Berita  

Warganet ‘Sentil’ Coki Pardede yang Sebut Indonesia Susah Toleran

Ngelmu.co – Komika Reza Pardede (Coki), ‘disentil’ sesama pengguna media sosial Twitter, usai menyebut Indonesia masih kesulitan dalam bertoleransi.

Sebelumnya, Coki menyampaikan komentarnya soal aturan terhadap sejumlah umat Katolik di Dharmasraya, Sumatera Barat, yang tidak bisa merayakan Natal bersama.

“Opini gw pribadi, kita jauh-jauh bela yang ada di seberang samudra. Padahal sama tetangga kita sendiri di rumah kita sendiri masih susah toleran. What a shame,” tulis @pardedereza, seperti dikutip Ngelmu, Sabtu (21/12).

Membaca cuitan tersebut, seorang warganet bernama Audhina Nur Afifah, pun langsung ‘menyentil’ Coki.

“Halah dagangan lo juga agama,” kata @audhinafh, Ahad (22/12).

Audhina mengaku, apa yang ia maksudkan itu tidak untuk membalas cuitan Coki soal apa yang terjadi di Dharmasraya.

Namun, karena menurutnya, apa yang sering dikritik oleh Coki, juga merupakan apa yang selama ini ia lakukan.

“Pernyataan saya tidak secara langsung dan sengaja dimaksudkan untuk membalas tweetnya saat ini,” tuturnya.

“Jika lo tau, dia cukup lama (dan partner-nya), pasti tau kalau materi dia, setuju ngegesek konflik horizontal,” sambung Audhina.

Ia menilai, tak ada yang salah dengan makna awal cuitan Coki itu, tetapi ia merasa apa yang sering Coki suarakan, tak selaras dengan perilakunya.

“Tidak ada yang salah dengan makna awal tweetnya, hanya dia yang munafik. Saya pikir sudah jelas pada bagian ‘munafik’,” pungkas Audhina.

Baca Juga: Warganet Jawab Pernyataan Stafsus Jokowi soal Belum Terciptanya Generasi Bernalar Kritis

Kritik yang ia lontarkan pun seolah di-amini oleh sesama warganet lainnya, yang mengaku mulai bosan dengan lelucon Coki dan Tretan.

Restu Deotari: “To be honest, gue setuju sih sama Mbak-nya. Dulu gue suka banget sama konten mereka, bahkan waktu skandal yang kemaren sekalipun, menurut gue masih masuk akal buat ngebela mereka.

Sampai akhirnya makin ke sini kok makin aneh, ya. Semuanya dikait-kaitin gitu ke agama. Apa sebagai komedian gak punya bahan lain?”

Al Faridzi: Jualan agama bertamengkan toleransi.

Dayat: Mereka (katanya terlalu) open minded, Kak. Bisa jadi, pendapat kita salah semua di mata mereka 🤣🤭

Pikook: Thanks Mbak, udah menyuarakan apa yang ingin aku suarakan.

Widdi: Lama-lama emang bosenin tuh, bahannya agama mulu. Yah kalo gak pake agama gak makan mungkin haha

Tya: Sependapat sama Mbak-nya. Tau dia ini juga karena kasus kemarin itu, dan yaa apa bedanya dia dengan orang-orang yang dia omongin hehe. Dah ah, tukadz (takut) diserang kaum open-minded.

Boy: Terima kasih sudah mewakili aspirasi saya. Semoga kebaikan menyertai Anda. Aamiin.

Vikry Setiawan: Udah males nontonin mereka, yang dibahas itu-itu muluk. Open minded, your eyes!

Abdullah: “Open minded tapi nutup diri sama budaya, pendapat, adata, etika, orang lain. What a shame, Cok Mus!

Kegelisahan lo agama mulu, kena tegur minta bantuan ke mana-mana. Hadepi, dialog sama ormas dan agama yang sering lo olok-olok. Ga mau ‘kan?”

Indra Anantya: “Ngutip pernyataannya @Dzawinur nih, ada perbedaan antara mengajak tertawa agama dan menertawakan agama.

Kalau yang mereka lakukan berdua, silakan nilai sendiri yang mana. Yang jelas bukan malah nyatuin, malah mecah belah tambah benci satu sama lain.”

Baca Juga: Viral Kesaksian Warganet soal ‘Tentara Bernama Abu Janda’

Sebelumnya, Pemerintahan Nagari Sikabau (setingkat desa), memang tidak mengizinkan warganya yang non-Muslim, untuk menggelar kebaktian dan perayaan Natal di rumah ibadah sementara.

Namun, pemerintah Kabupaten Dharmasraya, telah menawarkan fasilitas kendaraan, agar mereka dapat melakukan kebaktian di gereja Kota Sawahlunto, atau tempat lain.

Tetapi tawaran itu ditolak, “Walaupun hati kami menangis, kami akan patuh. Cuma sampai kapan pemerintah akan memperlakukan kami seperti itu?” kata Maradu Lubis, ketua Stasi Jorong Kampung Baru, seperti dilansir BBC, Jumat (20/12).

Sementara Kepala Jorong (dusun) Kampung Baru, M Jumain mengatakan, pihaknya tak melarang umat Katolik, Kristen Protestan, dan Pentakosta untuk merayakan Natal.

“Silakan merayakan di rumah masing-masing. Kalau mau merayakan Natal bersama-sama ‘kan bisa bergabung merayakannya di Sungai Rumbai,” tuturnya.

“Di sana ada tempat ibadahnya, tempatnya juga tidak jauh, hanya 30 menit dari sini, atau ke gereja di Sawahlunto,” sambung Jumain.

Ia pun membeberkan, jika Rumah Singgah untuk ibadah Katolik di Jorong Kampung Baru, memang belum punya izin.

“Yang keberatan itu ninik mamak (tetua adat), karena ada kesepakatan ninik mamak pada 2017 tentang pelarangan, itu yang belum dicabut,” ungkap Jumain.

Tetapi ia menegaskan, masyarakat beda agama di Jorong Kampung Baru, sejauh ini hidup berdampingan tanpa masalah.