Berita  

Sial Dangkal Veto AS di PBB, Gagalkan Gencatan Senjata

Veto AS Gencatan Senjata

Ngelmu.co – Sial dangkal, veto Amerika Serikat (AS) di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), menggagalkan gencatan senjata permanen untuk Gaza.

Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB, menggelar rapat soal kondisi Jalur Gaza, dan menghasilkan resolusi gencatan senjata.

Namun, AS–selaku anggota tetap DK PBB–menggunakan hak veto.

Resolusi untuk damai di Gaza pun batal gara-gara AS.

Rapat DK PBB untuk menghasilkan resolusi bagi perdamaian di Gaza ini merupakan hasil dari upaya bersurat dari Sekjen PBB Antonio Guterres.

Israel menjadikan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sebagai legitimasi pembantaian di Gaza.

Namun, Guterres tidak dapat menerima argumentasi semacam itu.

Maka ia pun bersurat ke Presiden DK PBB, agar segera ada resolusi gencatan senjata.

Rapat DK PBB yang menghasilkan resolusi gencatan senjata digelar pada Jumat (8/12/2023) waktu setempat.

DK PBB menilai, jeda kemanusiaan adalah hal yang sangat perlu bagi Gaza, agar korban sipil dan kehancuran, tidak terus bertambah.

Pemungutan suara dilakukan untuk menghasilkan resolusi.

Dari 15 anggota DK PBB, sebanyak 13 anggota setuju resolusi gencatan senjata di Gaza.

Adapun Inggris, memilih untuk abstain, dan AS malah menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi tersebut.

Hasil rapat itu pun seketika mentah.

Sebagai informasi, dalam rapat tersebut sekutu AS–Jepang dan Prancis–menyetujui resolusi DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri (Mesir, Yordania, Otoritas Palestina, Qatar, Arab Saudi, dan Turki), melawan sikap AS.

Mereka berangkat ke Washington DC untuk bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Sejumlah negara juga mengecam langkah AS yang menggunakan vetonya tersebut.

Benjamin Netanyahu

Hanya Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang mengapresiasi veto AS di Dewan Keamanan PBB.

“Saya sangat mengapresiasi sikap tepat yang diambil Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB.”

Demikian pernyataan Netanyahu yang Ngelmu kutip dari Reuters dan Anadolu Agency, Ahad (10/12/2023).

“Negara-negara lain juga harus memahami, bahwa tidak mungkin mendukung penghapusan Hamas di satu sisi.”

“Di sisi lain, menyerukan diakhirinya perang, akan mencegah penghapusan Hamas,” kata Netanyahu.

Ia juga mengatakan, Israel akan melanjutkan serangan, karena mereka ingin melenyapkan Hamas.

Menlu RI Retno Marsudi

Terpisah, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Lestari Priansari Marsudi, buka suara.

Ia mengaku sangat menyesalkan gencatan senjata untuk Gaza, gagal diadopsi di DK PBB.

Tepatnya, setelah AS menyuarakan veto, padahal resolusi gencatan senjata di Gaza, sudah didukung oleh 102 negara; termasuk Indonesia.

“Saya sangat menyesalkan kegagalan DK PBB dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.”

“Meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut,” jelas Retno melalui akun X, @Menlu_RI.

“Komunitas global tidak bisa terus bergantung pada beberapa negara, dan menyaksikan tanpa daya kekejaman serta pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Gaza,” tegas Retno.

Utusan AS

AS sendiri mengutus Robert A Wood, dan dia lah yang menunjuk tangan untuk veto resolusi gencatan senjata di DK PBB.

Dengan enteng, Robert menyatakan AS, tidak mendukung seruan gencatan senjata di Gaza.

Robert bilang, gencatan senjata di Gaza, akan membuat perang kembali pecah.

“Meskipun Amerika Serikat, sangat mendukung perdamaian yang langgeng, di mana baik Israel dan Palestina dapat hidup dalam damai dan aman.”

“Kami tidak mendukung seruan untuk segera melakukan gencatan senjata,” ujar Robert–konyol–di PBB, Jumat (8/12/2023).

Menurutnya, gencatan senjata hanya akan menjadi benih bagi perang berikutnya.

Ia menyalahkan Hamas, dan menyebut pihak itulah yang tidak punya keinginan melihat perdamaian yang langgeng.

Robert juga bilang, AS melakukan segala upaya untuk membebaskan sandera yang tersisa.

Ia pun mengatakan, skala penderitaan warga sipil di Gaza, sangat memilukan.

Suara Rusia

Sebelumnya, Wakil utusan pertama Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky, mengaku pihaknya sangat kecewa.

Sebab, DK PBB tidak menuntut gencatan senjata di Jalur Gaza; selama dua bulan terakhir.

Baca juga:

Gencatan senjata di Gaza, hanya berlangsung sementara, yakni tujuh hari.

Namun, setelah berakhirnya gencatan senjata, Israel kembali meluncurkan bom ke wilayah Palestina.

Bahkan, Israel memperluas serangan mereka, termasuk ke wilayah Lebanon dan Suriah.

Demikian pula operasi darat mereka terhadap Hamas di Jalur Gaza yang juga dilaporkan terjadi di Tepi Barat.