Berita  

Petani Kopi Aceh Berusia 100 Tahun, Berangkat Haji

Petani Kopi Aceh Haji

Ngelmu.coMuhammad Taher Abdussalam adalah jemaah haji berusia 100 tahun yang berprofesi sebagai petani kopi di Gayo Lues, Aceh.

Ia begitu bersyukur, karena tahun ini, akhirnya dapat terbang menuju Arab Saudi; melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar.

Menjadi jemaah haji tertua dari Aceh–karena usianya yang menginjak 100 tahun–pria kelahiran Tampeng, Gayo Lues itu berangkat sendiri; tanpa didampingi keluarga.

Namun, Taher yakin, dengan kondisi kesehatannya, ia mampu menjalankan ibadah haji; meski tanpa pendamping.

“InsyaAllah, saya sanggup untuk menjalankan ibadah haji tahun ini,” tuturnya.

Berdasarkan data Sistem informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), ayah dari enam orang anak itu mendaftar haji pada 14 Oktober 2014.

Taher sudah dua kali gagal berangkat ke Tanah Suci. Pertama, saat pandemi Covid-19 melanda dunia.

Kedua, pada tahun lalu, ketika pemerintah Arab Saudi, masih membatasi umur jemaah, yakni maksimal 65 tahun.

Syukurnya, musim haji kali ini Taher dapat berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadah haji pertamanya.

“Alhamdulillah, saya bahagia sekali bisa melaksanakan ibadah haji kali ini. Semoga semuanya berjalan lancar,” doa Taher.

Ia bahkan rela menjual tanahnya untuk pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (bipih).

Ini memang bukan kali pertama bagi Taher ke Arab Saudi. Sebab, sebelumnya ia sudah dua kali melaksanakan ibadah umrah.

“Alhamdulillah, saya juga sudah pernah umrah dua kali, hadiah dari anak-anak saya,” jelasnya.

Tidak ada keraguan sedikit pun bagi Taher untuk berangkat ke Arab Saudi.

Pengalaman umrah, merantau ke Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta, menjadi bekalnya kali ini.

“Untuk apa takut pergi sendiri? Saya sudah pernah umrah dan merantau di Pulau Jawa, seperti Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.”

“Bahkan, sebelum Indonesia merdeka, saya sudah di sana,” kenang Taher, bercerita.

Baca juga:

Sebagai petani kopi–profesi kebanyakan masyarakat di Gayo Lues–Taher juga pernah membudidayakan cokelat dan kemiri.

Selama hidupnya, ia mengaku tidak pernah mencicipi pendidikan.

Satu-satunya program yang pernah diikuti olehnya adalah PBH [pemberantasan buta huruf] yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno, saat itu.

Kisah hidupnya tidak melunturkan keinginan Taher untuk bisa menunaikan ibadah haji.

Ia telah mewariskan seluruh harta untuk anak-anaknya. “Saya sudah tua, saat ini hanya mau fokus untuk beribadah.”

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Aceh, Azhari–yang sempat menjumpai Taher–pun berpesan.

“Bapak jaga kesehatan, ya. Sering-sering minum air putih, dan fokus pada ibadah-ibadah yang wajib saja dulu.”

“Jangan terlalu lelah, karena harus fokus saat puncak haji nanti,” tutur Azhari kepada Taher.