Berita  

“Pondok Modern Darussalam Gontor yang Saya Tahu…”

Pondok Modern Darussalam Gontor

Ngelmu.co – Di balik kemasyhuran dan kiprahnya yang luar biasa untuk umat juga bangsa, ternyata, Pondok Modern Gontor, berdiri sejak 1926.

Pendirinya adalah tiga saudara–yang saat itu masih belia–yakni:

  1. KH Ahmad Sahal, 25 tahun;
  2. KH Zainuddin Fanani, 18 tahun; dan
  3. KH Imam Zarkasyi, 16 tahun.

Membayangkannya sulit, ya? Di usia belia, alam pikiran mereka sudah melampaui zaman, dan lingkungan tempat tinggal yang jauh dari perkotaan; serta informasi.

Bahkan, saat pondok yang didirikan mereka mulai membesar, pada 1958, secara resmi justru diwakafkan kepada umat Islam.

Artinya, para pendiri serta keturunannya, tidak bisa mengeklaim lagi bahwa pondok itu adalah aset kekayaan mereka.

Dengan kata lain, susah payah mendirikan pondok dengan uang pribadi dan warisan keluarga, tetapi setelah berkembang dan terkenal, langsung diwakafkan.

Inilah makna zuhud yang benar-benar sulit dinalar, kecuali bagi mereka yang dikaruniai kejernihan kalbu.

Menteri wakaf Mesir (1952) Syekh Hasan Al-Baquri, datang ke Gontor.

Ia mengatakan yang menjamin kelestarian pondok, bukanlah gedung-gedung megah.

Bukan juga santri yang banyak, guru yang hebat, tetapi falsafahnya.

Maka tidak heran jika Rektor Al-Azhar (1958) Syekh Syaltut, pernah mengatakan, agar di Indonesia, terdapat 1.000 Gontor.

Lantas, apa itu falsafah hidup ‘trimurti’ pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor?

Berikut sekilas contohnya:

1. Andai kata muridku tinggal satu, akan tetap aku ajar yang satu ini sama dengan seribu, kalaupun yang satu ini tidak ada, aku akan mengajar dunia degan pena. (KH Imam Zarkasyi)

2. Ya, Allah… daripada aku melihat bangkai pondokku, matikanlah aku lebih dahulu. (KH Ahmad Sahal)

3. Kalau makan, minum, dan tempat tidur saya lebih baik daripada makan, minum, dan tempat tidur anak-anak [santri] saya; supaya anak-anak protes. (KH Ahmad Sahal)

4. Saya malu kalau rumah saya lebih baik daripada masjidnya. (KH Ahmad Sahal)

5. Sebesar keinsafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu. (KH Imam Zarkasyi)

6. “Berdiri di atas, dan untuk semua golongan.” (Trimurti)

7. “Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas.” (Trimurti)

8. Panca Jiwa Pondok: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiah, kebebasan. (Trimurti)

9. Hidup sekali, hiduplah yang berarti. (KH Imam Zarkasyi)

10. Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama. (KH Imam Zarkasyi)

11. Berjasalah, tapi jangan minta jasa. (KH Imam Zarkasyi)

12. Berani hidup, tak takut mati. Takut mati, jangan hidup. Takut hidup, mati saja. (KH Ahamad Sahal)

13. Kunci keberhasilan guru dalam mengajar adalah kecintaan sang guru kepada muridnya. Kalau seorang guru benar-benar mencintai muridnya, ia tentu akan mujahadah lahir dan batin. Segala cara akan dicapai. Maka akhirnya, tentu akan mendapatkan cara atau metode yang tepat, sehingga murid dapat menerima ilmu yang diajarkannya. (KH Ahmad Sahal)

14. Kalau kamu mengajarkan suatu mata pelajaran, niatilah: kamu jadi profesor dalam mata pelajaran itu. (KH Imam Zarkasyi)

15. Kamu adalah orang-orang yang berharga, tapi jangan minta dihargai, kalau minta dihargai, harga dirimu habis, sepeser pun tidak ada. (KH Imam Zarkasyi)

16. Kalau kamu hidup itu hanya untuk hidup senang, cukup sandang pangan, punya rumah dan istri, lalu punya anak. Kalau hanya itu saja, itu sama dengan kambing. (KH Imam Zarkasyi)

Baca Juga:

Alhamdulillah, hingga saat ini, kami masih terus percaya dengan kredibilitas Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang bermutu dan berarti. Baik di level nasional, dan internasional.

Alhamdulillah, kami sekeluarga merasakan betul pendidikan yang diberikan oleh PMDG.

Ayah kami lulus PMDG tahun 1960, setelahnya, beliau diamanahi bapak pimpinan untuk mengajar di pondok; sekitar 3 tahun.

Lalu, ketiga putranya–saya dan dua kakak–dipondokkan di Gontor, hingga lulus di tahun 1989, 1990, dan 1995.

Saya baru meninggalkan PMDG pada tahun 2000, setelah menamatkan S1 ISID Gontor [kini UNIDA], dan mengemban tugas mengajar selama 5 tahun.

Jadi, totalnya, saya 11 tahun di PMDG.

Di samping mendapatkan ilmu dan pendidikan, alhamdulillah, saya dianugerahi rezeki jodoh lulusan PMDG, Putri Mantingan.

Yakin dengan kualitas pengajaran, pendidikan kepemimpinan dan kemasyarakatan di PMDG, putra sulung kami yang saat itu sekolah kelas 10–dan mau naik kelas 11–di International Islamic School di Istanbul, kami pindahkan ke PMDG.

Demikian juga putra kakak saya yang saat ini nyantri di PMDG.

Jadi, di keluarga besar kami, saat ini yang nyantri di PMDG adalah generasi ketiga, yakni anak dan keponakan saya.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, termasuk ujian yang sedang dihadapinya saat ini, kami masih tetap yakin bahwa PMDG merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam terbaik di dunia Islam saat ini.

PMDG mampu terus berproses menuju kebaikan dan perbaikan.

Salah satu sebabnya, karena PMDG, bukan merupakan lembaga milik pribadi. Bukan milik keluarga pendirinya.

Namun, telah diwakafkan untuk umat Islam.

Sehingga loyalitas yang ditanamkan pun menjadi loyalitas kepada nilai-nilai Islam dan kebenaran.

Bukan sekadar loyalitas terhadap individu pimpinan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu merahmati dan menjaganya; ila yaumil qiyamah.

Aamiin.

Istanbul, 6 September 2022

Oleh: Alumni 1995, Dr Henri Shalahuddin, MIRKH [Master of Islamic Revealed of Knowledge and Heritage]