Prabowo Akui tak Pantas Jadi Imam, Sandi Pilih Jadi Makmum, Jokowi Justru Jadi Imam Sholat

Ngelmu.co, JAKARTA – Dunia perpolitikan nasional tengah dihangatkan dengan persoalan Imam Sholat. Isu itu muncul lantaran pernyataan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mattalitti yang mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin melontarkan pernyataan bernada menantang kepada Prabowo.

La Nyalla bicara soal keislaman dari kedua capres. Sebelumnya, La Nyalla juga sudah menemui Jokowi. Dalam pertemuan itu, La Nyalla menyampaikan permintaan maaf karena telah menyebar isu negatif soal Jokowi di Pilpres 2014.

“Dulu saya fight untuk dukung si Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam lebih hebat Pak Jokowi. Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani suruh mimpin salat? Nggak berani. Ayo kita uji keislamannya Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca, bacaan shalat. Kita semua jadi saksi,” kata La Nyalla.

Sontak hal tersebut langsung ditanggapi oleh Prabowo. Prabowo saat Konferensi Nasional Partai Gerindra 2018 yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Sentul, Bogor pada Senin (17/12/2018) lalu mengakui dirinya tidak pantas menjadi imam Shalat.

Prabowo Subianto mengatakaan dalam hal shalat lebih baik mengikuti orang yang ilmu agamanya lebih tinggi darinya. Pernyataan tersebut mengakui dirinya tidak pantas menjadi imam Shalat, untuk menjawab upaya yang dilakukan pihak-pihak yang hendak mencari-cari kesalahannya.

“Jadi ada upaya selalu mencari-cari kesalahan, suatu saat saya dibilang Islam garis keras, besoknya saya dibilang kurang Islam, Saya gak bisa jadi imam solat katanya. Ya saya merasa tahu diri, yang jadi imam ya harus orang yang lebih tinggi ilmunya. Betul? Saya tidak takut mengakui saya merasa tidak pantas saya menjadi imam shalat, lebih baik saya ikuti orang yang lebih tinggi ilmunya dari saya,”kata dia.

Prabowo tak mau berbohong atau berpura-pura bisa menjadi imam Shalat. Maka, dia menjawab semua tudingan itu.

Sandi Pilih Jadi Makmum, Jokowi Jadi Imam

Jika Prabowo mengakui tak pantas jadi imam, Capres nomor urut 01 Joko Widodo memilih menjadi imam salat dzuhur berjemaah saat berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (18/12/2018).

“Tadi Pak Jokowi di kesempatan berkunjung ke Darul Ulum itu bertepatan dengan salat dzuhur diqasar. Kami, Pak Menteri Agama, Pak Pramono Anung, dan masyarakat musafir saat itu berkesempatan untuk menjadi makmum dari Pak Jokowi,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Kadir Karding.

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Zaimuddin Wijaya As’ad, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Karding, Ketua Umum Partai Kebangsaan Bangsa Muhaimin Iskandar menjadi makmum.

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya Sabtu (15/12/2018), Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno yang sedang berkampanye di Kabupaten Cilacap juga menggelar Sholat berjamaah.

Seperti diceritakan oleh salah satu relawan Prabowo-Sandi, Eko Junianto di laman Facebooknya, diantara kebiasaan Takmir Masjid Asy Syifa’ RSI Fatimah Cilacap adalah mempersilahkan tamu kehormatan untuk menjadi imam shalat berjama’ah.

“Bang Sandi menolak untuk menjadi imam dalam shalat maghrib kloter yang kedua. Dengan penuh takdzim, beliau mempersilahkan imam reguler untuk mengimaminya. Akhirnya, beliau jama’ah diimami oleh Ust Ahfadz yang suaranya sangat merdu,”kata dia.

Eko mengatakan, diantara kebiasaan Takmir Masjid Asy Syifa’ RSI Fatimah Cilacap adalah memberikan kesempatan bagi tamu kehormatan untuk memberikan wasiat, tausiyah, mau’izhah hasanah dan motivasi.

“Bang Sandi menolak karena banyak yang lebih ahli agama dan nanti bisa dipersepsikan sebagai kampanye. Akhirnya, beliau duduk manis mendengarkan ceramah dari Ustad Ayub Sofyan yang bahasanya ringan dan renyah, namun sangat berisi,”imbuhnya.

Lebih lanjut, Eko mengatakan andaikan kita punya kedudukan tinggi dan kesuksesan besar sebagaimana Bang Sandi sekalipun, kita tetap harus menyadari bahwa dalam urusan agama, ada ahlinya masing – masing.

“Maka dalam hal ini, kami justru malah sangat mengapresiasi sikap Bang Sandi yang memilih untuk menjadi makmum ketimbang jadi imam dan memilih untuk menjadi pendengar ketimbang penceramah. fragmen kecil ini mungkin perlu kami hadirkan, ditengah sejumlah polemik yang membahas tentang calon pemimpin yang bertindak menjadi imam shalat. Semoga bermanfaat,”pungkasnya.

Politisasi Agama?

Hangatnya politik ‘imam sholat’ ini seakan menggiring publik terhadap statemen salah satu tokoh muda Nahdlatul Ulama Ahmad Sahal.

Melalui akun twitternya @Sahal_AS yang ditulis pada 12 Juni 2016 lalu, dia menyebut politisasi ibadah atau simbol agama yang digemari pejabat yang seolah-olah tampil religius untuk menutupi kebobrokannya. Dia pun meminta publik untuk tidak terkecoh dengan hal itu,

“Politisasi ibadah/ simbol agama digemari pejabat yg ga becus dan korup, Ia tampil seolah2 relijius utk menutupi bobroknya. Jgn mau dikecoh,”kata dia.

https://platform.twitter.com/widgets.js