Opini  

Wagub DKI dan Ujian Komitmen Prabowo

 

Hampir tiga bulan lamanya, posisi wakil gubernur DKI Jakarta kosong setelah ditinggalkan Sandiaga Uno yang mundur pada 10 Agustus 2018 dan maju menjadi cawapres Prabowo. Seharusnya pengganti Sandiaga mudah dicari karena pasangan Anies-Sandi saat maju di Pilgub Jakarta putaran pertama hanya didukung oleh dua partai, PKS dan Gerindra.

Beberapa nama muncul dari PKS seperti mantan calon wakil gubernur Jabar Ahmad Syaikhu, mantan komandan tim pemenangan Anies-Sandi, Mardani Ali Sera, pengusaha sekaligus sekretaris umum DPW PKS DKI Jakarta Agung Yulianto hingga mantan anggota DPRD DKI Jakarta yang juga berpengalaman sebagai auditor BPK, Nurmansjah Lubis.

Dari pihak Gerindra cuma ada satu nama yang sering disebut, beliau adalah Ketua Gerindra DKI Jakarta, Muhammad Taufik. Sosok penuh kontroversi karena pernah dipenjara dengan kasus korupsi. Muhammad Taufik pernah menjabat sebagai Ketua KPUD DKI Jakarta. Pada 2004 ia terjerat kasus pidana korupsi logistik pemilu dan ditahan selama 18 bulan.

Namanya juga terancam dicoret dari daftar caleg pemilu 2019 saat KPU mengeluarkan aturan larangan mantan koruptor jadi caleg. Namun aturan ini kandas karena pihak eksekutif yaitu Presiden Jokowi tak menghendaki ada aturan ini dan pihak yudikatif yaitu Mahkamah Agung menganulirnya.

Taufik juga kerap disebut-sebut dalam pusaran kasus suap pembahasan Raperda Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Beberapa kali ia dipanggil KPK. Kasus ini pula yang menjebloskan adik kandung Taufik sesama kader Gerindra, Muhammad Sanusi.

Meski penuh kontroversi dan jika dipasangkan bisa mengurangi kepercayaan publik terhadap Anies Baswedan, Taufik disebut-sebut sangat ngotot menduduki jabatan wakil gubernur Jakarta.

Assalamu alaikum Pak Prabowo Subianto 😊

Bagaimana kabar bapak pagi ini? Semoga bapak selalu sehat dan dipermudah dalam segala urusan menghadapi Pilpres 2019. Kami masih sangat bersemangat dan siap dengan #2019GantiPresiden. Di Partai Gerindra, bapak sangat superior. Mari kita awali dengan keputusan yang baik untuk Jakarta. Ingatlah Jakarta adalah barometer Indonesia dan disana ada jutaan orang yang menggantungkan harapan dan ingin melihat lebih banyak keberhasilan, tidak hanya warga Jakarta.

Enjang Anwar Sanusi