Berita  

Masyarakat Menjawab Pertanyaan Jokowi soal Keluar dari Rezim Impor

Ngelmu.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak menampik, soal masih adanya pihak-pihak yang hingga saat ini gemar, jika pemerintah terus mengimpor BBM, karena keuntungannya disebut menggiurkan.

Itulah sebabnya, impor BBM pun terus menjadi beban bagi Indonesia, dalam neraca perdagangan.

Merasa tugas berat ini harus segera diselesaikan oleh para ‘pembantu’-nya, Jokowi pun bertanya, mau atau tidak keluar dari rezim impor.

“Apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak?” tanya Jokowi, usai peresmian implementasi program penggunaan B30, di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta, seperti dilansir Suara, Senin (23/12).

Namun, pertanyaannya yang terus menyebar, terutama di media sosial itu, membuat masyarakat yang tak mendengar langsung pun ikut memberikan jawaban.

Anisa Danur: Kalo udah gini teh suka gemes 🤒 Pengen rasanya nanya pakai toa ke kupingnya 😩 Woiii Pak, rezim impor itu zamannya presiden sopooo?!

Uncle James: Seharusnya, Bapak salahkan presiden periode lalu, impor gila-gilaan sampai cangkul di-impor.

Udin: Jokowi nanya sama Joko Widodo.

Sam Ray: Presiden kemaren emang tak becus kerja Pak, sekarang saatnya kerja benar 😀😊😀😊😀😀😊

Zul Piliank: Seret presiden Indonesia ke-7, ke pengadilan Pak, dia ngangkat menteri yang sangat doyan impor dan sang presidennya cuma bisa nyengir kuda, Pak.

Masku: Lah, rezim yang demen impor ‘kan, rezim situ sendiri.

Sudarto: “Pertanyaan ini Anda tujukan untuk siapa? 😇😇 Bukankah di era rezim sekarang impor ugal-ugalan. Udah-lah, Pak.

Sandiwara apalagi yang sedang engkau mainkan. Mules perut ini. Sakit kepala ini. Tingkah lucu apalagi, Pak?”

Dewi Rohmana: Betul Pak @jokowi, kita harus keluar dari rezim impor. Saya dukung sepenuhnya. Rezim kemarin noh yang suka impor. Jangan ditiru ya, Pak.

Baca Juga: Beberapa BUMN Terancam Bangkrut Pasca Pilpres, Pengamat Politik Beberkan Kecurigaan

Sebelumnya, dalam acara peresmian implementasi program penggunaan B30, turut hadir pula Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, hingga Menteri BUMN; Erick Thohir.

Sekretaris Kabinet; Pramono Anung, hingga jajaran Pertamina mulai dari Komisaris Utama; Basuki Tjahja Purnama (Ahok), Wakil Komisaris Utama sekaligus Wakil Menteri BUMN; Budi Gunadi Sadikin, serta Direktur Utama Pertamina; Nicke Widyastuti juga terlihat di sana.

“Jangan-jangan masih ada di antara kita yang masih suka impor? impor BBM,” celetuk Jokowi di kesempatan itu.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas pada November 2019 saja, memang mencapai 2,13 miliar dolar AS, atau naik 21,6 persen, jika dibanding Oktober 2019.

Inilah yang akhirnya membuat neraca perdagangan Indonesia terus mengalami defisit.

Lebih lanjut Jokowi mengatakan, implementasi penggunaan campuran minyak sawit 30 persen, penting dilakukan, mengingat ketersediaan bahan bakar fosil yang sudah menipis.

“Mengapa kita harus melakukan percepatan implementasi program biodiesel? Ada 3 alasan,” ujarnya.

“Yang pertama, kita berusaha untuk mencari sumber-sumber energi baru terbarukan, dan kita harus melepaskan diri dari ketergantungan, dari energi fosil yang kita sadar suatu saat pasti akan habis,” imbuh Jokowi.

Pengembangan energi baru terbarukan, menurutnya, juga membuktikan komitmen pemerintah untuk menjaga planet bumi dari kelestarian lingkungan.

“Menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon dan meningkatkan kualitas lingkungan. Ini adalah energi bersih,” kata Jokowi.

Poin kedua adalah isu ketergantungan importasi BBM di Indonesia yang sangat tinggi, dan membuat neraca perdagangan selalu defisit, karena importasi BBM sangat banyak.

“Kita tahu ketergantungan kita kepada impor BBM, termasuk di dalamnya solar, ini cukup tinggi. Sementara di sisi lain, kita adalah negara penghasil sawit terbesar di dunia,” tuturnya.

“Dengan potensi sawit sebesar itu, kita punya banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar,” lanjut Jokowi.

Potensi itulah yang menurutnya, harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional.

“Usaha-usaha untuk mengurangi impor, khususnya solar, harus terus dilakukan dengan serius,” pungkas Jokowi.