Coretan Provokatif di Yogya yang Bikin Bentrok, Dihapus Warga

coretan provokatif

Ngelmu.co – Warga yang berada di kawasan Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sempat bersitegang dengan massa aksi Hari Buruh yang menggelar aksinya di sekitar lokasi kampus tersebut. Hal itu lantaran mereka melakukan vandalisme berisi coretan provokatif terhadap Sri Sultan Hamengkubowono X.

Dilansir dari Kumparan, coretan provokatif yang menggunakan cat semprot itu berbunyi ‘Bunuh Sultan’. Coretan-coretan tersebut terlihat dituliskan di sejumlah tembok dan baliho.

Menanggapi coretan provokatif tersebut, Ketua Sekber Keistimewaan Yogyakarta, Widihasto Wasana Putra, menyatakan dirinya menyesalkan aksi tersebut. Selanjutnya, Widihasto bersama rekan-rekan pun merobek dan mengecat ulang untuk membersihkan tulisan-tulisan yang dianggap tidak beretika dan menyakiti warga Yogyakarta tersebut.

“Tulisan sangat provokatif dan tidak sesuai etika budaya masyarakat. Persekusi terhadap Ngarso Dalem. (Kami) merobek salah satu tulisan itu di baliho komersil. Ini kami simpan sebagai bukti,” kata Widihasto di lokasi, Selasa (1/5).

Widihasto menegaskan bahwa pihaknya masih akan menyisir coretan-coretan serupa yang diperkirakan masih belum ditemukan. Sejauh ini pihaknya pun telah menghapus dua sampai tiga tulisan.

“Saya aktivis 98, tapi tidak membuat tulisan seperti ini. Kami menggunakan kata-kata yang mengedepankan etika moral,” ujar Widihasto.

“(Saya) menyayangkan. Silakan demonstrasi, tapi jangan mengusik masyarakat Yogyakarta. (Tulisan ini) bisa dianggap menghina sultan,” pungkas Widihasto.

Baca juga: Kewajiban Pemerintah terhadap Tenaga Kerja

***

Sebelumnya, diketahui bahwa warga yang berada di kawasan Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak terima dengan kelakuan aksi massa. Pasalnya, aksi massa menuliskan kata-kata yang menyakiti warga Yogyakarta, yakni tulisan ‘Bunuh Sultan’ di papan iklan jalanan.

Salah satu warga yang juga merupakan saksi mata, Rivan, menceritakan bahwa pada awalnya warga tidak terlalu menggubris aksi massa. Namun, warga mulai tersulut emosi karena melihat coretan provokatif yang dianggap menghina tuntunan dan pimpinan mereka, yakni Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Akibat tulisan tersebut, warga Yogyakarta merasa tidak terima, sehingga warga langsung menyerang dan memukul mundur massa hingga ke dalam kampus.

“Warga sih enggak terlalu emosi kalau bukan karena tulisan itu, di baleho itu ada tulisan bunuh Sultan,” jelas Rivan saat ditemui Tugu Jogja di lokasi kejadian, Selasa (1/5), seperti yang dikutip dari Kumparan.

Rivan menyatakan bahwa sebenarnya warga tidak mengetahui apakah aksi massa di pertigaan jalan UIN Yogyakarta merupakan aksi hari buruh atau yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan tulisan menolak bandara terlihat di dinding-dinding kampus dan juga tulisan cat di jalan raya.

“Sepertinya demo buruh, tapi di sana ada tulisan menolak bandara, ngawur, Mas,” kata Rivan.

Namun, menurut Rivan, dirinya dan warga Yogyakarta tidak mempermasalahkan demo apa yang dilakukan massa. Adapun yang terpenting, massa aksi harus menjaga kondusivitas dalam berjalannya aksi.

“Tapi itu tidak masalah, tapi kami emosi tulisan bunuh Sultan itu, kami sebagai orang Jogja nggak terima kalo Sultan kami digituin,” katanya.

Rivan menilai bahwa coretan provokatif tersebut bukanlah berasal dari warga Yogyakarta. Rivan menegaskan bahwa warga Jogja tidak akan pernah menulis tulisan yang tidak mengenakkan kepada Sultan mereka.

“Kalau orang Jogja nggak mungkin seperti itu, otomatis mereka bukan orang Jogja,” ujar Rivan.