Opini  

Belajar Kesabaran dari Liverpool

Belajar Kesabaran

Ngelmu.co – Belajar kesabaran dari Liverpool, yang meski belum juara musim ini, tapi kita bisa lihat posisi Klasemen Liga Inggris 2019-2020. Manajer sekelas Sir Alex Ferguson pun pasti tak akan pernah memprediksi ini akan terjadi.

Betapa tidak, musim baru berjalan separuh. Namun, The Reds sudah berselisih 13 poin dari peringkat dua, dan bisa bertambah jadi 16 angka, karena Mohamed Salah cs, masih menyimpan satu pertandingan.

Selain itu, yang paling mencengangkan, jarak dari Manchester Citya. Sang Juara Bertahan, bahkan kesulitan meraih posisi Runner up.

Banyak pengamat yang juga mantan pemain, menyatakan musim ini sudah berakhir. Mulai dari Thierry Henry hingga Paul Merson.

Di tengah Liverpool yang kian solid dan matang, memang terasa mustahil mereka akan terpeleset. Boleh dibilang, musuh mereka kini adalah diri mereka sendiri.

Performa apik The Reds, buah kesabaran selama 30 tahun. Saat itu, musim 1989-1990, jadi musim terakhir mereka juara.

Usai itu, Liverpool puasa gelar, hingga dikangkangi Manchester United dalam urusan koleksi gelar Liga Inggris

Manajer silih berganti hadir, dari Roy Evans, Gerald Houllier, Rafael Benitez, Brendan Rodgers, hingga Kenny Dalglish.

Sampai akhirnya datang Jurgen Klopp yang mengubah peruntungan Liverpool dalam empat tahun terakhir.

Belajar Kesabaran

Pemain pun demikian. Setelah era John Barnes dan kawan-kawan, pemain-pemain bintang kerap dihadirkan, dari Garry MC Allister, Dietmar Hamann, Djibril Cisse, Fernando Torres, hingga Luis Suarez.

Tetapi mereka selalu dapat kutukan ‘Next Year’, istilah yang jadi bahan olok-olokan haters Liverpool.

Namun, The Reds dan terutama fans-nya sangat sabar. Bully-an tak pernah membuat mereka meninggalkan Liverpool.

Dukungan terus diberikan saat klub sedang ‘OK’ ataupun tidak. Anfield tetap menakutkan. Slogan ‘You Are Never Walk Alone’, bagai sihir yang membuat spirit pemain dan fans tak pernah kendur.

Apa yang dialami Liverpool dan pendukung fanatiknya, layak jadi pelajaran kehidupan, bagi siapapun dan di bidang apa pun.

Sabar, sabar, dan sabar adalah kata kunci sambil terus berikhtiar. Sabar butuh waktu tak pendek. Sabar juga butuh mental pemenang, bukan pecundang.

Alih-alih meninggalkan Liverpool, para fans tetap setia memberdayakan The Reds.

Keyakinan bahwa pada titik tertentu kesabaran akan membuahkan hasil, jadi kata kunci lainnya. Jika tak ada keyakinan, berpindah memberikan dukungan ke klub lain jadi pilihan.

Dari Liverpool kita patut belajar kesabaran. Sebab, sepak bola bukan semata permainan, tapi juga pelajaran hidup dan kehidupan.

 

Erwyn Kurniawan

Baca Juga: PKS dan Radikalisme: Ibarat Air dan Minyak