Berita  

Singgung Soal Diskriminasi, Pidato Pendeta Asal Indonesia Terkait Kematian George Floyd Menuai Kecaman

Singgung Soal Diskriminasi, Pidato Pendeta Asal Indonesia Terkait Kematian George Floyd Menuai Kecaman

Ngelmu.co – Aksi protes terkiat kematian George Floyd di Amerika Serikat masih terus berlanjut. Bahkan, seorang pendeta asal Indonesia Oscar Suryadi dari Portland, Oregon, turut menyuarakan aksi tersebut.

Dalam aksi Pioneer Square ia sempat berpidato dan disambut dengan baik oleh para demonstran. Sebab, dalam orasinya tersebut, ia berdoa dan membahas masalah keadilan bagi seluruh manusia.

Namun sayang, pidatonya itu menuai kecaman dari publik Tanah Air. Pasalnya, ia sempat menyinggung soal diskriminasi di Indonesia. Di bagian awal pidato, ia mengatakan, “Tahu apa itu prasangka dan diskriminasi” karena berasal dari Indonesia.

“Saya lahir di Indonesia, jadi saya tahu apa itu prasangka dan diskriminasi,” tutur Oscar.

“Saya kira saya bisa lari jauh dari Indonesia dan datang ke sini untuk menghirup kebebasan. Tapi saya melihat beberapa hari lalu, hati saya meleleh,” lanjut pendeta dari Portland City Blessing Church ini.

Video orasinya itu pun viral, dan banyak dibagikan oleh warganet Indonesia di Twitter. Tak sedikit warganet yang menyebutnya telah memfitnah Tanah Air atas pidaotnya itu, sehingga ucapan tersebut harus ia pertanggungjawabkan.

“Ucapan yang harus dipertanggungjawabkan, hal ini menyangkut harkat dan martabat bangsa Indonesia,” ujar seorang pengguna Twitter.

Selain itu, pidatonya juga mendapatkan kecaman yang dilayangkan oleh Imam masjid asal Indonesia di New York, Shamsi Ali. Melalui akun Twitternya, ia menyebut bahwa apa yang terjadi di AS tak bisa disamaratakan dengan yang terjadi di Indonesia.

Menurutnya, diskriminasi di AS berlangsung sistemik terhadap warga kulit hitam.

“Mengaku menyerukan perdamaian dengan memburuk-burukkan Indonesia? Di US diskriminasi kepada warga hitam bersifat sistem. Apakah negara/sistem diskriminatif ke minoritas di Indonesia?” kata Shamsi.

Lebih lanjut, Shamsi juga menyebut, bahwa Indonesia merupakan surga minoritas di dunia. Sebab ia menilai, kaum minoritas terjamin secara konstitusi dan falsafah negara serta memiliki posisis yang terhormat.

“Semua agama tanpa kecuali punya hak liburan nasional. Bahkan yang lebih penting kita dapatkan bahwa teman-teman minoritas di Indonesia memiliki posisi terhormat di kehidupan publik, baik pada posisi poltiik maupun perekonomian,” kata Shamsi.

Karenanya hentikan memburuk-burukkan negeri sendiri. Indonesia tidak sempurna. Tapi jangan kasus-kasus yang ada Anda gunakan untuk menjelekkan negeri sendiri,” lanjut Shamsi.

Sementara itu, Kemeterian Luar Negeri Indonesia mengatakan, perwakilan mereka di AS akan mencari tahu peristiwa yang memicu kecaman tersebut. Juru bicara Kemenlu RI Teuku Faizasyah berharap, yang bersangkutan dapat memberikan klarifikasinya atas apa yang ia sampaikan.

“Nanti dicari tahu oleh perwakilan kita. Namun siapa pun yang bersangkutan, mencontoh kasus sebelumnya WN AS bertato peta RI yang ikut demo, pelaku dan juga orang tuanya memberikan klarifikasi. Contoh ini bisa juga dilakukan oleh yang bersangkutan,” kata Faizasyah dikutip dari Kumparan.

Baca Juga: George Floyd, Simulacra, dan Paradoks Demokrasi AS

Pernyataan Faizasyah itu menyinggung soal Rainey Backues, pria naturalisasi bertato Indonesia yang terlibat kerusuhan di Philadelphia.