Berita  

Tohokan Spanduk Fan Bayern Muenchen: Lebih dari 100 Orang Dibunuh Polisi di Kanjuruhan

Bayern Muenchen Kanjuruhan
Foto: Twitter/eurofootcom

Ngelmu.co – Fan Bayern Muenchen menunjukkan solidaritas mereka atas peristiwa kelam yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam lalu.

Mereka membentangkan spanduk yang menohok pihak kepolisian di Tanah Air.

Spanduk tersebut terpampang nyata kala Muenchen menjamu Viktoria Plzen di Grup C Liga Champions 2022/23.

Mereka memperlihatkan spanduk itu di salah satu sisi tribun Allianz Arena; saat peluit tanda mulainya pertandingan dibunyikan, Selasa (4/10/2022) malam WIB.

“Lebih dari 100 orang dibunuh oleh polisi. Mengenang kematian di [Stadion] Kanjuruhan.”

Begitu bunyi yang tercantum pada spanduk milik pendukung Muenchen, yang panjangnya lebih dari 10 meter.

Spanduk mulai terbentang jelang penggawa Muenchen dan Viktoria Plzen, melakukan one minute silence.

Spanduk tersebut–disinyalir–sebagai bentuk protes mereka atas aksi brutal aparat kepolisian di Kanjuruhan.

Mereka mengetahui jika aparat menggunakan senjata terlarang ketika membubarkan massa di Stadion Kanjuruhan.

Aparat keamanan menggunakan gas air mata, kemudian menembakkannya secara membabi buta ke arah tribune stadion.

Aksi yang seketika membuat para pendukung yang hadir di laga Arema FC vs Persebaya, tersebut kesulitan menghirup udara.

Mereka panik, mencari jalan keluar.

Mata mereka perih. Napas mereka sesak, sebelum akhirnya terjatuh dan terinjak oleh suporter lain yang sama-sama berusaha menyelamatkan diri.

Baca Juga:

Dalam data terakhir yang dirilis Posko Postmortem Crisis Center, Selasa (4/10/2022) pagi, total korban tewas dalam tregedi Kanjuruhan adalah 131 jiwa; dengan lebih dari 300 orang lainnya mengalami luka.

Namun, KontraS Surabaya, sebelumnya meragukan data korban jiwa yang dirilis oleh aparat kepolisian.

Ketua Badan Pengurus KontraS Surabaya Andy Irfan Junaedi, menyatakan, mereka menemukan banyak korban meninggal yang tidak tercatat.

“Kami buka pos pengaduan. Ada laporan, Aremania luar kota banyak yang tidak terdata,” tuturnya yang turun langsung ke Malang, Senin (3/10/2022).

Itu mengapa Andy, menilai data korban yang dirilis kepolisian, tidak valid.

Ia pun melihat, ada upaya polisi membela diri, dan menutupi jumlah korban sebenarnya.

Pihaknya menuntut Komnas HAM dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), untuk membentuk tim verifikasi data korban.

Andy juga menuntut dibentuknya tim independen yang melibatkan Aremania.

“Tidak ada keadilan tanpa mendengarkan suara korban. Mari duduk bersama untuk menguji kebenaran,” tegasnya.

Di sisi lain, Aremania memang menyebut bahwa jumlah korban meninggal mencapai sekitar 200 orang.