada Habib Riziq, Neno Warisman dan Mardani Ali Sera juga Novel Baswedan. Dan hoak video editan penganiayaan kepada suporter Persija yang membawa-bawa nama Islam.

Karena itu, tak berlebihan jika permintaan maaf Prabowo bagai oase di gurun pasir nan tandus. Sesuatu yang langka. Dibohongi tapi meminta maaf, sementara ada pihak lain yang kerap berbohong karena tak merealisasikan janji kampanyenya, tetap disanjung oleh pendukungnya.

 

Erwyn Kurniawan