Kenal Lebih Dekat dengan Muslim Uighur

Ngelmu.co – Uighur, menjadi pusat perhatian dunia. Nasib Uighur yang diduga mirip dengan yang dialami Rohingya membuat dunia mengecam Tiongkok. Ibarat satu tubuh, derita muslim Uighur adalah derita umat Islam. Maka, tak ada salahnya umat muslim di dunia, terutama umat muslim Indonesia untuk mengenal muslim Uighur lebih dekat.

Etnis minoritas Uighur di Xinjiang Cina yang sebagian besarnya adalah muslim belum diketahui pasti kondisinya. Meski, beberapa lembaga HAM terkemuka menyebut bahwa ratusan ribu warga Uighur ditahan di detensi khusus dan mendapat penyiksaan, namun, hal itu dibantah keras oleh pemerintah Cina.

Negeri Tirai Bambu tersebut mengklaim bahwa muslim Uighur tak ditahan, tapi diberikan pendidikan vokasi. Sebab, menurut Cina, pemberian pendidikan vokasi termasuk pembelajaran bahasa Mandarin dan beberapa keterampilan ditujukan demi memberikan kemampuan bekerja dan mencegah ekstremisme dan terorisme berkembang.

Uighur dikabarkan sangat terpojok. Lembaga HAM Human Rights Watch (HRW) menyatakan bahwa warga Uighur didoktrin mencintai Partai Komunis dan menanggalkan keislaman mereka. Muslim Uighur juga dipaksa menghafal lagu-lagu Partai Komunis dan menyanjung Presiden Xi Jinping dengan berlebihan. Seba jika tidak, mereka akan mendapatkan hukuman fisik maupun mental yang di sangat menyiksa serta di luar batas kemanusiaan.

Oleh karena itu, Cina menuai kecaman dari seluruh dunia. Banyak pemimpin di dunia telah menyatakan kecamannya, bahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut akan menjatuhkan sanksi kepada para pejabat Cina yang terlibat dalam kamp konsentrasi massal ini.

Baca juga: Muslim Uighur Disebut Radikal Tutur JK, Ini Kata Netizen

Lalu, seperti apa dan bagaimana Uighur itu?

Muslim Uighur memang berbeda dengan etnis lainnya di Cina daratan. Secara budaya, sebenarnya Uighur lebih dekat dengan negara-negara di Asia Tengah lainnya. Bahkan, beberapa peneliti menyebut bahwa Uighur merupakan penduduk asli Xinjiang sebelum masa dinasti penguasa China atau pun negara Republik Rakyat China terbentuk.

Uighur dikenal dengan bangsa yang tinggal di daerah Asia Tengah yang berbahasa Turki. Mayoritas penduduk Uighur beragama Islam. Uighur sebelum dicaplok oleh Cina, dulunya bernama Turkistan Timur.

Sejarah asal-usul Uighur dapat ditelusuri kembali ke abad ke-3 SM, nenek moyang mereka percaya pada Shamanisme, Manicheism, Nestorianisme, Mazdaisme dan Buddhisme.

Arti Uighur secara harfiah adalah “bersatu” atau “sekutu”. Sebelum Uighur tinggal di Turkistan Timur, Barat China (teritorial Xinjiang saat ini), Uighur merupakan kumpulan dari beberapa suku yang berpindah-pindah di Mongolia. Uighur sampai di Xinjiang setelah menguasai suku Mongolia serta perjalanan mereka ke arah Barat Laut Cina pada abad 8 Hijriah.

Di wilayah Xinjiang sendiri ada berbagai etnis misalnya; Uighur, Kazak, Khalkha, Uzbek, Tajik, dan Tatar yang  hidup dengan area yang luas, banyak kelompok etika dan banyak agama. Xinjiang adalah daerah yang berhubungan dengan negara-negara Islam tetangga. Hubungan dengan negara-negara Islam tetangga terjalin melalui berbagai cara, seperti dakwah, perang agama terhadap Buddhisme dan dukungan politik, di sinilah Islam menyebar.

Penduduk Uighur berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 mencapai 8,5 juta jiwa.  Populasi penduduk Uighur pada 2017 adalah sekitar 7,2 juta. Pada tahun 2018, penduduk Uighur sekitar 12 juta.

