Saat Golkar Terbebas dari Soeharto

Soeharto

Ngelmu.co – Siti Hediati Harijadi atau yang lebih dikenal dengan Titiek Soeharto telah resmi keluar dari Partai Golkar dan bergabung dengan Partai Berkarya besutan adiknya, Tommy Soeharto. Di Partai Berkarya, Titiek diberi amanah menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai.

Mundurnya Titiek yang merupakan keturunan dan atau yang berkaitan dengan Presiden Soeharto dari partai berlambang Pohon Beringan ini bukanlah kejadian yang pertama kalinya. Sebelumnya, mantan politisi senior Partai Golkar ada yang berhasil mendirikan partai baru dan punya kursi di DPR seperti Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Gerindra, yang Ketuanya Prabowo Subianto yang dibesarkan di Partai Golkar.

Sesudah Partai Berkarya dinyatakan sebagai peserta Pemilu 2019, nama Prio Budi Santosa yang juga merupakan matan politisi Golkar terlebih dahulu bergabung dengan Partai Berkarya dan duduk sebagai Sekjen Partai Berkarya. Titiek yang merupakan mantan istri Prabowo Subianto dan juga putri dari almarhum Soeharto ini mengikuti jejak Prio Budi Santosa dan siap untuk membawa gerbong politisi Golkar lainnya untuk bergabung dengan Partai Berkarya.

Baca juga: Titiek Soeharto Tantang Airlangga di Rebut Golkar Satu

Putri almarhum Soeharto tersebut mengaku bahwa ada sekelumit kegelisahan di dalam dirinya melihat persoalan bangsa, namun tak bisa ditemukan solusinya bila ia masih berada di Golkar.

“Kan, sudah jelas alasan saya keluar dari Golkar. Bagi politisi Golkar lain yang sadar bahwa Partai Golkar yang kini berada di pemerintahan dan sulit untuk menyuarakan nasib rakyat, maka keluarlah dan bergabung dengan kami,” kata Titiek di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, Senin 11 Juni 2018, dikutip dari Viva.

Titiek mengutarakan bahwa saat ini kondisi bangsa sudah sangat memprihatinkan. Adapun salah satu kondisi yang memprihatinkan tersebut adalah pengangguran yang mencapai 7 juta orang. Selain itu juga kebijakan import pemerintah yang dirasakan kurang relevan. Tambahan lagi permasalahan narkoba yang masih jauh mendapatkan penanganan dan perhatian dari pemerintah.

Di lain kesempatan, Ketua Umum Partai Berkarya, Tommy Soeharto menyatakan, lahirnya Partai Berkarya adalah untuk menyikapi 20 tahun reformasi. Menurut Tommy, reformasi tidak sesuai dengan harapan rakyat di mana kemiskinan masih tinggi, pengangguran juga tinggi, pengelolaan sumber daya alam yang belum bisa menyejahterakan rakyat.

Tommy menyatakan bahwa bagi yang ingin sebuah perubahab baru di Indonesia, Partai Berkarya lah tempatnya.

“Tidak hanya politisi dari Partai Golkar, dari partai lain yang ingin bergabung dan ingin sebuah perubahan baru di Indonesia, maka Partai Berkarya tempatnya,” kata Tommy.

Sedangkan, Gandung Pardiman yang merupakan ketua umum Jaringan Kerja Rakyat Bersama Jokowi (Jangkar Bejo) mengatakan, politisi Partai Golkar tidak akan mudah untuk pindah ke partai baru, meski berisi para mantan politisi Partai Golkar. Gandung menyatakan bahwa hal ini merupakan saat yang tepat untuk Partai Golkar untuk berkembang semakin besar karena telah putus dari bayang-bayang almarhum Soeharto dan Cendana.

“Ini justru momentum kebangkitan dari Partai Golkar untuk semakin besar, karena sudah putus dari bayang-bayang Orde Baru yang lekat dengan Soeharto dan keluarga Cendana,” ujar Gandung.

Gandung mengatakan bahwa kehadiran keluarga almarhum Soeharto di tubuh Partai Golkar sebenarnya tidak menambah suara partai, namun justru membuat suara Golkar berkurang.

“Salah satu buktinya, ketika Titiek Soeharto maju DPR dari Dapil DIY tahun 2014, suara Golkar hanya 190 ribu. Padahal di tahun 2009, tanpa nama Titiek Soeharto, suaranya 250 ribu, artinya turun 60 ribu suara,” ujar Gandung.