Ngelmu.co – Kerugian bersih PT Pertamina (Persero)—selama semester I di 2020—yang mencapai US$767,91 juta; atau setara Rp11,13 triliun (kurs Rp14.500 per dolar AS), menjadi awal nama sang Komisaris Utama, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, ikut dibicarakan hingga menjadi trending di media sosial Twitter.
Publik Bicarakan Nama Ahok Hingga Trending
Pasalnya, pada Sabtu (27/6) lalu, ia menyampaikan, “Kalau kita enggak awasi dengan baik, direksinya enggak punya KPI (key performance indicator), yang baik.”
“Sedangkan KPI administratif semua, enggak ada kewajiban untuk untung berapa, selalu untung, merem juga untung.”
Demikian sambung Ahok, dalam wawancara bersama Andy Noya, di acara Live Instagram Kick Andy Show.
Pernyataan Ahok, itu dinilai berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Namanya pun ramai dibicarakan oleh publik.
28/6 Ahok : Pertamina merem pasti untung, tapi harus diawasi.
24/8 Media : Pertamina rugi 11,33 TriliunKalau dirangkai kedua judul berita ini, bakal begini gak ? “Karena tidak diawasi Ahok, Pertamina rugi 11,33 Triliun”. pic.twitter.com/b44sbkCvaA
— simandjuntak (@hipohan) August 24, 2020
Modal bacot kaya partnernya, hasilnya pasti kebalikannya
— SalahuddinAyyubi (@zubayribnawwam) August 24, 2020
Jadi elo digaji jadi komut pertamina ngapain aja😬😬😬😬😬
— Fauzan (@fauzanrasip) August 24, 2020
Letak keanehannya bukan di situ mas. Letak keanehannya Ahok sesumbar pasti untung itu bulan Juni 2020 padahal laporan keuangan semester 1 itu ya periodenya dari Jan sampai Jun 2020. Itu artinya saat dia sesumbar sebetulnya Pertamina sudah rugi tapi dia masih aja ngomong begitu.
— Riffa Sancati (@riffasancati) August 25, 2020
Pertamina Rugi Rp11,13 Trilun
Sekadar informasi, tahun lalu, untuk periode yang sama, perseroan berhasil meraup untung sebesar US$659,95 juta, atau setara Rp9,56 triliun.
Jika diteliti, kerugian dipicu oleh sejumlah pos, seperti penjualan dan pendapatan usaha perseroan; turun 24,71 persen, dari US$25,54 miliar, ke US$20,48 miliar.
Berkaitan dengan penurunan penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak dalam negeri; dari US$20,94 miliar, jadi US$16,56 miliar.
Baca Juga:Â Kerugian Pertamina di Tengah Pandemi Mencapai Rp11,13 Triliun
Pertamina, juga mengalami penurunan pendapatan dari aktivitas operasi lain. Semula US$497,23 juta, jadi US$424,80 juta.
Begitupun dengan penggantian biaya subsidi dari pemerintah yang turun dari US$2,5 miliar, jadi US$1,73 miliar.
Tahun 2020 ini, Pertamina, tidak dapat imbalan jasa pemasaran, sedangkan tahun lalu berhasil memperoleh US$6,42 juta.
Meski demikian, penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak, berhasil naik dari US$1,6 miliar, jadi US$1,76 miliar.
Namun, perseroan pun mengalami kerugian selisih kurs sebesar US$211,83 juta.
Tahun lalu—pada periode yang sama—perseroan mengantongi keuntungan dari selisih kurs sebesar US$64,59 juta.
Tetapi Pertamina, berhasil menekan beban pokok penjualan serta beban langsung lainnya, dari US$21,98 miliar, ke US$18,87 miliar.
Perseroan mengalami kenaikan liabilitas atau kewajiban perusahaan.
Pada Desember 2019, US$35,86 miliar, menjadi US$40,56 miliar, di medio pertama 2020.
Ekuitas perusahaan juga turun, dari US$31,21 miliar pada Desember 2019, jadi US$29,66 miliar, di semester I 2020.
Perseroan pun dinilai mampu mengerek tipis jumlah aset, dari US$67,08 miliar di Desember 2019, jadi US$70,22 miliar pada semester I 2020.