Sembilan puluh sembilan persen di antara mereka tinggal di wilayah Xinjiang, sedangkan sisanya, terpencar-pencar di Kazakhistan, Mongolia, Turki, Afghanistan, Pakistan, Jerman, indonesia, Australia, Taiwan dan Saudi Arabia.

Bahasa Uighur adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk Uighur. Bahasa Uighur merupakan bahasa turunan dari bahasa Turki. Huruf Arab dalam huruf yang digunakan oleh Uighur untuk penulisan bahasanya.

Uighur memperkaya warisan budaya Cina dengan berbagai karangan, buku, musik dan seni. Muslim Uighur adalah kaum yang ramah dan mahir menyanyi serta menari. Muslim Uighur memiliki karya rakyat yang indah, termasuk puisi epik “Fu Le Zhi Hui” (kebijaksanaan dan kebahagiaan) dan musik serta tarian divertimento “Er Shi Mu Ka Mu” (dua belas Mukam) masih populer sampai saat ini.

Pekerjaan sebagian besar penduduk Uighur bergerak di bidang pertanian. Uighur sangat berpengalaman dalam berkebun dan menanam kapas. Selain itu, Uighur juga mahir menenun karpet, topi Uighur dan membuat pisau.

Untuk agama di Uighur, pada mulanya, penduduk Uighur memeluk beberapa agama seperti, Budha, Kristen (Nestorian) dan Zoroaster hingga  pada batas pertengahan abad kesepuluh Masehi, kemudian mereka masuk Islam. Mayoritas penduduk Uighur adalah berideologi Sunni bermadhzab Hanafi, sebagian kecil Syi’ah Isma’iliyah.

Hubungan antara Uighur dengan Cina adalah talik-ulur. Pada saat Cina dikuasai Dinasti Ming, kaum muslimin mendapatkan tempat terhormat bahkan mereka mampu memberikan kontribusi besar bagi negeri Cina.

Uighur juga sempat mendirikan Negara Turkistan Timur yang eksis hingga 10 abad sebelum akhirnya jatuh setelah digempur Cina pada tahun 1759, kemudian pada tahun 1876. Selanjutnya pada tahun 1950 digabungkan dengan Cina yang berideologi komunis.

Setelah digabungkan dengan Cina yang berideologi komunis, Uighur melancarkan beberapa  pemberontakan yang pada beberapa kesempatan sukses mendirikan negara independen setelah pemberontakan tahun 1933 dan 1944. Namun, tak lama setelah itu negara itu takluk pada orang-orang Cina yang biasa menguasai wilayah ini secara mutlak.

Setelah peristiwa 11 September 2001, Tiongkok mengintensifkan pengejaran terhadap orang Uighur dan berhasil membawa beberapa orang Uighur, terutama dari Pakistan, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan, di bawah apa yang disebut “Kampanye Internasional Melawan Terorisme. Walaupun pengejaran Cina begitu gencar, beberapa organisasi bawah tanah tetap aktif melakukan gerakan di negara itu, khususnya Gerakan Islam Turkestan Timur. Gerakan Islam Turkestan Timur itulah yang dituding Beijing melakukan serangkaian ledakan di provinsi Sengiang dan pemuda Turkistan Timur.

Tindakan diskriminatif Cina kepada penduduk Uighur rupanya tak kunjung berhenti malah bertambah parah. Apapun yang terkait dengan keislaman di Xinjiang dilarang. C8na tidak hanya menutup masjid, bahkan semua tulisan-tulisan yang bernafaskan Islam dan Al-Quran. Sampai semua nama yang berbau Islam juga dilarang, demikian juga syariat-syariat Islam lain seperti jenggot dan hijab.

Adapun yang lebih menyedihkan dari itu, menurut rilis PBB, Cina bahkan telah memenjarakan lebih dari satu juta penduduk Uighur di penjara rahasia. Kondisi Uighur yang sedemikian menyedihkan dan memprihatinkan di bawah represi Cina, sudah sepantasnya sebagai manusia atas nama kemanusiaan untuk turut menyuarakan kebebasan Uighur dari tirani Tiongkok.